"Aku ingat kalo Mak⸻" ucapan Clara terpotong begitu saja karena Adam.
"Kamu makan dulu, dari tadi perutmu bunyi. Sebentar," ujar Adam.
Dia merogoh tasnya seperti sedang mencari sesuatu. Tidak lama dia mengeluarkan satu kotak bekal makanan. Dia membukanya yang ternyata isinya adalah empat potong roti dengan selai kacang.
"Tadi ibu buat ini untuk sarapan, tapi aku gak sempet makan. Kamu bantu habisin, ya," kata Adam. Dia mengambil sepotong roti dan menyerahkannya ke Clara, tetapi gadis itu tidak bereaksi apapun. "Kenapa? Mau aku yang suapin?" lanjutnya.
Pipi Clara langsung muncul rona merah. Clara menggelengkan kepalanya dan langsung mengambil roti dari tangan Adam. Lebih baik memakannya langsung dari tangannya daripada dari tangan Adam. Bisa-bisa satu kelas heboh dengan kejadian itu. Dengan headline topik "Seorang Clara sedang PDKT dengan Anak Baru." Clara tak paham yang dipikirkan Adam hingga cowok itu bisa berkata seperti itu dengan mudahnya.
Mereka memakan roti itu dengan tenang tanpa adanya obrolan. Namun, dikunyahan terakhir Clara langsung cepat-cepat menelannya. Clara harus segera memberitahu informasi yang kemungkinan berguna pada Adam. Sebelum memberitahu informasi itu, Clara melihat kanan kirinya. Takut ada yang ada yang menguping pembicaraan mereka.
"Adam, aku ingat kalo Mak sering keluar rumah setiap malam jumat. Mungkin kalo aku ikut bakal dapet cara untuk hentiin pesugihan Mak ini. Tapi, aku butuh bantuan kamu," ujarnya. Dia memelankan suaranya saat menyebut kata pesugihan.
"Kamu tahu Mak perginya jam berapa? Dan tempatnya?" tanya Adam.
Adam menegakkan punggungnya, kali ini ucapan Clara sangat serius. Tidak menampilkan raut ragu di wajahnya, membuat Adam ikut serius. Nana pun serius mendengarkan ucapan Clara.
"Biasanya Mak pergi saat sore hari menuju malam. Kalo tempatnya aku gak tau," jelas Clara. "Kalo tau, aku gak mungkin minta bantuan kamu, Adam," Clara mendengus sebal dengan pertanyaan kedua Adam.
Adam sedikit ragu dengan ide Clara ini karena kemungkinan tempat itu cukup berbahaya. Saat melihat raut wajah Clara yang serius, keraguan Adam hilang. Tidak mungkin juga dia membiarkan teman kecilnya pergi sendirian, apalagi Clara ini seorang perempuan. Adam akan benar-benar menyesal jika hal buruk terjadi pada Clara.
"Aku temani kamu untuk ikuti Mak. Kita bakal lakuin ide kamu minggu depan. Sebelum itu, kamu jangan melakukan hal yang gegabah," ucap Adam dengan nada yang jauh lebih serius dari sebelumnya.
Clara mengangguk, dia yakin idenya ini akan mendapatkan cara untuk menghentikan pesugihan Maknya. Petunjuk apa pun akan sangat berguna untuk dirinya dan Adam nanti. Sedangkan Adam memikirkan segala kemungkinan yang terjadi jika mereka salah langkah. Karena itu, Adam membutuhkan Nana agar tidak terjadi hal buruk.
Na, aku perlu bantuan kamu. Kamu bisa cek tempat yang sering di datangi Mak Tiem?
Nana mendengus. Kentara sekali hantu kecil itu menolak permintaan Adam. Nana melipat tangannya di depan dada lalu memalingkan wajahnya dari Adam. Gesturnya jelas memberi jawaban 'tidak' pada permintaan Adam.
Kamu beneran gak mau bantu aku?
Nana kembali menoleh pada Adam. Melihat raut wajah Adam yang memelas, akhirnya Nana menyetujui permintaan Adam, meskipun gerutuan keluar dari mulutnya.
Aku bakal gangguin kamu lebih sering.
***
Clara sedang membolak-balikan novelnya, berpura-pura membacanya. Gadis itu menunggu neneknya keluar dari rumah. Dia dan Adam sepakat untuk mengikuti Mak Tiem hari ini. Mereka sudah membuat janji lewat pesan. Bahkan sekarang Adam sudah menunggu Clara di tempat yang agak jauh dari rumahnya. Sengaja agar Mak Tiem tidak curiga.
Mak Tiem datang ke kamar Clara. Dari penampilannya, sepertinya Mak Tiem ingin keluar rumah. "Clara, Mak keluar dulu. Jangan lupa nanti tutup pintu sama jendela. Hari udah mau malam. Mak perginya gak lama," ucap Mak Tiem.
"Iya, Mak gak perlu khawatir," balas Clara seraya menutup novelnya.
Mak Tiem keluar dari kamar Clara. Dia langsung bersiap ketika mendengar pintu rumah tertutup. Kali ini Clara hanya menggunakan hoodie hitam dan celana jeans hitam. Clara mengambil ponsel dan kunci rumahnya lalu memasukkannya ke dalam kantung hoodie. Ia hanya membawa dua benda penting itu saja.
Clara melihat sekeliling rumahnya, memastikan Mak Tiem sudah keluar. Dia langsung bergegas keluar dari rumah. Tidak lupa sebelum itu dia mengunci pintu rumahnya. Adam ternyata sudah berada di depan rumahnya, mungkin saat Mak Tiem keluar Adam langsung pindah posisi.
"Sudah siap?" tanya Adam. Dia juga memakai pakaian berwarna sama dengan Clara karena hanya warna hitam yang tidak mencolok untuk aksi penguntitan ini.
Clara mengangguk, mereka berjalan mengikuti jalur yang Mak Tiem lewati, dibantu dengan instruksi Nana. Untungnya Mak Tiem belum terlalu jauh. Mereka masih bisa melihat Mak Tiem di depan sana. Ada jarak yang lumayan jauh antara mereka dan Mak Tiem, cukup untuk membuat sang nenek tidak menyadari keberadaan mereka.
Perjalanan yang ditempuh lumayan jauh dan cukup menguras tenaga mereka. Clara dan Adam menghentikan langkah. Mereka tercengang melihat Mak masuk ke hutan yang cukup gelap ditambah matahari yang sudah mulai menghilang di langit, membuat suasana semakin mencekam.
Rasa ragu menyelimuti hati Clara. Dia langsung memegang lengan Adam yang ingin melanjutkan langkahnya. Adam menghembuskan napasnya, mencoba bersikap tenang di hadapan Clara yang sedang gundah. Meski dirinya sendiri pun gelisah. Padahal sebelum ini Clara sangat bersemangat.
"He, gak perlu takut, ada aku. Aku janji gak akan terjadi apa-apa," ucap Adam meyakinkan Clara. Dia menggenggam tangan Clara seraya melanjutkan perkataannya, "Kalo kamu takut, genggam tanganku. Jangan dilepas, oke."
Mereka melanjutkan perjalanan. Namun, tiba-tiba Nana menahan lengan Adam. Tidak biasanya teman hantunya melakukan itu dengan wajah yang teramat serius. Adam memandang Nana dengan ekspresi yang sama. Jika Nana sudah melakukan itu, berarti ada yang hal yang sangat serius. Sedangkan Clara menatap bingung Adam yang tiba-tiba saja berhenti melangkah. Clara tidak bertanya apa pun, dia yakin kelakuan Adam punya alasan.
Jangan masuk ke sana.
Kita harus masuk ke sana, Nana.
Adam sudah berulang kali mendengar peringatan Nana semenjak dia menyuruh teman hantunya untuk mencari tahu tempat yang sering di datangi oleh Mak Tiem. Peringatan Nana selalu mendapat jawaban yang sama dari Adam.
Adam menarik tangan Clara, meminta gadis itu untuk melanjutkan perjalanan. Mereka harus bergegas sebelum kehilangan jejak Mak Tiem. Untungnya mereka masih sempat mengejarnya. Kali mereka melangkah dengan hati-hati, karena satu suara saja bisa membuat Mak Tiem mengetahui keberadaan mereka.
Mak Tiem masuk ke dalam rumah kecil yang ada ditengah hutan. Rumah yang sama persis dengan yang informasi yang diberitahu Nana. Sebenarnya rumah itu lebih tepat disebut gubuk karena hanya terbuat dari kayu dan jerami.
Clara tidak menyangka ada rumah di dalam hutan yang gelap ini. Orang normal tentu tidak akan mau tinggal di hutan yang gelap dan sendirian. Mereka berusaha sebisa mungkin untuk tidak menimbulkan suara saat mencoba mengintip dari lubang di gubuk itu. Mereka dengan jelas melihat Mak Tiem yang sedang mengobrol dengan seseorang yang diasumsikan sebagai dukun.
Dugaan Adam benar bahwa Mak Tiem pasti ke tempat dukun untuk meminta penglaris. Tanpa bantuan dukun, Mak Tiem tidak mungkin bisa melakukannya. Sedangkan Clara hanya menahan air mata yang ada di matanya. Rahangnya sudah mengeras menahan rasa kecewa yang ada di hatinya.
Setelah melihat semua itu. Adam langsung menarik Clara menjauh dari gubuk. Hawa negatif di gubuk itu sangat pekat, melebihi yang ada di rumah Mak Tiem. Adam sudah tidak tahan berada di sana lebih lama. Tubuhnya mulai merasakan dampak akibat energi yang bertolak belakang. Bisa-bisa nanti dirinya pingsan di sana dan membuat mereka ketahuan.
Adam mencari keberadaan Nana. Hantu kecil itu tampaknya sama seperti dirinya, merasakan dampak akibat hawa negatif yang ada di sana. Adam tersenyum kecil melihat teman hantunya yang tak pergi meskipun tak suka dengan energi di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seblak Mak Tiem (End)
HorrorSiapa yang tidak suka dengan seblak? Makanan khas Bandung yang sangat nikmat jika dimakan dalam keadaan panas. Begitu pun dengan murid SMA Negeri Khayalan yang sangat menyukai seblak, khususnya seblak buatan Emak Tiem. Namun, di balik rasa nikmat se...