Devira memeluk erat Gavin, Gavin hanya membalas pelukan Devira. Terkejut.
"Dari mana aja? Aku cari dikamar, dikamar mandi, diruang kerja, di kantor, di playroom, kamu gak ada dimana mana, kamu kemana? Aku khawatir" kata Devira dalam pelukan Gavin, tiba-tiba saja ia menangis, merasa lega walaupun perasaannya masih khawatir, jantungnya berdetak lebih cepat. Gavin sudah kembali. Lalu Devira melepaskan pelukannya.
"Hei, kenapa nangis?" Tanya Gavin, tangannya bergerak mengusap air mata Devira yang tidak mau berhenti. Devira malah semakin menangis.
"Takut, Mas Gavin hilang tiba-tiba" kata Devira sembari terseguk-seguk. Dadanya seperti menahan sesuatu yang sulit keluar. Tapi perasaan lega menghampiri Devira.
"Maaf, lo jangan kaya gini, mati-matian gue nahan diri buat gak pulang, biar bisa ngadepin lo, sekarang malah liat lo begini, udah ya" kata Gavin. Tangannya masih bergerak mengusap airmata Devira.
"Mas Gavin marah ya sama aku?" Tanya Devira.
"Gue gak marah" jawab Gavin. Mereka berdua berjalan menuju ruang televisi.
"Kenapa Mas pergi kalau gak marah? Aku minta maaf, aku ga akan bilang Mas Gavin gay lagi, setelah kejadian di hotel waktu itu, mas nyuruh aku jangan deket deket, mas juga tiba-tiba ngilang, aku minta maaf" kata Devira. Devira menangis.
"Gue gak marah sama lo, gue cuma lagi bingung sama diri sendiri, jadi gue butuh sendirian"
"Mas lebih berengsek dari David yang mesum dan Ryan yang toxic" kata Devira tiba-tiba masih sambil menangis.
"Ini akibatnya kalo aku terlalu deket sama cowok, aku udah janji gak akan suka sama cowok lagi karena aku gak mau ngerasain kaya gini, tapi mas bikin aku ngerasa lebih dari saat aku deket sama mereka" kata Devira lagi, masih menangis.
"Mas kita kan janji mau bikin kontrak ini jadi menyenangkan, kalo aku udah ngaku begini gimana bisa aku lanjutin kontraknya" kata Devira lagi sambil menangis sekaligus malu.
Gavin membawa Devira kedalam pelukannya, cukup terkejut atas ucapan Devira. Tapi ia terkekeh pelan.
"David siapa? Ryan, siapa?" Tanya Gavin ia melepaskan pelukannya membuat Devira dihadapannya. Lalu duduk di sofa depan televisi.
"Gak mau bahas" kata Devira cemberut. Matanya bengkak sekarang, hidungnya dipenuhi ingus.
"Udah jangan nangis, tuh ingus lo keluar" kata Gavin. Devira buru-buru mengambil tissu untuk mengelap ingusnya, dasar Gavin masih bisa saja dia menggoda Devira.
"Maksud mas nahan diri buat gak pulang apa? Mas emang sengaja mau ninggalin aku disini sendirian kan?" Tanya Devira masih dengan kondisi terseguk-seguk belum sepenuhnya berhenti nangis.
"Bukan, gue cuma gak mau tiba-tiba masuk kamar lo terus peluk lo pas lagi tidur" kata Gavin lalu ia mendekatkan kepalanya kesisi telinga kanan Devira. "peluk lo lagi tidur udah mulai jadi kebiasaan" bisik Gavin.
Devira menjauhkan kepalanya dari kepala Gavin. Lalu memukul pundak laki-laki itu.
"Gue serius, gue gak bisa nahan diri setelah kejadian malam itu, dari pada kelepasan lagi, gue mending pergi" jelas Gavin.
"Soal kejadian kamar mandi, aku minta maaf ya mas, aku cuma gak tahu harus lakuin apa" kata Devira.
"Gue bisa kasih tau lo harus lakuin apa" kata Gavin lagi sambil tersenyum menggoda.
"Dih kadal mesum" kata Devira suaranya sedikit parau akibat menangis terus.
"Mesum ke istri sendiri gak apa-apa kali" kata Gavin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fault in Life [THE END]
RomanceHidup Devira yang hampir tenang dua bulan ini berubah menjadi rumit kembali. Belum sempat ia benar-benar melupakan masa lalu yang mencekik pikiran dan hatinya, dengan tiba-tibanya hadir Gavin Ravindra seorang Presiden Direktur Grandmedia Group yang...