"Papi udah selesai makannya?"
Joshua membuka pintu kamar rawat Papinya setelah malam itu menebus obat di apotik. Di singkirkannya tray bekas makan ke nakas disebelah kasurnya, kemudian memberikan beberapa butir obat yang sudah disiapkan suster di gelas plastik kecil. Diambilkannya air hangat dari termos bergambar iron man miliknya, untuk dituangkan ke gelas dan diberikan kepada pria paruh baya itu.
"Minum dulu obatnya, Pi.."
Dengan telaten, Joshua menemani sang Papi minum obat walaupun satu demi satu. Bilik di sebrang kasur ayahnya, milik pasien lain yang baru 2 hari lalu masuk ke kamar itu sudah gelap. Padahal hari masih lumayan sore. Baru pukul setengah sembilan.
"Kamu pulang.. udah dua hari kamu bolak balik terus. Rumah pasti berantakan. Disini kan banyak suster yang bisa jaga. Fokus kerja aja, jangan kesini terus."
Joshua menunduk kemudian menatap papinya sebelum menghembuskan napas agak sebal.
"Aku disini gak keberatan untuk nemenin papi. Kenapa papi nyuruh aku tidur di rumah terus sih.."
Bukan mendengarkan anaknya, Papi malah perlahan rebahan, kemudian menarik selimutnya untuk siap tidur. Joshua yang melihat Papinya mengusir secara halus, hanya bisa mendecak pelan sebelum merapatkan selimut untuk orang tua itu, kemudian mengecek saluran cairan infus, dan mengambil baju kotor yang suster tinggalkan tadi pagi untuk kembali dibawa pulang.
"Besok aku kesini agak siangan ya.."
Cukup dengan anggukan, Joshua kemudian keluar kamar dengan langkah yang berat. Di depan ruangan sudah ada yang menunggunya untuk keluar dari tadi, dengan senyum tipis yang seadanya dan canggung. Sementara Joshua tersenyum lebar, kemudian kembali menutup pintu kamar itu untuk berjalan pulang.
"Sorry ya, kalo malem Papi emang males ada tamu. Mungkin kalo mau kesini agak siangan aja, Non."
Joshua sungguh tidak menyangka bisa bertemu Vernon di rumah sakit ini. Tadi sebelum dia menebus obatnya di Apotik rumah sakit, Joshua mengambil jalan pintas dari bangsal rawat lantai 4 ke Apotik di lantai 1 dengan tangga darurat karena liftnya sedang lama sekali. Namun untuk ke Apotik lewat tangga darurat, dia harus melewati koridor ruang operasi dimana tidak begitu banyak orang lewat disana, yang kemudian menyambung dengan ruang UGD dan apotik tepat setelahnya.
Begitu melewati koridor ruang operasi, Joshua bisa melihat berapa orang menunggu dengan khawatir. Dan baru dia ingin melewati koridor tersebut, ada satu keluarga yang histeris karena baru menerima kabar pasca operasi. Joshua tidak bisa bergerak. Dia hanya bisa diam di tempatnya sampai kemudian jatuh terduduk.
Lama, sampai keadaan senyap kembali. Joshua sangat ingin menangis, tapi harus dia tahan karena nanti pasti papinya bertanya mengapa matanya sembap, pikirnya. Namun tiba-tiba pesan dari Vernon membuatnya bingung, sampai kemudian mereka bertukar tatap.
"Harusnya tadi lo lewat aja sih. Siapa suruh di liatin sampe lo gak bisa gerak gitu."
Joshua menunduk, terkekeh, "Kalo ngomong gampang, Non." katanya sambil ditemani Vernon pergi ke ruang rawat Papinya lagi.
"Papa komplikasi. Gak cuma ginjal. Tapi ya gitu. Penyakit tua. Jantungnya juga udah akut. Makanya gue berusaha buat tenang didepan Papi."
Sebetulnya Vernon dan Joshua tidak begitu dekat. Tidak seperti teman-temannya di kantor yang lain. Joshua juga cuma tau Vernon pernah suka padanya di awal dia bekerja di WhyNot, tapi Joshua mundur karena saat itu menyukai Seungcheol. Dan lagi, Vernon tidak pernah secara personal mendekati dia dalma waktu yang lama. Vernon begitu peka, tapi begitu diam. Makanya Joshua tidak begitu sulit untuk 'menjauh' dari Vernon untuk memberi sinyal saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Minwon FWB 2.0 ; Abditory
FanfictionSequel of Minwon FWB ; A Guide for The Lost by @tetehcarat on twitter