55. New Day

46 10 2
                                    

*maaf untuk typo yang bertebaran, jangan lupa vote dan comment :)

***

Rafqi, Daffa, dan Rafqi ngos-ngosan ketika sudah sampai didepan kamar Dea. Tampak disana Kia, Naysa, dan Ara sedang berdiri di depan pintu.

"gimana Dea?", tanya Althaf.

"lagi diperiksa sama bunda lo", jawab Ara. Wajah mereka tampak panik sambil menunggu kabar dari dalam ruangan.

Setelah beberapa saat, akhirnya Mursyidah menunjukkan wajahnya dari balik pintu, Mursyidah tersenyum.

"masuk, Dea udah nunggu"

Sontak mereka langsung mengucap syukur. Beberapa menit yang lalu, ketika Naysa memegang tangan Dea, ia merasa Dea membalas genggamannya, ternyata benar, Dea sudah sadar.

Mereka langsung masuk kekamar itu, walau masih dengan keadaan tertidur, namun mata Dea sudah terbuka.

Naysa tidak kuat menahan harunya, ia sangat senang melihat Dea sudah sadar.

Kia langsung menggenggam tangan Dea, "De, kamu ingat kita?", tanyanya, Dea tersenyum dan mengangguk.

"ingat", suaranya terdengar lemah.

"Dea masih perlu banyak istirahat, apalagi bahunya masih belum terlalu pulih. Jadi jangan terlalu sering diajak main ya", peringat Mursyidah.

"Althaf, dengar?", semua mata tertuju pada Althaf sekarang, ia jadi kikuk dan akhirnya mengangguk canggung.

Sepertinya semua yang ada disana memiliki pemikiran yang sama, kira-kira bagaimana nanti ketika Althaf mengungkapkan perasaannya kepada Dea ya?

Setelah beberapa saat, mereka semua pamit untuk pulang, termasuk Althaf. Dea membutuhkan istirahat, setidaknya sampai kekuatannya sedikit kembali.

Sebelum pulang, mereka memilih untuk duduk di kantin rumah sakit terlebih dahulu.

"udah siapin pidato untuk mengungkapkan perasaan pak?", goda Daffa, Althaf hanya memutarkan bola matanya jengah.

Yang lain hanya tertawa, mereka menyeruput minuman masing-masing dan memakan camilan yang mereka beli. Setelah selesai, mereka langsung Kembali.

Disisi lain, Dina masih mengelus surai Dea lembut.

"mah, Dea udah sadar, kok tatapan mama gitu banget", walaupun suaranya masih tampak sangat lemah, namun Dina bisa mendengar jelas apa yang dikatakan Dea.

Dina tersenyum,"mama seneng, banyak yang sayang sama anak mama", jawabnya masih tersenyum.

Dea mengerutkan keningnya, "pah, ada kejadian apa selama Dea gak sadar?", tanya Dea langsung kepada Arif yang sedang menggenggam tangan Dea.

Arif hanya tersenyum,"kayak yang mama bilang, banyak yang sayang sama Dea"

"Lusa mama papanya Daffa bakal balik kesini buat jengukin Dea", Dea melotot emndengar ucapan mamanya.

"loh, kenapa harus terbang jauh-jauh, kan mereka bisa denger kabar Dea dari Daffa", Dea tidak bisa membayangkan perjalanan jauh itu ditempuh hanya untuk menjenguknya.

"itu tandanya mereka juga sayang sama Dea", jawab Arif. Sebenarnya ada maksud lain dari kalimat itu. Bisa dikatakan, hanya Dea yang tidak tau tentang Althaf. Dina dan Arif juga tidak berniat memberitahunya, karena mereka yakin Althaf akan membicarakannya sendiri.

"kamu istirahat ya, biar cepat sembuh", Dina membenarkan selimut Dea.

"mah, Dea udah tidur dua minggu", rengek Dea.

"tapi kamu belum sehat, liat tangan kamu masih di perban gitu", Dea hanya mendecak. Bahunya memang belum cukup membaik, mungkin perlu waktu hingga bulanan untuk memastikan bahunya benar-benar sudah pulih.

PARADOXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang