15. New Beginning [End]

236 27 3
                                    

Sorry for typo ~~

⚠️ kiss, mention of mental illness (not too much)

☆☆☆☆☆

Hari ini Younghoon sudah diperbolehkan untuk pulang dari rumah sakit.

Siang itu dia ditemani oleh Chanhee untuk bersiap-siap.

"Udah semua?" Tanya Chanhee.

"Udah. Aku kemaren juga gak banyak dibawain baju sama kamu, kan?" Balas yang lebih tua.


"Ok. Ini tasnya biar aku yang bawa." Chanhee merebut tas yang dipegang Younghoon.


"Aku udah sembuh, by. Sini biar aku aja yang bawa." Younghoon tak melepas pegangannya dari tas miliknya.


"Kamu milih lepas tasnya atau aku yang pergi?" Ancam Chanhee. Otomatis membuat pegangan yang lebih tua terlepas dari tali tas miliknya.


"Kamu ngancemnya jangan kayak gitu. Soalnya aku masih gak percaya kalau kamu ada disini. Aku takut ini cuma halusinasi aku aja." Chanhee buru-buru memeluk tubuh jangkung Younghoon dan diusap pelan punggungnya.



"Maaf. Aku gak maksud ngetrigger trauma kakak. Aku minta maaf, ya. Aku disini sama kakak. Gak bakal pergi ninggalin kakak." Younghoon mengistirahatkan kepalanya di ceruk leher yang lebih muda. Menghirup aroma vanilla dan bedak bayi yang menguar dari tubuh kesayangannya itu. Lalu balas merengkuh tubuh mungil itu ke dalam dekapannya.


Setelah Younghoon kembali tenang dan semua siap, mereka berjalan untuk ke lobby dimana mobil dan sopirnya sudah menunggu.


Chanhee duduk di kursi penumpang, tepat di samping Younghoon. Kedua jemari mereka tak pernah lepas dari tautan.


"Antar ke apart saja Pak. Jangan ke tempat Kakek." Titah Younghoon.

"Baik Tuan Muda." Balas sang sopir.

"Kenapa gak ke tempat Kakek? Di apart nanti kakak sama siapa?" Chanhee bertanya dengan nada khawatir.

"Kamu yang temenin, ya? Tinggal sama aku di apart. Mau kan?" Pinta pemuda Bbang itu dengan wajah seperti puppy.

"Nanti digosipin sama yang lain kalo tau."

"Gak akan. Kamu mau gak tinggal bareng?"

Chanhee pada akhirnya mengangguk pelan lalu menyembunyikan wajahnya di ceruk leher yang lebih tua karena malu.

"Lucunya bayi mochii punya aku."

"Jangan dibilang gitu. Malu."


"Gemes banget. Mau gigit."

"Ish..jangan. Diliat Pak sopir tau." Bisik Chanhee. Membuat Younghoon tertawa.



'Dasar anak muda' - batin sopir pribadi Younghoon.







☆☆






Disinilah Chanhee sekarang, di dalam unit apartemen mewah milik pemuda Kim. Tepatnya di balkon kamar. Unit Younghoon berada di lantai 50.

Setelah seharian menghabiskan waktu di ruang tengah dengan menonton dan main games, saat malam sudah menjelang, keduanya memilih pindah ke kamar.

Chanhee berdiri di balkon sembari menikmati kerlap kerlip lampu kota yang tak pernah padam.

Dari atas sini, kendaraan dan orang-orang yang berada di bawah sana tampak begitu kecil.

Darahnya cukup berdesir membayangkan tempatnya  berada kini yang begitu tinggi. Insecurity tiba-tiba menyerangnya.

'Apakah dia pantas?'

'Apa Younghoon benar-benar mencintainya?'

'Apakah nanti dia tidak akan ditinggal lagi? Jika Younghoon menemukan yang jauh lebih baik dari dirinya.'

Chanhee meremat dada kirinya. Sesak. Saat kalimat-kalimat itu berputar di kepalanya seperti kaset rusak. Apalagi setelah beberapa kali mengalami ditinggalkan Younghoon.




Dua lengan kekar yang menyusup dari belakang dan memeluk pinggang rampingnya dengan erat, juga dagu yang bertumpu pada bahu kanannya, membuat lamunan pemuda manis itu buyar.


"Mikirin apa, hm? Serius banget." Gumam Younghoon di bahu Chanhee.

Pemuda manis itu menggeleng pelan.  "Gak mikirin apa-apa kok."


Younghoon mendaratkan sebuah kecupan singkat di pipi kanan yang lebih muda, lalu membalik tubuh mungil itu untuk saling berhadapan.


Chanhee masih menunduk. Tak berani balas menatap manik kembar milik pemuda tampan di hadapannya kini.


Pemuda Kim itu lalu menarik rahang bawah Chanhee pelan dan membuat wajah manis itu mendongak.



"Kamu gak bahagia ya disini? Sama aku. Kamu terpaksa nerima permintaan aku buat tinggal bareng?" Tanya Younghoon pelan..Chanhee menggeleng ribut.



"Terus kenapa? Daritadi kok diem dan kayak banyak pikiran. Kamu terbebani ya sama aku dan keadaan aku?" Chanhee kembali menggeleng. Dua lengannya kini naik untuk memeluk tubuh jangkung Younghoon dan membenamkan wajahnya di dada bidang pemuda Kim.



"Aku takut. Takut kakak gak bahagia sama aku. Takut kalau aku gak pantas buat kakak." Younghoon mengusap pelan surai belakang yang lebih kecil. Lalu mengecupi beberapa kali pucuk kepalanya. Berusaha menenangkan lelaki manisnya itu.



"Sama kamu kayak gini, aku bahagia. Aku gak butuh yang lain lagi apalagi terapi. Itu udah cukup buktiin kalau kamu pantas buat aku. Jangan mikir aneh-aneh lagi ya? Aku gak mau kamu ikutan sakit. Aku sayang banget sama kamu."


Chanhee mendongak. Lalu mengangguk. Membubuhkan satu kecupan singkat di bibir yang lebih tua.


"Makasih kakak udah kembali. Aku sayang banget sama kakak." Younghoon mengusap pipi gembil Chanhee dengan tangan kirinya. Tangan kanannya masih bertengger di pinggang ramping si manis.


"Makasih udah nerima aku. Will you be mine for a long time?" Kedua manik mereka saling menyelami satu sama lain.

"Mau. Im all yours." Balas Chanhee dengan senyum secerah mentari pagi. Meski kini rembulan yang berada di langit malam.

Younghoon menghapus jarak antara keduanya dan memiringkan kepalanya lalu mempertemukan dua belah bibir mereka pada sebuah ciuman manis dan lembut. Tangan kirinya mengusap tengkuk yang muda dengan pelan dan menariknya agar ciuman mereka semakin dalam. Chanhee membuka belah bibirnya saat merasakan lidah Younghoon yang ingin menerobos masuk.

Tangan kanan Younghoon masih bertengger di pinggang ramping yang muda dan mengusapnya pelan.


Ciuman keduanya berlangsung dalam beberapa menit sebelum Chanhee mengisyaratkan untuk lepas.


"Haahhh..." pemuda manis itu meraup oksigen setelah tautan mereka berakhir.


Younghoon menyeka saliva yang tersisa di sudut bibir Chanhee lalu mendaratkan kecupan panjang di kening yang lebih muda.


Setelahnya Younghoon mengangkat tubuh Chanhee ke batas balkon dan kembali mempertemukan bibir mereka. Kini lebih intens dan terburu-buru. Hingga Chanhee kewalahan.

Kakinya ia lingkarkan di pinggang yang lebih tua dan lengannya yang kini mengalung di leher Younghoon.


Bulan di langit malam kota Seoul kini menjadi saksi awal kisah mereka dimulai sebagai sepasang kekasih.





















End

Hai. Terima kasih buat yg udah baca dr awal sampai ke bagian ini.
Maaf kalau masih banyak kurangnya dan juga lama update.
Sekali lagi, terima kasih 💗
Stay safe guys 💗

INSANITY || BBANGNYU [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang