permulaan

4 0 0
                                    

Hari Kamis, malam Jum'at Kliwon. Dengan pengumuman mendadak dari kakak ketua, Dedi Irawan. Kami semua dikumpulkan untuk menjalankan sebuah misi penting. Ini antara hidup dan mati seseorang. Kalau ini masalah medis bukan kami yang dipanggil tetapi dokter,namun ini berurusan dengan setan dan kawan-kawan nya.

Didirikan atas usulan salah satu anggota tertua yaitu kak Reno. Menurutnya,daripada kami hanya menjadi remaja sampah yang hanya menjadi beban orang tua, masyarakat dan negara lebih baik kami menebar manfaat melalui kelebihan yang kami punya. Mungkin karena setiap malam kami selalu berkumpul tak bertujuan,hanya ngobrol dan bercanda menghabiskan waktu.

"Kalian ini daripada hanya Luntang Lantung gak guna,mendingan kita bikin kesibukan. Apa gitu,nolongin orang atau bisnis. Biar ada manfaatnya" ujar Kak Reno

"Yaelah Ren, sok baik lu jadi orang. Entar dimanfaatin loh" jawab insan dengan nada sedikit mengejek.

"Tapi menurut gua nih,bener juga apa yang dibilang sama kak Reno. Mungkin dengan kita nolongin orang kita bakalan dapet sesuatu. Benda-benda pusaka atau duit misalnya. Hahaha" jawabku sambil tertawa,lalu diikuti tawa oleh semuanya.

"Yaelah Nun,Lo kalo mau nolongin orang yang ikhlas dong!" Ucap Dedi

"Gua sih oke-oke aja kalau ada yang minta tolong tinggal gass" sambung Marwan yang sedari tadi duduk diatas motor sambil bermain ponsel. Anggota kami yang satu ini memang bucin,tiap kali kumpul dia selalu saja telponan. Huh,dasar bucin.

"Kalau setuju, sekarang gua mau kasih nama kumpulan kita. Biar keren" usul Dedi

"Aku sih yes!" Aku menjawab sambil mengacungkan jempol
Yang lain ikut menyetujui.

Akhirnya malam itu tepat pukul 00.00 dini hari kumpulan kami resmi bernama Ekspedisi Hitam Putih dan kami berjanji akan membantu orang secara ikhlas tanpa imbalan apapun.

*****
Misi pertama kami adalah mengobati pak Wiryo yang keluarga nya sedang diteror oleh makhluk halus. Sebelumnya pada Kamis sore, anak pak Wiryo datang ke basecamp kami dirumah kak Dedi. Dia meminta tolong kepada kami agar melihat kondisi ayahnya yang diduga akibat perbuatan makhluk halus. Sebab itu kak Dedi segera menghubungi kami melalui grup WhatsApp.

"Guys,malam ini kumpul. Ada misi penting!" Pesan dari Dedi
"Siap ketua!" Anak-anak yang lain menjawab kompak.

Teng....

Hari menunjukan pukul 20.30,kami segera menuju ke lokasi pasien. Rumahnya cukup dekat dari rumah Dedi,cukup dengan berjalan kaki.
Sesampainya disana,kami disambut hangat dengan penuh senyuman. Terlihat beberapa sajen seperti bunga mawar,kemenyan,Garu dan kelapa muda yang sebelumnya diminta oleh Dedi telah disediakan oleh tuan rumah. Disisi lain terlihat pak Wiryo dengan wajah pucat terduduk lemas bersandar dikursi kayu. Kami yang berjumlah 8 orang,yaitu kak Dedi,Aku(Ainun),insan,Marwan,kak Reno,Lala,Pedro dan Tessi. Kami saling pandang kebingungan,karena ini misi pertama kami. Kami agak sedikit gugup.

Aku dan Lala saling bertatapan, seolah mata kami yang berkomunikasi. Ya, aku dan Lala ini sepaket. Sebab, aku bisa merasakan kehadiran mereka sedangkan Lala bisa melihatnya juga.

"La, perasaan ku ga enak... Gila! Disini auranya panas dan kayak rame banget gitu" ucapku sambil mencengkram erat tangan Lala.

"Lo bener, tuh disamping pak Wiryo! Asli gue ngeri banget Nun!!" Lala bergidik ngeri. Entah sosok seperti apa yang dilihatnya, yang jelas sosok itu pastilah menakutkan.

"Ayo silahkan masuk, mas dan mbak" ucap Bu Jun, istri pak Wiryo.
"Oh iya, terima kasih Bu" ucap kak Dedi. Ia mengisyaratkan kepada kami agar masuk kerumah, tapi kami mengisyaratkan agar ia duluan masuk dan kami akan mengiring di belakang.

Saat hendak melangkah masuk, aku dikejutkan dengan suara Kak Reno yang seolah ingin muntah.

"Ueekk!" Kak Reno adalah orang yang paling sensitif disini, dia mudah dirasuki apa saja. Jika ia sudah mulai muntah-muntah maka itu pertanda bahwa setan iblis itu sedang mengincar tubuhnya.

"Kak, are u oke?" Tanya ku sebelum masuk kerumah.

"It's oke, kamu masuk duluan" ujarnya.

Aku yang ketakutan langsung saja masuk dan bergabung dengan yang lain. Aku duduk disamping Lala yang sedang memperhatikan seisi rumah pak Wiryo.

"Baik, seperti yang sudah diceritakan oleh Deka (anaknya pak Wiryo). Pak Wiryo ini tangannya sakit, apalagi waktu mau ambil wudhu. Dan pas mau sholat, itu urat tangannya gerak-gerak kayak ada sesuatu yang berjalan gitu. Pas di cek ke dokter, kata dokter itu asam urat. Tapi udah dua Minggu minum obat gak ada perubahan, malah makin parah. Beliau jadi sulit gerakin tangannya. Jadi, coba tolong Marwan di cek dulu ya" jelas kak Dedi.

Kemudian Marwan mendekati pak Wiryo dan meraih tangannya yang seolah lumpuh. Kemudian, entah membaca apa Marwan komat kamit sambil mengurut tangan pak Wiryo.

"Arrgghhh!" Suara erangan pak Wiryo yang berarti itu sakit sekali. Marwan meneruskan kegiatan nya. Ia mengurut urat-urat tangan pak Wiryo seolah ingin mengeluarkan sesuatu yang ada di dalam sana.

Kami yang sedang fokus memperhatikan tiba-tiba dikejutkan dengan suara erangan disertai tawa mengerikan dari luar rumah.

"Aarggghhh!!! hahaha"

Aku, Lala, Pedro dan Tessi mengecek keluar. Dugaanku ternyata benar, kak Reno! Kesurupan.

"Hemmm" hanya suara erangan yang tercekat yang ia keluarkan. Entah sosok apa tapi Lala terlihat biasa saja.

"Eh, Pedro! Tolongin ituu" ucapku sambil mendorong bahu Pedro yang hanya memperhatikan saja.

"Ish, bawel banget sih. Biarin aja,tar juga keluar sendiri" ucapnya santai.

"Ih, udah gila kalian!" Aku kesal, lalu berjalan menuju kak Reno. Tapi, aku tidak bisa berkomunikasi dengan mereka, Pedro dan Tessi lah yang bisa mengerti bahasa isyarat nya.

Aku menoleh lagi, mereka tergelak menahan tawa melihat eskpresi ku yang kesal. Aku yang punya harga diri,mencoba untuk mendekati dan bertanya kepada yang merasuki kak Reno.

"Assalamu'alaikum, ini siapa?" Tanya ku. Tidak ada jawaban, hanya diam sambil menatap ke atas teras rumah.
Aku memanggil Lala, lalu menunjuk ke atap. Mata Lala membulat, ia kemudian menarik tangan ku masuk ke dalam rumah. Aku yang heran sekaligus panik hanya bisa mengikuti.

"Kenapa Laa?" Tanya ku dengan nafas terengah-engah.

"Di atas!" Jawabnya panik, semua orang termasuk kak Dedi ikut penasaran.

"Di atas ada apa La?" Tanya Dedi

"Sepertinya ada yang tidak senang dengan kehadiran kita, kak" ujar Lala seperti ketakutan.

"Arrgghhh!!!" Suara erangan keras mengejutkan kami semua, suara itu bersumber dari...

Ekspedisi Hitam Putih Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang