"Minta tolong untuk nanti sebelum pulang, rapikan laci ini dulu, ya, Nara."
Itu suara Bu Gina, pemilik tempat rumah makan ini.
"Baik, Bu." Saut Gadis dengan kacamata yang bertengger di hidung, Adinda Nara Anggraini, namanya.
Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, sudah waktunya untuk beres-beres rumah makan ini.
Mengelap meja, mengumpulkan sampah, menyapu, diakhiri dengan merapikan susunan kursi.
Huft.. Nara menarik napas kemudian menghembuskannya kencang.
Nyari uang emang capek, tapi lebih capek nyari kerjaan.
Moto itu yang Nara ingat tiap kali lelah menerpa.
Ketika akan melepas celemek yang menemaninya seharian ini, ada satu pelanggan datang.
"Paket ayam komplit 2, teh manis 2, ya Mba," Dengan pakaian rapi pembeli itu mengatakan pesanannya langsung kepada Nara,
"Mohon maaf mas, namun sudah tutup,"
"Tutup? Saya kira tutup pukul 21:30," ujarnya dengan nada bertanya, "sekarang, baru pukul 21:29?" Lanjutnya mendeteck
Sudah biasa, lagipula pernah dengar tidak? pembeli adalah raja? Serta tidak baik pula menolak rezeki.
Nara sebisa mungkin menahan argumennya, walau wajahnya tertutup masker, di lihat dari matanya yang menyipit, Nara tersenyum, "baik pak, di bungkus atau makan di sini?" Ujar Nara menawarkan
"Bungkus saja, sebentar lagi kan akan tutup,"
"Baik.. mohon ditunggu ya, pak, terimakasih," usai mengatakan itu, Nara pergi ke area masak,
"Kokiku.. mohon maaf, ada pelanggan yang ingin paket ayam komplit dua."
----
Melakukan pekerjaan paruh waktu benar-benar menantang.
Ya, ketimbang melelahkan, Nara lebih suka mengatakan menantang.
Seolah berlomba dengan waktu, bertempur dengan rasa letih.
"Jomblo ya?" Ujar Sarah, pemilik suara yang muncul tiba-tiba, seperti rasa. Ehh..
"kamu ga liat, nih ayang aku," saut Nara, kemudian mengerucutkan bibir
"Pacaran kok sama laptop, situ plankton?"
"Punya pacar kok weekend gini ngampus, pacarnya selingkuh yaa?" Sakras Nara membuat raut wajah Sarah malu seketika
"Naraaa.. huhu, Reval lembur. Pedahal semalem dia bilang hari ini mau ngajak nonton," keluh Sarah
"Maaf, siapa ya? Kita kenal?" Bukannya prihatin, Nara justru semakin senang menggoda Sarah
"Naraaaaa, aku nangis nih huhu,"
Nara mengembuskan napasnya kasar.
"Rah.. akutuh mau lulus cepat-cepat, kamu kenapa menghambat.." ujar Nara geleng-geleng kepala.
"Tega kamu Nar, masa iya aku di bilang penghambat. Sini mana aku bantuin," tawar Sarah
Nara tersenyum sumringah, "ini baru sahabat ku," ujarnya bahagia.
Nara melanjutkan aktifitas nya mengetik kemudian beberapa kali bercanda dengan Sarah.
Nara sebentar lagi akan skripsi, wajar saja bila akhir-akhir ini dirinya di sibukkan dengan laptop juga beberapa artikel dan riset untuk kelancaran penulisannya.
Di tengah kegiatan mereka, tiba-tiba ponsel Nara berdering. Menunjukkan panggilan masuk.
"Assalamualaikum, ya kenapa, Dan?"
Sarah yang berada di samping Nara, diam-diam memperhatikan, sahabatnya tengah menerima telepon.
"Sekarang? Oke, tunggu. Aku kesana." Singkatnya, kemudian mengakhiri telepon.
Nara mulai menutup laptop.
"Ra, mau kemana?"
"Penting Sar, aku pergi duluan ya,"
Nara membereskan berkas juga laptopnya, semua ia masukan kedalam totebag.
"Ra, sekarang banget?"
"Ini penting Sar,"
"Ra, mau sampai kapan?"
Nara menghentikan aktivitas nya,
"Entah," hanya itu yang keluar dari mulut Nara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia
ChickLitmemang benar, jangan pernah main-main dengan api, entah itu korek api ataupun api asmara.