BAB 26 : Dekat, Katanya

1.7K 346 31
                                    

─── ・ 。゚☆:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

─── ・ 。゚☆: .☽ . :☆゚. ───


DI samping mempunyai standar spesifikasi pendidikan dengan mengambil sistem modernisasi. Atraxia berhasil menyambangi dunia teknologi kreatif ilmu pengetahuan, sehingga diberikan julukan "Perpustakaan Negara Kedua" lantaran tidak pernah ketinggalan dalam memasok buku-buku dari penjuru dalam maupun luar negeri di perpustakaan guna menunjang pengetahuan jauh lebih luas bagi murid-murid. Pun, bila ingin menjelajah dunia pengetahuan lebih dalam lagi, Atraxia menyediakan sebuah bangunan besar tepat pada area tersudut sekolah dengan nyaris di isi ratusan ribu buku dari lima dekade silam. Diberikan nama Dunia Atraxia sebab diharapkan mampu menjadi dunia belajar yang mumpuni bagi siswa-siswi Atraxia.

Maka dari itu, pukul setengah tujuh pagi Yezira sudah menginjakkan kaki guna terperangah menatap rak-rak pencakar langit di depan mata. ID card yang digunakan sebagai akses masuk resmi digenggam kuat-kuat.

Bibir tipis sang puan terbuka, dia benar-benar terkagum-kagum atas surga dunia yang tersuguh di hadapan. Yezira tidak lagi menyesali keputusannya bangun subuh dan mengguyur badan menggunakan air sedingin es guna memenuhi agenda khusus harian. Penyesalan kecil melesak mengetuk hati, “Harusnya gue mampir ke sini dari awal masuk. Sumpah, buku-bukunya lucu banget. Huwaaa~”

Sepersekian sekon masih membutuhkan cukup jeda guna mencerna euforia, barulah Yezira berlari kesana-kemari sesuka hati tanpa perlu menerima teguranㅡorang gila mana memangnya yang mau menyambangi perpustakaan sepagi ini? Cuma Yezira!

Iris karismatik tersebut mengedar penuh semangat, senyuman menawan sang puan juga enggan luntur setiap kali mengambil satu buku guna didekap erat; seolah bertemu belahan jiwa yang telah lama dirindukan. Adegan berikutnya, sewaktu Yezira menemukan sebuah buku dengan judul "Cerdas Berada pada Pola Pikir" dan berjinjit berusaha menggapai usai meletakkan buku-buku lain  di lantai. Sang gadis melebarkan retina panik saat rak buku mendadak bergerak condong kearahnya.

“Eh?!”

Dan, yang selanjutnya ia ingat adalah kepalanya ditarik cepat guna dipeluk dalam lindungan sementara rak buku tersebut didorong cepat ke tempat semula.

Yezira kemudian dilepaskan lewat dorongan halus pada bahu tatkala sebuah pertanyaan mengudara. “Lo seneng boleh, lupa daratan karena bahagia juga boleh. Yang nggak boleh itu nurunin kewaspadaan lo,” ia rasa, orang itu sedang mengomel. “rak yang ini emang udah reyot karena bagian kakinya udah dimakan rayap. Sengaja dipindahin ke depan supaya gampang dibawa keluar buat diganti, nggak ganggu pengunjung lain juga nanti. Hati-hati lo.”

Yezira mengerut dalam bukan main. Maniknya pun mengerjap berkali-kali saat ingin membalas, “Lo … ”

“Yaziel.” Dia menunjuk name tag nama pada almamater dan memasukkan tangan pada saku celana. Kemudian menaikkan alis luar biasa tajam. “Jangan bilang lo mau maki-maki gue kayak temen-temen lo itu?”

Story Of Ghaitsa | Zoo UnitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang