03 : KEHIDUPAN BARU [MENINGGALKAN YOGYAKARTA]

3.8K 378 5
                                    

Sudah satu bulan setelah kejadian di hari ulang tahunnya, Kaluna tidak lagi seperti Kaluna yang dulu. Gadis yang sangat ramah dan mudah tersenyum itu kini terlihat sangat menyedihkan.

Hidup sendirian, dengan segala harta warisan yang dia dapat, Kaluna hidup bersama seorang laki-laki seusia ayahnya. Haris Aditia, sang tangan kanan Kevala.

"Kaluna," panggil Haris. "Sarapan, nak."

Kaluna keluar dari kamarnya, dia langsung menuju meja makan tanpa suara. Haris menatap Kaluna sendu, dia mengetahui semuanya. Bahkan tentang Kaluna yang di perkosa oleh orang yang tidak dia kenal. Haris sempat ingin mencari orang itu, tapi Kaluna menolak dan mengatakan bahwa dia tidak ingin berurusan dengan orang itu. Tapi Haris tetap mencari dan tidak ada hasil, bagai di telan bumi, laki-laki itu menghilang tanpa jejak.

Haris tidak tinggal bersama Kaluna, dia akan mengunjungi Kaluna sesekali. Kebetulan pagi ini istrinya meminta Haris mengantar sarapan pada gadis itu.

"Kaluna, paman ingin berbicara," ujar Haris duduk di hadapan Kaluna.

"Apa, paman?"

"Paman.., paman rasa paman harus segera menyerahkan seluruh harta warisan kepada kamu, nak. Akan lebih baik jika hal itu terjadi."

Kaluna meletakkan sendoknya. "Paman," panggil Kaluna pelan. "Paman akan tetap bantu ayah, kan? Paman akan tetap jaga perusahaan, kan?"

Haris mengangguk mantap. "Ayahmu itu sahabat paman, satu-satunya orang yang sangat peduli dengan paman. Setelah semua yang terjadi, paman akan selalu menemani Kaluna dan menjaga Kaluna."

"Paman, Kaluna mau perusahaan itu di urus oleh paman," ujar Kaluna membuat Haris tersentak. "Kita bisa bagi dua, paman juga harus dapat. Kaluna gak mau berurusan dengan perusahaan, paman. Kaluna gak paham."

Haris menggeleng. "Nak, harta warisan tetap ada di tangan kamu."

"Tapi, paman. Kaluna mau paman yang menjadi pemilik perusahaan itu, ayah pasti setuju."

Haris kembali menggeleng. "Bukan itu yang Kevala mau," ujar Haris. "Kamu akan tetap menjadi pemilik perusahaan, kamu tenang saja, paman akan tetap menjaga perusahaan. Perusahaan akan di atas namai Kaluna, tapi paman akan menjadi orang yang mengurus semua sampai Kaluna siap."

"Paman," lirih Kaluna.

"Kenapa, nak?"

"Kaluna mau pergi."

Haris tersentak, dia menatap gusar Kaluna.

"Kaluna mau pergi jauh, Kaluna gak mau di Jogja lagi, jadi Kaluna harap paman mau bantu Kaluna untuk pegang perusahan ayah."

"Kamu kau kemana? Kenapa pergi? Apa paman buat salah?"

Kaluna menggeleng. "Paman," lirih Kaluna menangis.

Haris semakin tidak tenang, dia mendekati gadis yang sudah dia anggap sebagai anaknya itu.

"Kaluna hamil.., hikss."

Haris terdiam, tangannya bergetar menarik Kaluna kedalam dekapannya. Haris merasa hawa panas di matanya, seiring dengan air yang mengalir bersama isakan Kaluna.

"Kaluna," lirih Haris.

"Kaluna hamil, paman. Hikss.., Kaluna malu."

"Paman akan cari laki-laki itu, paman akan minta dia bertanggung jawab."

Kaluna menggeleng. "Kaluna gak mau, Kaluna gak mau ketemu dia lagi. Kaluna benci."

Haris gundah, dia tidak setuju dengan keputusan Kaluna. Tapi dia tidak bisa menentang keinginan Kaluna.

Bad Seventeen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang