Dare satu

1.8K 50 1
                                    

Story' ke- 4

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Story' ke- 4

°°°

Beberapa minggu lalu ...

Dilapangan luas kedua kubu saling beradu bacok satu lawan satu masih dengan seragam putih abu-abu mereka terlihat begitu sengit di tengah-tengah pertengkaran seorang lelaki dari kubu lawan menyembunyikan pisau tajam yang dia bawa diam-diam saat melancarkan aksinya menusuk sang pemimpin geng yang katanya sulit untuk dikalahkan.

Pisau itu tepat menusuk bagian perut ketua geng disaat mereka mulai lengah. orang hanya bisa menduga dengan keberadaan anggota geng itu karna sifatnya yang rahasia mereka sering kali dinamakan attacker tapi kali ini geng itu terlihat berbanding terbalik dengan citranya yang kuat, saat sang pemimpin berhasil ditusuk oleh pihak lawan.

"GAVIN!" Teriak mereka serentak melihat ketua geng mereka tumbang jatuh ke tanah dengan banyak luka di wajah serta darah mengalir dari perutnya.

Tak lama suara sirine polisi terdengar begitu pun geng lawan yang berlari kocar-kacir namun, tidak dengan Attaker yang panik akan kejadian nahas itu.

"Anj*ng banget lo pada! Cupu!" Murka Gema yang se-dari tadi tak tenang karna seorang yang merancang strategi tawuran mereka tak menampakan batang hidungnya hingga kini.

°°°

Seorang pria berparas tampan berkulit putih rahang tegas dengan tinggi semampai tak lupa sedikit luka goresan di sisi kiri keningnya. Ia menunduk seolah menyesal padahal tidak ada penyesalan sama sekali pada dirinya, tanganya menutupi deringan handpone yang berbunyi didalam saku seragam--- putih abu-abu.

Suara langkah kaki wanita paruh baya dengan pakaian ketat berwarna merah nampak marah membawa lembaran kertas soal ulangan anak semata wayangnya itu. Dilemparnya selembar kertas ulangan keatas meja sedangkan, wanita itu duduk diatas sofa hitam mewahnya. Tanganya mengulung di dada.

"Apa-apa ini Arlon. Memalukan!" murka wanita itu jelas dia sangat kecewa dengan hasil yang tak pernah didapatkan dari keluarga Rerindra sebelumnya.

"Sial!" umpatnya. Merogoh saku celananya beberapa notif berhasil masuk ada satu notif yang membuatnya makin tak bisa tenang. Dia memasukan kembali handponenya didalam saku.

"Dari sejarah keluarga kita gak ada yang seperti kamu. Mau jadi apa kamu seperti ini terus hanya karna mamih sama papih membiarkan kamu menjadi seperti ini!"

Arlon mendelik melihat sisi kanan dan kirinya terdapat dua orang berjas hitam terlihat mengawasinya, sial memang menjadi pewaris keluarga konglomerat apa-apa harus diawasi ditambah lagi peringkat Arlon akui dia tak pintar menurutnya belajar sangat membosanya dia lebih memilih tidur dari pada memperhatikan.

ZERLON [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang