Warning: There are still some harsh words and physical violence.
___
Edgar secara sadar merasakan rasa nyeri itu tidak kunjung pergi. Meski sudah mendapat penanganan dokter sekalipun rasanya masih tetap sama seperti besi itu masih tertancap di dadanya.
Sekarang ia berjalan keluar setelah sempat berdebat karena ia tidak ingin berlama-lama di tempat ini. Tempat yang tidak seharusnya ditempati orang yang nyaris tidak pernah merasakan pahitnya obat seumur-umurnya. Ia menghampiri Shena yang baru saja menebus obat untuknya.
Edgar berhenti sesaat. Sampai akhirnya Shena melihatnya dari kejauhan. "Nih, biar luka lo cepet kering." Ucapnya seraya menyodorkan sebuah plastik putih berisi beberapa jenis tablet yang diresepkan dokter.
Edgar menatap plastik itu tanpa ingin menerimanya. "Harus banget?"
"Kalo lo mau, kalo enggak, ya udah. Lagian tinggal minum aja apa susahnya."
Shena menyerahkannya tanpa ingin tahu jika setelahnya Edgar akan meminumnya atau tidak. Ia memilih untuk berjalan mendahului Edgar ke tempat parkir.
"BAJINGAN!"
Shena membalikkan tubuhnya cepat. Teriakan dan suara tubuh ambruk dari belakang nyatanya tidak berada jauh dari posisinya. Ia terkejut melihat siapa orang yang tiba-tiba datang bersama amarah yang membabi buta itu.
Pukulan kedua yang kembali menyambar membuat Edgar yang hendak berdiri kembali menyentuh tanah. Laki-laki itu menarik kaus Edgar secara paksa. Membawanya untuk berdiri.
"KE MANA AJA LO?!"
Edgar menghunuskan lirikan tajam kepada Justin. Salah satu orang yang selalu bertolak belakang terhadap prinsipnya di Walter. Dan sekarang menyerangnya dengan pukulan.
"Di mana posisi lo saat markas kita diserang habis-habisan sama Thunder?!"
Laki-laki berambut ashy blonde itu melepaskan cengkeramannya kasar. Amarahnya terlampau besar seolah-olah mampu menghabisi Edgar saat itu juga. Sedangkan Edgar tak ingin berbuat apa-apa. Tubuhnya berkali-kali terhuyung ke samping dan masih bersikap dingin terhadap perlakuan Justin.
"Lo sama cewek itu dan lupain Walter? Iya?!"
Justin memukul Edgar lebih keras. Berbuat semakin liar yang didukung oleh situasi di mana tidak ada siapa pun. Sama seperti ambisinya untuk melengserkan kedudukan tertinggi dari pemimpin Walter itu.
"Lo gak pantes jadi ketua Walter!"
Shena tergesa-gesa menghampiri Edgar lalu membantunya untuk berdiri. Selalu saja ada yang berhasil menguasai rasa khawatirnya apalagi terhadap Edgar dan sekumpulan manusia yang berada di bawah kuasanya.
Tak lama setelahnya ada seseorang yang datang dan seketika menarik Justin agar menghentikan serangannya. Mengadangkan tangannya ke depan tubuh Justin serta perlahan menjauhkannya dari Edgar.
KAMU SEDANG MEMBACA
STALEMATE
Romance⚠️Harsh words, physical and psychological violence, verbal abuse, and some parts have adult scenes. Only recommended for readers 17 years and up⚠️ Apakah sebuah pengkhianatan masih bisa dimaafkan? Pertanyaan yang selalu menjadi bumerang ketika Edgar...