Episode 8 - Jangan pergi, Hayati.

13 6 0
                                    

Happy reading 🤗

Hayati membuka matanya, ia berjalan ditengah hamparan kebun mawar yang luas nan indah. Ia sangat bahagia kala itu.

Kemudian Hayati melihat sesosok lelaki menghampirinya, namun wajahnya tak terlihat. Hayati pun mendekati lelaki yang mengenakan pakaian serba putih itu. Dan lelaki itu adalah Gozali. Gozali mencoba mengajak Hayati untuk ikut bersamanya, namun Hayati menolak. Mata Hayati tertuju pada ayunan indah yang berada jauh didepannya.

"Hayati, ayo ikut denganku. Kembalilah, aku berjanji akan memperbaiki semua." Ucap Gozali sambil memegang tangan Hayati.

Namun Hayati melepaskan tangannya dan berlari menuju ayunan itu.

Ibu Hayati keluar dari kamar rawat Hayati dan memanggil-manggil dokter karena kondisi Hayati yang semakin memburuk.

Dokter pun datang dan memeriksa keadaan Hayati. Ibu Hayati mencoba menghubungi Alam untuk memberitahukan kondisi calon istrinya yang tengah berada dalam kondisi antara hidup dan mati. Namun Alam tetap tidak bisa dihubungi.

Ibu Hayati pun menghubungi ibunya Alam. Namun tetap saja tidak ada jawaban. Ibu Hayati pun menghubungi Gozali. Dan akhirnya Gozali mengangkat telepon darinya.

"Assalamu'alaikum nak Gozali, apa ibu boleh minta tolong?" Tanya ibu Hayati.

"Tentu saja Bu, ada apa? Hayati baik-baik aja kan?" Tanya Gozali khawatir.

"Kondisi Hayati memburuk nak, tolong susul abahnya Hayati dan antar ke rumah sakit, Abahnya Hayati sedang menghadiri acara syukuran di ponpes Al-Aziziyah." Ucap ibu Hayati yang khawatir melihat kondisi Hayati yang semakin memburuk.

"Iya Bu, Gozal berangkat sekarang."

Gozali bergegas pergi menemui ayahnya Hayati.

***

Sesampainya dirumah sakit, ibu Hayati menangis kemudian memeluk ayahnya Hayati.

"Bah, kondisi Hayati memburuk Bah. Dokter belum keluar sampai sekarang. Ibu takut Bah." Tangis ibu Hayati.

"Tenang Bu, kita serahkan saja semua kepada Allah SWT. Apapun yang terjadi, kita harus menerima semua Qodarullah." Ucap Ayah Hayati yang pasrah dan sedih melihat keadaan anak sulungnya itu.

Gozali pun turut bersedih mendengar ucapan Ayah Hayati.

"Abah gak boleh ngomong gitu. Gozali yakin Hayati pasti akan sembuh. Ibu jangan khawatir." Gozali mencoba untuk menenangkan ibu Hayati yang sedari tadi menangis tiada henti.

Gozali memperhatikan keadaan sekitar dan bertanya kepada ibu Hayati.

"Bu, Alam kemana? Apa dia belum datang?" Tanya Gozali.

"Ibu udah nyoba menghubungi Alam, tapi gak diangkat." Jawab ibu Hayati.
"Pasti dia ngerasa bersalah Bu, karena akar dari masalah ini adalah Alam." Ucap Gozali kesal.

"Lho, kamu kok ngomong gitu? Emang apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya ibu Hayati penasaran.

"Sebenarnya yang ngajak Hayati dan Gozali ketemu itu Alam Bu. Dia ngajak Gozali ketemu tapi dia sendiri gak datang. Kalo Alam gak sok bijak, Hayati pasti gak bakal ngerasain rasa sakit sekarang." Jelas Gozali karena ia mengira bahwa Alam tidak bertanggungjawab atas semua kejadian yang disebabkan oleh dirinya.

Dokter pun keluar dan memberitahu kondisi Hayati.

"Dok, gimana kondisi anak saya?" Tanya ibu Hayati.

"Jantung anak ibu sudah tidak kuat lagi, harus ada orang yang mendonorkan jantung dalam waktu 24 jam ini. Jika tidak, kami tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya pada anak ibu. Tapi kami akan mengecek terlebih dahulu apakah rumah sakit ini memiliki stok jantung yang bagus." Ucap dokter.

"Dok, tolong carikan jantung yang cocok untuk anak saya. Bila perlu jantung saya saja yang dinorokan." Ucap ibu Hayati.

"Berdoa saja kepada yang maha kuasa, agar kami bisa segera mendapatkan jantung untuk putri ibu." Ucap dokter pasrah.

"Terimakasih atas kerjasamanya dokter." Ucap Ayah Hayati.

Dokter pun hanya mengangguk dan pergi.

***

Ditempat lain, Alam dilarikan kerumah sakit yang sama dimana tempat Hayati dirawat. Ia selamat dari maut atas kehendak Allah SWT.

Saat Hayati akan dipindahkan keruang operasi, diwaktu dan tempat yang sama pula Alam dibawa menuju ruang ICU.

Saat Alam dibawa menuju ruang ICU, Hayati dibawa keluar dan tangan kiri Hayati  yang terdapat cincin pertunangannya dengan Alam tiba-tiba saja keluar dari selimut.

Tangan Alam yang berlumuran darah pun menyentuh tangan Hayati dan membuatnya sadar.

"Ha-hayat-ti." Ucap Alam kemudian kembali tak sadarkan diri.

***

Dokter pun datang menghampiri Gozali dan kedua orangtua Hayati.

"Pak, Bu maaf sebelumnya, kami tidak punya stok jantung untuk saat ini. Jika dalam waktu 24 jam masih tidak ada pendonor, kami tidak bisa menjamin kehidupan putri ibu."

Gozali dan orangtua Hayati terpukul dan tidak bisa berkata apa-apa. Disaat yang sama pula orangtua Alam datang dan menghampiri Gozali dan kedua orangtua Hayati.

"Bu, kalian sudah tau kondisi Alam?" Tanya ibu Alam.

"Apa yang terjadi dengan Alam?" Tanya ibu Hayati heran.

"Alam kecelakaan saat hendak menjenguk Hayati. Kami baru saja akan menyusul Alam kerumah sakit  karena kami sedang sibuk mempersiapkan pernikahan anak-anak kita. Tetapi kami mendapatkan telepon dari polisi kalau Alam kecelakaan." Jelas ayah Alam.

"Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un, mengapa ujian ini datang saat keluarga kami tengah berada dalam kebahagiaan." Ucap ibu Hayati yang tiada henti menangis.

"Mungkin dibalik ujian ini, ada kebaikan yang telah Allah persiapkan." Ucap ayah Hayati menenangkan suasana kelabu yang tengah menimpa keluarga Alam dan Hayati.

Gozali merasa bersalah atas hal buruk yang ia bicarakan mengenai Alam. Ia hanya bisa diam melihat situasi pada hari ini. Ia selalu berdoa dalam hatinya atas kesembuhan Hayati.

Bersambung...

Nantikan episode selanjutnya kawan 🤗 mohon maaf atas keterlambatannya dalam meng-up cerita baru:( stay save and healthy:)

Gozali & Hayati ~Menjauh, untuk memiliki.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang