Serpihan Kelopak Memori

1K 145 3
                                    

Bagaimana cara mengatakannya? Aku takut dia pergi, bukan sekali orang-orang meninggalkanku hanya karena aku berkata jujur. Aku tidak tahu apa keputusanku ini salah, tapi aku juga tidak mau menipu dan menyakiti orang lain.

"Nobara?" suara tegas sang alpha membuyarkan lamunan Nobara, ia menoleh ke asal suara lalu menatap bingung.

"Kenapa tidak dimakan? Tidak enak?"

"E-enak, aku cuma memikirkan sesuatu" sebelah alis Maki terangkat naik, wajah risau dan bimbang Nobara menjelaskan bahwa ia ingin mengatakan sesuatu.

Setelah pulang dari markas pertemuan, Maki mengajak istrinya pergi ke tempat yang mereka janjikan sebelumnya, membeli beberapa kebutuhan dan pakaian baru. Nobara terlihat sangat senang, berkali-kali ia mengajak Maki ke sana kemari sembari tersenyum manis, baru pertama kali Maki melihat gadis itu sangat ceria dan bersinar. Setelah semuanya terpenuhi mereka singgah di salah satu restoran yang berada di mall tersebut. Memesan parfait dan segelas kopi, tak lupa beberapa cake sebagai makanan pendamping.

"Jangan terlalu dipikirkan, nanti jadi stress" Nobara mencebik gemas, kalau saja Maki tahu apa masalah yang ia sembunyikan pasti bibirnya tak akan berucap sesantai itu.

"Setelah ini mau ke mana lagi?" ajak Maki. Nobara menopang dagu sembari berpikir, tak lama iya menggeleng pelan.

"Tidak ada, kita pulang saja"

"Yakin?"

"Yakin, lagi pula tidak ada yang mau dibeli lagi" timpal Nobara.

"Bagaimana dengan bra? Kau tidak membelinya untuk dirimu sendiri, dari tadi cuma mencari punyaku" seketika pipi Nobara bersemu merah, padahal hal itu adalah yang paling ia hindari. Sebenarnya Nobara cuma malu karena urusan pakaian dalam bukanlah hal yang suka ia tunjukan pada orang lain, apalagi Maki. Ditambah lagi, Nobara tidak mau menunjukkan bahwa ukuran miliknya lebih kecil dari punya Maki.

"T-tidak perlu, nanti aku beli sendiri" balasnya gugup.

"Kenapa begitu? Sekalian saja mumpung masih di sini"

"Tidak usah"

"Kau malu karena size-mu lebih kecil dari punyaku?"

Skakmat. Perkataan Maki menusuk tepat ke jantungnya.

"T-tidak! Aku memang mau beli sendiri. Ck sombong sekali" celetuk Nobara kesal. Maki tertawa kecil, sebelah alisnya terangkat, menatap gadis itu jahil lalu tersenyum aneh.

"Apa?" ucap Nobara tak terima diperhatikan begitu.

"Kau malu kan?" pipi Nobara semakin memerah dibuatnya.

"Berisik! Makan saja kuemu!" Nobara menyumpal mulut Maki dengan donat mini yang mereka pesan. Maki selalu saja berhasil membuatnya kesal dan malu. Tak lama setelah itu Nobara tertawa melihat ekspresi terkejut Maki, sudah disumpali begitu malah jadi lucu menurutnya.

"Kenapa tertawa?" tanya Maki sambil memakan donatnya.

"Wajahmu lucu" seketika Nobara membelalak kaget, barusan ia salah berucap.

"M-maksudku jelek." Nobara melirik ke arah lain, ia berdecak seraya memarahi dirinya sendiri. Reaksi manis Nobara mengundang senyuman tipis di bibir Maki, setidaknya usahanya berhasil untuk membuat gadis itu tertawa lagi.

Sehabis dari restoran, Maki dan Nobara memutuskan untuk kembali ke apartemen. Mereka berjalan di area parkiran yang cukup ramai, beberapa mobil terlihat mencari tempat parkir, hari ini suasana mall memang agak ramai.

"Hati-hati banyak mobil" ujar Maki mengingatkan, Nobara cuma berdeham dan mengangguk paham.

Ekor matanya melirik ke sana kemari, melihat beberapa mobil yang turun dari parkiran lantai atas, iris oranye Nobara menatap seorang anak kecil yang berlarian, kakinya refleks menghampiri anak itu tatkala sebuah mobil menuju ke arah si anak.

My Yakuza Wife [MakiNoba]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang