extra part

369 31 0
                                    

Kaki kiri New patah, dan tulang tangan kanan New retak. Ceritanya cukup singkat dan klise.

New terlalu tergesa-gesa untuk menemui koleganya karena telat hingga dia berlari dari kamarnya dan terpeleset dari tangga sampai kakinya patah.

Untungnya, Tay masih ada didalam rumah dan segera membawa New ke rumah sakit.

Dan karena itu juga, New tak bisa kemana mana atau melakukan apapun dengan bebas. Rasanya bosan setengah mati berada di tempat tidur dan hanya menonton TV atau bermain HP.

Meskipun ada Tay yang menemaninya, tapi Tay tidak bisa mengajaknya ngobrol seharian tanpa henti. Karena Tay harus meng handle pekerjaan New di kantor, Tay menghabiskan 6 jam lebih di depan komputer.

Di minggu pertama, New tidak terlalu bosan karena banyak yang menjenguknya. Tapi sebulan berlalu dan New mulai stress dengan keadaannya yang menyusahkan.

Seperti saat ini, jam 7 waktunya makan malam. New disuapi Tay. Tentu saja, tangan kanannya kan retak.

Bayangannya memang romantis, tapi kenyataannya tidak.

Tay memang menyuapinya, tapi perhatiannya tidak padanya.

"Tay."

"Hm."

"Kuku kaki ku udah panjang."

"Besok aku potongin, sekarang udah malam."

Mereka mengobrol tanpa melihat satu sama lain. Tay fokus pada hp nya membalas chat chat menyebalkan dari kantor.

Sedari awal, New sudah menunjukkan ekspresi kesal, tapi Tay tidak menyadarinya.

Tak bisa menahan kekesalannya lebih jauh, New merebut hp Tay dengan tangan kirinya yang bebas dan membantingnya ke lantai marmer hingga retak.

"New??!!" Tay kaget melihat hp nya yang tiba tiba dibanting kemudian menatap New dengan wajah bingung menuntut penjelasan.

New masih menunjukkan wajah kesalnya.

"Kamu keluar aja, aku udah kenyang." New merebahkan dirinya dan menyelimuti tubuhnya.

Tay masih menunjukkan kebingungan. Tak mengerti kenapa New seperti ini.

"Kamu kenapa sih? Ada masalah apa?" Tay masih membujuknya untuk berbicara.

"New? Aku ada salah sama kamu?"

"Bilang dong, aku gak ngerti kalau kamu diem aja kayak gini."

New masih diam.

"Yaudah kalau belum mau ngomong sekarang, aku tunggu nanti." Tay berniat pergi dari kamar New setelah mengatakan itu. Tapi tidak jadi setelah mendengar isakan New.

Tay membuka selimut yang menutupi wajah New dan mendapati New sedang menangis dengan menutupi wajahnya menggunakan tangan kirinya.

"New? Ada apa, sayang?" Tay berlutut di samping tempat tidur New. Tangannya mengusap keringat di sekitar dahi New.

"Aku jangan diabaikan.." bibir New bergetar ketika mengatakannya.

Jantung Tay serasa dirobek mendengar New berkata seperti itu. Tay akui, akhir akhir ini Tay memang jarang memperhatikan New karena terlalu kewalahan dengan pekerjaan kantor. Tapi sungguh, Tay tidak bermaksud mengabaikan New.

"Ajak aku ngobrol... Aku gak suka kalau kamu disekitar ku tapi gak nganggap aku ada.."

Napas New tersengal dengan air mata yang terus turun.

"Jangan terlalu sibuk sama pekerjaan... Aku disini sendirian..."

"Kamu bisa minta tolong aku, kita bisa kerjain sama sama..."

Tay menyingkirkan dengan perlahan tangan kiri New yang menutupi matanya. New terlihat lelah dengan wajah penuh air mata.

"My Love, maaf ya?" Tay mencium punggung tangan kiri New, kemudian berlanjut hingga ke wajahnya.

"Aku gak bermaksud mengabaikan."

"Newwie sayang, maaf."  Tay tidak tahu harus berkata apa selain maaf. Dia tidak punya pembelaan.

"Malam ini aku mau tidur sama kamu." Ucap New kemudian di angguki Tay.

Selama kaki New patah, mereka memang tidak tidur bersama. Alasannya Tay takut tidak sengaja menyenggol kaki dan tangan New yang patah.

Tapi karena sekarang New yang meminta tidur bersama, maka Tay menyetuinya. Ntah nanti akan bagaimana. Mungkin Tay akan berjaga semalaman agar tidak menyenggol bagian tubuh New yang patah.

New berhenti menangis setelah Tay mencium kelopak matanya.

Setelahnya, Tay berdiri kemudian merebahkan dirinya di samping New. Tay memeluk New dengan sangat berhati-hati.

Tay menepuk pelan kepala New hingga New tertidur.

•••

Remember You [TayNew] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang