Pagi yang cerah, cahaya hangat menyelusup lewat kaca jendela yang tirainya sedikit terbuka. Seorang gadis yang tengah meringkuk di atas tempat tidur belum juga sadar cahaya mentari tengah menyambutnya. Sinar yang tengah menyorot matanya itu seakan tak mengganggu, menunjukkan betapa lelap tidurnya. Ketukan pintu yang sedari tadi terdengar masih saja tidak membangunkannya. Sang Mamah menggeleng heran, beliau membuka pintu lalu marangsek masuk tanpa ijin pemilik kamar.
"Bangun sayang. Sudah jam 7 loh, jadwal penerbangannya kan dua jam lagi. Ayo bangun, kamu harus siap-siap kalau nggak mau nanti ketinggalan pesawat," kata Mamah lembut sembari membelai surai pendek sebahu putri bungsunya itu.
Namanya Reksha Arunia Kirra, atau yang biasa disapa dengan nama Ruu/Aru. Gadis berpipi bulat yang baru saja lulus SMP ini berencana untuk melanjutkan pendidikan di kampung halamannya, Jogja. Setelah 2 tahun ikut kedua orang tuanya ke Jakarta, ia memaksa ingin pulang ke Jogja dan memilih menjalani masa SMA di sana.
Dua tahun yang lalu Ayah Ruu, Johari Salamana dipindah tugaskan ke Jakarta. Membuatnya memboyong istri dan juga putri bungsunya Ruu, yang waktu itu masih duduk di kelas satu SMP. Sedangkan putri pertamanya harus tetap tinggal untuk menyelesaikan akhir semester sebagai siswa SMA.
Tahun ini putri pertama Johari, yaitu Sekar Larasati Mega telah berada di Jerman karena memilih kuliah di sana. Sementara itu Ruu, putri bungsunya terus saja merengek supaya bisa masuk SMA di Jogja. Padahal beliau masih harus bertugas di Jakarta. Sang Mamah, Gandari Sukma yang kini telah membuka sebuah Restoran di daerah Kemayoran Jakarta juga tak bisa ditinggalkan begitu saja. Alhasil Ruu akan ke Jogja tanpa kedua orang tuanya.
"Kamu yakin nggak mau SMA di sini aja?" tanya Sukma kembali memastikan.
Ruu tersenyum menatap sang Mamah yang masih saja khawatir, "Kita udah ngomongin ini berkali-kali, bukannya dulu Kak Sekar juga di Jogja tanpa mamah papah? Kakak bisa, kenapa aku enggak? Lagian kan di sana ada mbok Darmi yang selalu ngurus rumah lama kita, simbok bakal jagain aku. Di sana juga ada bunda sama om Yudi. Aku bakal baik-baik aja Ma," kata Ruu menenangkan sambil mengabsen satu per satu kepercayaan sang Mamah.
Sukma mengusap lembut rambut hitam sebahu Ruu sembari tersenyum, "iya udah iya, kamu kalau Mama bahas itu pasti jadi ngomong panjang lebar," ucapnya membuat Ruu yang sedang mengikat tali sepatu menoleh cemberut. "Nanti kalau ada apa-apa telepon Mama," lanjut Sukma berpesan.
"Siap Nyonya!" balas Ruu hormat.
"Oh ya kemarin Mama telepon Rita. Karena Mama nggak bisa ke sana, Mama minta tolong dia buat ngurus berkas pendaftaran kamu nanti di sekolah Bintang. Biar sekalian juga Bintang jagain kamu di sekolah," terang Sukma membuat Ruu jadi mengerjap kaget.
"Maksud Mamah aku bakal satu sekolah sama Bintang?" tanya Ruu tak percaya. "Kok gitu sih! Bukannya aku udah bilang aku mau milih sendiri mau ke SMA mana? Kenapa Mama baru ngomong sekarang!" katanya jadi mengomel.
Sukma terkekeh kecil, "Mama lupa, lagian kenapa sih? Dari kecil kan kalian bareng, Bintang bisa sekalian jagain kamu."
Ruu jadi merenggut, "aku bukan anak kecil lagi Ma aku udah mau SMA, lagian aku balik ke Jogja tuh bukan mau ketemu Bintang!" katanya masih saja kesal.
"Loh emangnya Mama bilang kamu ke Jogja mau ketemu Bintang?" ucap Sukma terkekeh pelan membuat Ruu mengerucutkan bibir. "Tapi kangen kan?" lanjutnya menggoda.
Ruu jadi bersungut memalingkan wajah, "siapa juga yang kangen," gerutunya pelan.
Sukma yang masih mendengar itu kembali tertawa, menggoda anak gadisnya yang mulai tumbuh dewasa membuatnya mengingat kembali masa-masa dimana ia masih menjadi ABG labil.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Okay
Teen Fiction[Slow Update] [R 13+] Blurb: Ruu datang ke Jogja untuk bertemu kembali dengan teman masa kecilnya. Bintang, si cowok dingin yang irit bicara itu sudah lama ia taksir diam-diam. Kedatangan Ruu sebagai siswa angkatan baru di sekolah Harapan Sakti mem...