Jangan lupa vote+coment yaakkkkk...
Seperti yang sudah direncanakan, saat ini Dimas, Luna dan anaknya Jaemin tengah duduk berjongkok mengelilingi sebuah makam yang baru beberapa detik lalu di taburi bungga tak lupa tiga tangkai bunga lili putih yang terlihat begitu mencolok diantara warna merah dan hijau.
Dimas menatap nama anak pertamanya yang tercetak jelas dibatu nisan. Jeno anaknya, pantaskah?
Setelah apa yang terjadi masih kah pantas dirinya menerima gelar sebagai ayah kandung dari anak yang sudah Ia sia-siakan?.
Kalau saja Jeno masih hidup, Dirinya tidak akan memaksa lelaki dengan hati bak malaikat itu untuk memaafkan kesalahannya. Karena bagaimana pun Dirinya tidaklah pantas menerima maaf.
"Jeno.."
Dimas mengelus punggung wanita yang berada tepat disampingnya. Tatapannya sendu, bergantian menatap istri dan pusara anaknya. Andai Tuhan memberinya satu kali lagi kesempatan, ya satu kali lagi. Dimas berjanji, bahkan dirinya siap bersumpah akan menjaga anugerah yang Tuhan titipkan kepadanya.
"Bunda tadi malam mimpi...Bunda mimpi ketemu abang." Suaranya terdengar lirih, hampir teredam hembusan angin yang berhembus kencang.
Luna tersenyum, rasanya hangat sehangat dekapan yang kini Ia rindukan. Luna menyesal, kenapa dulu Dirinya selalu menepis kasar saat kedua tangan ringkih itu hendak merengkuh tubuhnya. Entah untuk mencari kehangatan atau memberi rasa hangat juga nyaman yang bisa lelaki itu berikan.
'Jeno, Tuhan begitu adil,kan? Tuhan menghukum Bunda. Tuhan membawamu pergi dan tidak lagi mengembalikannya.'
Bahkan Tuhan sepertinya sudah muak mendengar segala permohonannya yang hanya berisi permintaan agar anak sulungnya kembali, agar dirinya bisa memeluk, mendekap tubuh itu lagi.
Lagi?
Memang kapan dirinya memeluk Jeno? Kapan terakhir kali Ia membawa tubuh rapuh itu kedalam dekapan hangat yang sering Ia lakukan pada anak bungsunya,kapan?
Bahkan tidak pernah!.
"Bunda rindu jeno, sayang... Gimana? Gimana caranya supaya kita bisa ketemu? Gimana caranya supaya jeno kembali? Kembali memeluk Bunda? Pulang, Sayang."
***
"Sayang... Kamu udah bangun?"
Arin membalikkan badan sesaat setelah sepasang tangan kurus merangkul pinggang rampingnya. "Kenapa nggak dikamar aja, Mama sebentar lagi nganterin sarapan loh buat kamu."
Dibelainya pipi mulus anak kesayangannya lembut.
"Eumm...." Arin dibuat gemas dengan tingkah manja yang anaknya miliki di tambah wajah anaknya yang kini terlihat sangat lucu dengan bibir manyun. "Afta panik waktu bangun Mama nggak ada." Kata bocah itu manja.
"Sayang... Mama nggak akan kemana-mana, ini kah udah pagi. Mama harus masak buat sarapan Afta, supaya Afta bisa minum obat. Lagian Mama kan udah janji nggak akan pergi kemana-mana."
"Tapi kan Mama nggak ada disamping Afta."
Arin menggeleng kecil, dalam hati mengucap syukur.
" Ya udah, Mama minta maaf ya.."
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET PAIN 2 || LEE JENO
FanfictionAku kembali berharap bisa merasakan sedikit bahagia yang dulu sempat tabu kurasa. Aku kembali dengan raga yang sama. Untuk kali ini, rengkuhlah aku yang rapuh ini. Berikan aku pelukan yang hangat.. yang tulus tanpa harus menyakiti. Berikan aku ke...