Chapter 3 : Kaze

125 22 3
                                    

神は一つの理由ですべてが起こるようにします。すべてが学習プロセスであり、あなたはあらゆるレベルを通過しなければなりません。

"Tuhan membuat segalanya terjadi karena satu alasan. Semuanya adalah proses pembelajaran dan kau harus melalui setiap tingkatannya."



Ratu Utara ternyata bukan Ratu Agung Zhera. Bukan Ratu kami. Dan ternyata Raja kami tidak ada di sini juga. Aneh sekali, padahal firasat kami biasanya tidak salah. Padahal kupikir Raja kami ada di Nordhalbinsel.

Bukan tanpa alasan, tentu saja. Pertama, Naga Api Agung pertama kali turun ke bumi di tanah ini saat dia menyelamatkan Zhera yang putus asa dan hampir bunuh diri akibat kematian suaminya. Kedua, Nordlijk, putra mereka, menjadi raja pertama di Nordhalbinsel. Dan ketiga, aku dan Shuu dapat merasakannya. Seolah ada sesuatu yang menarik kami untuk pergi ke Negeri Es ini sejak dulu. Bahkan sejak kami belum ditemukan oleh Torakka—para pelacak naga yang diutus kekaisaran—beberapa tahun yang lalu.

Di Orient, Kaisar merekrut orang-orang yang terlahir dengan mata naga sebagai Torakka—Pelacak Naga. Para Torakka diberi bayaran besar dan dijamin kehidupannya. Dan jika si pemilik mata naga menolak menjadi Torakka, biasanya mereka akan dibinasakan. Jadi siapa pun pasti lebih memilih untuk menjadi Torakka daripada mati. Torakka dilatih untuk menguasai berbagai bahasa dan berbagai jenis ilmu bela diri dan dapat menggunakan senjata apa pun. Mereka semua setara dengan panglima. Saat ini di Orient hanya ada 3 orang Torakka. Mereka semua gadis muda dari suku yang berbeda-beda. Gyeoul dari suku Han, Eri dari suku Ilbon dan Yi-Zhuo dari suku Jung. Aku ditemukan oleh Eri saat usiaku masih lima tahun di rumahku di sebuah pedesaan terpencil di puncak gunung Fuku yang ditempati oleh orang-orang Suku Ilbon paling miskin.

Lebih tepatnya, orang tuaku menjualku. Kami sangat miskin. Bahkan mereka tidak mampu untuk memberiku makan. Karena aku adalah satu-satunya anak perempuan di keluarga itu, dan kebiasaan orang-orang Orient adalah mengutamakan anak laki-laki mereka, aku biasanya dilewatkan saat pembagian jatah makanan dengan alasan jika aku gemuk kelak tidak akan ada lelaki yang melamarku. Padahal aku sangat kurus dan mungkin hampir mati kekurangan gizi. Jadi saat Eri datang membawa pasukannya dan mengatakan pada orang tuaku bahwa putri bungsu mereka adalah Naga Angin seperti yang ada di legenda, bahkan meski mereka tidak menganut keyakinan apa pun dan tidak percaya pada legenda itu, orang tuaku menyerahkanku pada Eri. Bukan karena takut pada Eri dengan mata naganya yang berwarna merah dan pasukannya yang bersenjata lengkap, melainkan karena Eri membawa satu peti emas dan mengatakan bahwa orang tuaku dan lima orang kakakku akan diberikan harta yang berlimpah dan uang saku bulanan seumur hidup. Mereka dapat menikmati hidup enak tanpa kerja keras. Kehidupan mereka akan dijamin oleh Kaisar dengan syarat mereka menghapusku dari kehidupan mereka dan tidak menceritakan hal ini pada siapa pun. Orang tuaku mengatakan pada semua orang bahwa putri bungsu mereka telah mati akibat kekurangan gizi—penyebab kematian paling umum di tempat asalku. Sejak itu, aku bukan lagi Kaze Yamazaki. Aku adalah Kaze, Sang Naga Angin, fū ryū, Aerinear, senjata Kaisar paling mematikan.

Setelah itu aku tinggal di Istana Angin. Istana yang digunakan oleh Naga Angin secara turun temurun. Naga Angin, diriku, ternyata terus bereinkarnasi. Dan seorang Kaisar Orient terus menemukanku dalam kehidupanku yang mana pun. Aku tidak benar-benar ingat kehidupanku yang lalu, tapi aku cepat menyesuaikan diri dengan kemewahan yang kudapat di Istana Angin.Aku diperlakukan layaknya putri kesayangan Kaisar. Pakaian mewah yang beraneka warna, permata yang senantiasa menghiasi rambutku, makanan enak yang belum pernah kulihat sebelumnya. Awalnya kupikir inilah kehidupan yang sebenarnya. Kehidupan penuh kemewahan yang pantas kudapatkan.

Lotus of East PalaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang