16. Kaga?

20 3 0
                                    

Aldi, Jino, Abet, dan Memet. Mereka berempat sudah nengkreng di kursi taman depan kelasnya. Liatin ciwi-ciwi, biasa.

Aldi menatap kosong ke depan. Tidak menghiraukan obrolan teman-temannya. Sampai tiba-tiba ada seorang gadis yang tiba-tiba duduk di sampingnya.

Aldi menoleh, menatap heran pada gadis itu. Sedangkan gadis itu tidak melihat ke arah Aldi sedikit pun, ia membuka bungkus permen batang dan memasukkannya ke dalam mulut.

Jino, Abet, Memet pun sempat menoleh tadi, tentu saja mereka terkejut. Bukan hanya mereka, murid-murid yang berlalu lalang pun sempat terkejut tadi.

"Ngapain Sell?" tanya Jino pada Delisa.

"Emang gak boleh gue duduk di sini?" jawab Delisa tanpa menoleh.

Aldi akan beranjak, namun ia menghentikan pergerakannya setelah Delisa a.k.a Sellyn kw mengeluarkan satu nama.

"Delisa," ucap Delisa tiba-tiba.

Keempat cowok itu menoleh. Kemudian, Delisa menatap keempat cowok itu bergantian.

"Bisa anterin gue ke makamnya?"

"Kau kenal dengan Delisa, Sell?" tanya Abet hati-hati.

"Lebih dari yang kalian kira," jawab Delisa.

🏵️🏵️🏵️

"Kantin yok kantin," teriak Lesmana pada teman-temannya.

Lelaki itu sudah berdiri di depan pintu kelas sambil menggoda cewek-cewek yang lewat.

"Eh, Sellyn," panggil Lesmana.

Rangga yang mendengarnya langsung melihat ke arah Lesmana berada.

"Mau kemana Sell?" ucap Lesmana basa basi.

"Toko bangunan," jawab Delisa melewati Lesmana.

Rangga, Revin, Chris, dan Aang pun baru saja keluar dari kelas.

Rangga lebih dulu berada di depan pintu kelas saat Delisa, Manda, Riryn, dan Belen  sudah berlalu menuju arah kantin. Rangga hanya menatap punggung Delisa yang mulai menghilang di simpangan koridor.

5 inti Farios pun bergerak menuju kantin dengan Rangga dan Lesmana memimpin.

Sesampainya di kantin Delisa memesan bakso Kang Ujang. Sebenarnya ia tidak tahu, enak atau tidak bakso di kantin sekolah itu. Tapi demi mengisi perut yang kosong ia ingin mencobanya.

"Udah lama gue gak ngeliat lo nempel-nempel lagi sama si Rangga, Sell," ucap Riryn membuka topik pertama setelah mereka duduk di bangku kantin ini.

"Rynn," peringat Belen membulatkan matanya pada Riryn.

"Lah? Gue salah?" balas Riryn meminta persetujuan teman-temannya.

"Gak gitu juga lo nanyanya, bego," sambung Belen.

Delisa terkekeh. "Santai aja kali."

"Besok weekend kan, lagi pada punya acara gak?" tanya Delisa menatap bergantian pada teman-temannya.

"Gue sih free," jawab Riryn.

"Gak ada kalo gue mah," balas Belen.

Hening.

Delisa, Riryn, dan Belen menatap bersamaan pada Manda di samping Belen yang ternyata dari tadi ia sedang stalking seseorang di ponselnya.

"Man," panggil Riryn. 

Tidak menjawab.

"Manda!" panggil Belen sambil menyenggol siku Manda.

Manda mendongak menatap temannya. "Ehh apa apa?"

"Ngapain sih lo?" tanya Delisa.

Dalam diam, Riryn memperhatikan gerak gerik Delisa yang menurutnya sekarang berubah.

"Eh sori sori," balas Manda mematikan ponselnya dan meletakkannya di meja.

"Apaan? Ngomongin apaan tadi?"

"Besok lo ada acara kaga?" Delisa bertanya.

Riryn mengernyit. Kaga? 

Sejak kapan temannya, Sellyn, memakai bahasa seperti itu. Tapi saat Riryn melihat pada Belen dan Manda yang ada di didepannya sepertinya 2 gadis itu tidak menyadarinya.

"Guee em." Manda mengingat-ingat.

"Gak ada. Gue free bangetttt," ucap Manda bersemangat.

"Kenapa? Mau jalan? Shopping? Healing? Gue bisaaa bangett," ucap Manda.

"Rencana gue mau ngajakin kalian mantai sih, udah lama gak ke pantai. Kangen gue," jawab Delisa.

Bukan tanpa sebab Delisa tiba-tiba mengajak temannya ke pantai. Namun, lagi-lagi ia akan membicarakan sesuatu pada temannya Sellyn itu. Semacam pendekatan dengan teman barunya.

"Pantai?" tanya Riryn memastikan.

"Iyalah," ucap Delisa seiring membantu memindahkan bakso Kang Ujang dari nampan ke depan mejanya.

"Sejak kapan lo suka pantai?" Riryn lagi-lagi bertanya.

"Iya Sell. Terakhir kali lo ke pantai waktu lo ngancurin pesta ulang tahunnya Belen, tahun kemarin. Waktu lo tiba-tiba dateng terus marah-marah di depan Rangga gara-gara lo minta dijemput sama Rangga tapi Rangga malah berangkat duluan. Sumpah pengen ketawa paling kenceng gue waktu itu," ucap Manda panjang lebar sambil sedikit tertawa.

"Terus abis itu lo gak mau ke pantai lagi kalo gak sama Rangga," ucap Manda lagi sambil mengaduk-aduk sedotan es tehnya.

Belen menyenggol kaki Manda. Beraninya Manda ceplas-ceplos seperti ini.

Manda yang sadar langsung melotot.

"Ehh maksud gue gak gitu Sell, maksud gue-"

"Iya tauu. Santai aja kali."

Bukannya marah Delisa marah menyuruh Manda biasa saja. Jelas Manda kaget. Sepertinya ucapan temannya itu memang benar, karena Delisa tidak menunjukkan raut marah sedikit pun. Malah cengengesan.

"B-beneran?" tanya Manda.

"Iyalah."

Pandangan Riryn dari tadi tidak putus dari pergerakan Delisa. Sebelum Delisa sadar, cepat-cepat ia menormalkan kembali ekspresinya.

Belen hanya menyimak tanpa menaruh rasa curiga sama sekali pada Delisa, setelah tadi ikut panik pasal Manda.

"Gimana? Pada mau gak?"

"Pertanyaan gue aja belum lo jawab, sejak kapan lo suka pantai?" tanya Riryn.

"Kan gue juga udah bilang, kangen."

"Oh," balas Riryn kelewat santai.

"Lah anjir," ceplos Delisa.

Riryn, Belen, dan Manda terlonjak kaget.

"ANJIR??" reflek Belen dan Manda bersamaan.

Seluruh penjuru kantin melihat pada meja mereka. Termasuk Rangga dan teman-temannya.

Delisa ikutan panik. "H-hah?"

☀️TO BE CONTINUED ☀️

709 kata.

Garing ya? Kalo gitu, gue saranin, baca part selanjutnya aja deh.

Ketemuan yuu,
IG: @sheseesyi
Emang gada apa-apanya sih, tapi.. ya gada tapinya. Kalo mo follow ya follow aja, ga maksa. Pokoknya follow!!

Vote!!
Komen!!
Share!!!
MAKSAAA!!

NOT SHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang