*** PUBLISH ULANG SEMENTARA ***
***
Tara menggerutu sebal dengan mata yang terus terfokus pada ponselnya, ini sudah agak siang dan sejak tadi ojek online yang ia coba untuk reservasi terus membatalkan penjemputannya bahkan setelah ia mencoba untuk melakukan reservasi taksi online pun, hal yang sama terjadi dan itu sudah reservasi yang ke sepuluh.
Tara keluar dari gedung apartemennya, ia berpikir jika mungkin sebaiknya ia berjalan dulu ke tempat yang lebih strategis untuk penjemputan, namun baru beberapa langkah ia berjalan, tiba-tiba saja ia dikagetkan dengan suara klakson mobil yang datang dari arah belakangnya.
Tara sungguh sangat terkejut, namun ia dengan cepat mendekat dan membuka pintu penumpang mobil itu.
"Siang banget lo! Kalau gue sampe telat gimana?" gerutu pemilik mobil itu, ia kesal karena sudah cukup lama berada di luar sana menunggu Tara.
"Lagian lo ngapain ke sini? Gue gak ada ya minta lo jemput kayak gini," sahut Tara tak kalah kesalnya namun dengan cepat memasang sabuk pengamannya.
"Lo juga gak bilang bakal jemput gue!" sambung Tara yang semakin kesal. Jika saja ia tahu Satya akan datang menjemputnya seperti ini, ia pasti sudah keluar dari gedung apartemennya sejak tadi.
Ya, sosok pemilik mobil itu tak lain dan tak bukan adalah Satya.
"Harusnya kalo emang mau jemput tuh ya lo bilang, chat gue atau telpon gue pas lo sampe di sini! Kalo gitu gue gak akan diem di dalem dari tadi nunggu ada ojol yang pick up gue!"
Satya jadi terdiam, padahal niat awalnya ia yang hendak marah kepada Tara namun yang terjadi kini justru ia yang terkena omelan Tara, dan apa yang Tara katakan benar, ia sama sekali tak mengabari wanita itu karena ponselnya masih dalam keadaan mati karena kehabisan daya setelah semalaman bertukar pesan dengan wanita di sampingnya ini.
Satya akhirnya hanya diam dan mulai melajukan mobilnya, selain harus mengantar Tara, ia juga harus memastikan dirinya sendiri tak sampai terlambat datang ke perusahaannya.
"Makasih," ujar Tara begitu Satya menghentikan mobilnya tepat di depan lobi perusahaannya.
Perjalanan mereka tadi dipenuhi kesunyian, entah mengapa setelah banyak obrolan yang mereka lakukan di chat semalam, kini mereka menjadi merasa canggung.
Satya hanya menanggapi perkataan Tara itu dengan dehemannya, ia terus menatap Tara sampai Tara akhirnya turun dari mobilnya.
"Hati-hati," ujar Tara tepat sebelum ia menutup pintu mobil Satya.
Satya masih memperhatikan Tara dan Tara masih berdiam diri di sana menunggu Satya melajukan mobilnya tanpa tahu jika tak jauh di belakangnya Kafka berdiri dan memperhatikannya.
"Lo mau jalan gak sih!" omel Tara seraya kembali membuka pintu mobil Satya.
Tanpa mereka sadari, mereka sama-sama menunggu. Tara menunggu Satya pergi dan Satya menunggu Tara masuk ke dalam bangunan perusahaan wanita itu.
"O-oh ... i-ya ... gue jalan sekarang," sahut Satya yang tiba-tiba merasa malu dengan tingkahnya sendiri. Ia benar-benar tak sadar jika ia tengah menunggu Tara pergi dari sana.
Tara akhirnya kembali menutup pintu mobil Satya, dan Satya perlahan mulai kembali melajukan mobilnya sampai matanya akhirnya menangkap kehadiran Kafka di sana.
Satya menatap Kafka tajam dari dalam mobilnya dan di luar sana Kafka juga tengah menatapnya dengan tatapan datar tak terbaca.
Tara langsung berbalik tepat setelah ia memastikan mobil Satya benar-benar meninggalkan tempat itu. Tara seketika terkejut saat mendapati Kafka berdiri di sana dengan tangan yang terlipat di depan dada dan mata yang menatapnya lekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
TARA SATYA
Romance***PUBLISH ULANG SEMENTARA*** ***ABAIKAN TYPO, BELUM REVISI*** Selama ini Tara hidup dengan mempercayai jika ia wanita spesial bagi Kafka, sosok yang sejak remaja mengisi hari-harinya dan membuatnya percaya jika di dunia ini masih ada banyak hal bai...