Chapter 43 - Tak Terduga

25 9 0
                                    

Bangun dari lelap yang menyenangkan, hanya tersisa aku seorang di ruang rahasia di balai desa ini.

Pakaianku sudah tertutup lebih rapat meskipun masih harus dirapikan lagi. Aku juga tak menemukan barang-barang yang sempat berserakan di sekitar diriku. Tidak hanya itu, tas besar milik Charlie juga tak terlihat, termasuk pemiliknya.

Aku mendesah, masih berat hati melepas kepergian lelaki itu. Dia meninggalkan aku begitu saja, tanpa salam perpisahan yang jelas. Aku bisa tahu hanya dengan melihat jendela—sempat menjadi satu-satunya akses baginya ke ruang ini—yang terbuka lebar, menyebabkan sinar mentari masuk dari luar. Tidak ada sesuatu yang ditinggalkan olehnya disini sebelum pergi dariku.

Aku tak punya daya untuk berdiri, hanya bergerak meringkuk dan menutup wajahku. Aku masih tak bisa menerima keadaan ini, sangat.

Lama sekali, hingga akhirnya aku terganggu oleh rasa lapar. Aku harus memaksa diri untuk keluar dari sini. Tetapi aku tak ingin melewati akses dalam, khawatir jika aku bertemu beberapa orang di ruang terbuka di balai desa termasuk kakek Borhan dan Nanny. Jadi aku memutuskan keluar lewat jendela.

Ketika mengambil tali, aku terkejut mendengar bunyi dari mesin telegraf yang sempat diutak-atik oleh Charlie. Namun aku terlalu bodoh untuk memutuskan agar cepat-cepat kabur dari tempat ini.

oooooo

Aku yakin, ini adalah rekor terbaik dari bangun tidur kesiangan yang pernah aku alami. Sejak keluar dari balai desa, matahari sudah nyaris berada di atas kepalaku. Aku sendiri lupa jam berapa aku tertidur setelah yang sudah aku perbuat bersama Charlie.

 Aku sendiri lupa jam berapa aku tertidur setelah yang sudah aku perbuat bersama Charlie

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiba di rumah kakek Borhan, kulihat beberapa orang mondar-mandir mencari sesuatu. Aku hendak memanggil, namun mereka sudah langsung menemukan diriku lebih dulu.

"Ah, dasar kau ini! Dari pagi mencari tapi enggak ketemu. Kemana saja kau dari tadi malam, hah?"

Aku sudah biasa mendengar omelan galak dari tuan desa.

"Sarah, mukamu kenapa? Dari mana kamu pergi?" tanya Suryani menghampiri aku.

"Kalian... selama ini mencari aku?" Aku balik tanya.

"Bukan cuma kau, tapi si pemuda yang suka ikut dirimu," timpal Hartono. "Nani bilang kalian pergi ke hutan tapi tak pulang-pulang."

"Tidak kok. Kami memang sempat ke hutan lalu pulang ke...," Kemudian aku menghela napas, "Charlie... pamit hari ini untuk melanjutkan jelajah dia."

Semua orang terkejut. Tidak dengan Nanny yang berdiri jauh dariku, hanya menatap diriku datar.

"Pergi? Tapi dia bilang akan tinggal disini terus. Mengapa bisa...," Hartono mulai diam.

"Mengapa Charlie pergi mendadak?" Giliran kakek Borhan bertanya. "Ada apa? Bukankah kau yang lebih tahu, Sarah."

"Dia... ada panggilan mendadak dari tim jelajahnya," jawabku bohong.

Meet The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang