AXIS 15

1.8K 174 9
                                    

Jingga memiliki mimpi untuk menikah dengan seorang lelaki salih, berkepribadian baik, dan siap menerima kekurangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jingga memiliki mimpi untuk menikah dengan seorang lelaki salih, berkepribadian baik, dan siap menerima kekurangannya. Namun bagaikan mimpi di siang bolong, ia harus menerima kenyataan yang bertolak belakang.

Membayangkan bersanding di depan banyak orang dengan Kalani yang bersikap dingin, dan merasa sempurna itu belum ada apa-apanya, dibandingkan dengan kehidupan 'rumah tangga' mereka nanti. Jingga tidak tahu bagaimana dan apa yang nanti akan dihadapinya.

Rencana pernikahan mereka pun tersebar dengan cepat, hanya dalam semalam. Rumor yang pernah menyelimuti mereka sebelumnya, beralih menjadi berita suka cita. Meskipun tidak sedikit yang mengartikan sebagai kabar duka.

Entah dari mana berita itu bermula, tetapi Jingga yakin kalau Kalani ada dibalik semua ini. Dengan tersebarnya berita pernikahan mereka, maka wanita itu tidak bisa berdalih lagi.

Ia juga mendapatkan panggilan berdurasi nyaris satu jam dari Agnes Wiriatmadja yang kini berstatus sebagai calon adik iparnya. Sementara Kalani, terlihat tidak terpengaruh oleh berita itu.

"Kamu gak risih diliatin banyak orang karena jalan sama aku?" tanya Jingga yang baru saja selesai melakukan konsultasi bersama Raiden, sebelum pria itu terbang ke Singapura pada sore hari.

"Biasa aja. Kenapa?"

"Kamu baca berita?"

Raiden mengangguk sambil mengecek data pasiennya sekali lagi. "Terus kenapa?"

"Ya ...."

"Ngasih selamat maksud lu? Gak usah lah ...," sahut Raiden. "Kalau hanya sandiwara, ngapain gue ngasih selamat?"

Jingga tertegun. Cukup lama hingga Raiden memanggil dari dalam ruang rawat inap.

"Nyonya Rihana, perkenalkan ini Dokter Jingga Natalegawa. Beliau akan membantu Anda juga."

"Oh, ini Dokter Natalegawa," sapa Nyonya Rihana. "Ternyata cantik dan menarik juga."

"Terima kasih."

"Bagaimana saya memanggil Anda? Dokter Natalegawa atau sudah menjadi Dokter van der Berg?"

"Eh?"

"Bukankah Anda akan menikah dengan dokter Kalani van der Berg?"

"I-iya. InshaAllah, Nyonya." Jingga gugup untuk alasan yang tidak ia pahami.

"Barakallah. Menikah itu ibadah, menyempurnakan setengah agama. Semoga pernikahan kalian membawa keberkahan, kebahagiaan dan juga ketentraman jiwa," ujar Nyonya Rihana lagi. "Dokter van der Berg beruntung mendapatkan Anda sebagai pendamping hidupnya."

Mendadak Jingga merasakan hal yang mengganjal di dada. Perkataan kliennya, membuat ia merasa telah mempermainkan sebuah ibadah. Adakah dosa dibalik pernikahan kontrak yang akan ia jalani bersama Kalani?

"Kenapa lu?" tanya Raiden setelah mereka selesai memeriksa pasien. "Ada yang dipikirin?"

"Boleh nanya gak?"

Displacement [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang