Ravy terdiam di meja makannya. Bima juga duduk di sana, terdiam tanpa menyuapkan sarapan ke mulutnya. Suasana meja makan benar-benar canggung. Tadi malam bahkan Bima tidur di sofa ruang keluarga, sedangkan Ravy tidak bisa tidur dan hanya menangis. Karena itulah wajahnya terlihat sangat sembab dan bengkak pagi ini. Tadi malam benar-benar malam yang sangat menakutkan bagi Bima. Ravy marah, dan alasannya marah adalah karena kedekatannya dengan cewek-cewek di kampus.
“Bahkan aku rela kehilangan seribu cewek di muka bumi ini cuma buat kamu!” Bima berteriak kencang saat itu. Ravy membelalakkan matanya, menatap Bima, menantang.
“Omong kosong!! Lalu buat apa senyum itu? Untuk tata krama?! Aku muak!!! Keluar kamu sekarang!! Kita putus!! Kita nggak ada hubungan apa-apa lagi sekarang!! Kamu boleh tidur di kamar ini, tapi status kita bukan apa-apa!!” Ravy masih menjerit dengan air mata yang mengalir deras di pipinya. Bima terdiam, dan menyentuh dadanya. Rasa sakit yang muncul di dadanya karena melihat air mata itu.
“Kamu salah paham, Ravy...!”
“Apa harus selalu kayak gini?! Apa cuma aku yang sakit karena kamu deket-deket sama cewek-cewek itu?!”
“Aku juga sakit, saat kamu deket sama Rasta atau siapapun orang jalang itu!!” Bima membentak.
“Kamu udah tahu siapa Rasta!! Tapi aku bahkan nggak tahu siapa nama cewek-cewek itu!! Kalau aku harus sakit kayak gini, aku mundur...! Kamu bebas maen sama mereka sepuasmu!” Ravy mendorong kencang Bima, lalu menutup dan mengunci pintunya. Bima berteriak memanggil namanya dari luar dan mengetuk pintunya, namun Ravy hanya terdiam dan menangis. Hal yang mungkin bisa dia lakukan saat ini. Hal sepele, tidak.. hal yang sangat menyakitkan untuknya!
Padahal selama ini dia selalu menjaga hatinya hanya untuk Bima. Dia tak pernah merasakan apapun saat dekat dengan cowok lain. Hanya Bima! Hanya Bima! Itu yang selalu dia rasakan. Dia selalu tersenyum membayangkan Bima, memimpikannya, mencintainya. Hanya ada satu nama di hatinya. Bima! Bima! Ekspresi Bima yang malu-malu, ekspresi Bima yang sedang ngambek, atau semua hal tentang Bima selalu dia hafal. Tapi entah kenapa Bima tak pernah mengerti perasaannya. Bima harusnya tahu, Ravy adalah cowok yang sangat cuek dan bebal, namun sebenarnya dia lebih peka dibanding orang lain walaupun dia tak terlalu mengutarakannya.
“Hai, semuanya...! Sekarang waktunya pemrograman mata kuliah, kan? Kok kalian masih santai-santai aja di sini?” tiba-tiba Rasta muncul. Hal yang sangat Bima benci saat ini. Kenapa cowok ini selalu muncul di saat yang tidak tepat?! Bima terus mengumpat dalam hati. Ravy terdiam dan kemudian beranjak pergi, menarik tangan Rasta pergi dari sana. “Kok langsung pergi? Sarapanmu aja belum habis, tuh...!”
“Aku nggak nafsu makan!” Ravy terus menarik tangan Rasta.
Rasta terus memperhatikan punggung Ravy yang sedang berjalan di depannya. Dia tersenyum, lalu mengentikan langkahnya saat sampai di sebelah motor Rasta.
“Mulai sekarang dan seterusnya, aku mau nebeng kamu aja kalau ke kampus!” suara Ravy terdengar tajam, memaksa.
“Kalau jadwal kita beda gimana?”
“Aku akan berangkat ngikutin jadwal kamu!”
“Kalau aku lagi nggak ada jadwal?”
“Malah bagus, kamu bisa anterin aku!”
“Ada apa, sih? Kamu berantem sama Bima?” Rasta menggaruk tengkuknya. Ravy mendengus kesal saat Rasta membahas nama itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
When? (RnB Series Season 2) - BXB
Teen FictionBima dan Ravy bermusuhan sejak kecil. Bima begitu membenci Ravy hingga membuat Ravy dendam dan trauma dengan sebuah pertemanan. Ravy meninggalkan kota itu, meninggalkan semuanya. Namun saat SMA, dia harus kembali ke kota itu dan sekali lagi harus be...