1. Keputusan untuk bertahan hidup

39.6K 1.8K 4
                                    


.....

Para pelayan dan maid di kediaman Duke Dorian berhamburan menuju ruang baca setelah mendengar teriakan Pangeran Nathaniel. Sesampainya mereka di ruangan tersebut, terlihat Pangeran Nathaniel melemparkan cangkir teh ke arah dinding dengan napas memburu. Bunyi pecahan cangkir tersebut sukses mengagetkan semua orang.

Atmosfer di ruangan itu berubah tegang. Wajah Pangeran Nathaniel merah padam, ia begitu murka. Anehnya, Lady Koa yang duduk tepat di hadapan pangeran justru terlihat santai sembari menyesap pelan tehnya.

Pangeran Nathaniel menatap dengan sorot mata tajam penuh amarah ke arah para pekerja di kediaman Duke Dorian. "Apakah pelayan di kediaman Duke Dorian tidak pernah diajari tata krama! Berani-beraninya kalian menerobos masuk kemari, mengganggu acara minum tehku bersama Lady Koa!" teriak Pangeran Nathaniel melampiaskan kemarahannya pada mereka.

Para pelayan dan maid itu hanya bisa terdiam sambil menundukkan kepala. Tak ada satupun dari mereka yang berani membalas perkataan Pangeran Nathaniel. Kepala Pelayan yang juga berada di sana segera melirik ke arah Lady Koa.

Tak butuh waktu lama sampai Koa menyadari lirikan mata Kepala Pelayan. Ia letakkan cangkir teh miliknya ke atas meja dan mengisyaratkan kepada mereka untuk mundur dan jangan ikut campur.

Paham akan perintah yang Lady-nya berikan, Kepala Pelayan langsung memerintahkan para pelayan dan maid yang lain untuk meminta maaf kepada Pangeran Nathaniel, kemudian pamit mengundurkan diri dan pergi meninggalkan ruangan.

Sepeninggalan para pekerja tersebut, ruangan sejenak berubah sunyi. Hanya bunyi air mengalir dari pancuran di tengah kolam ikan hias milik kediaman duke yang sayup-sayup terdengar dari luar.

"Lady, jika kau sedang bergurau, ini tidak lucu sama sekali," ujar Pangeran Nathaniel dengan amarah yang tersirat di dalam ucapannya. Putra ke-4 Raja Alden dari selir ke-3 nya ini berusaha keras menenangkan diri. Ia duduk kembali di kursinya, menunggu jawaban yang ia harapkan dari Lady Koa.

"Tidak Yang Mulia. Saya bersungguh-sungguh dengan ucapan saya," jawab Lady Koa mantap - tanpa keraguan sedikit pun. Lady Koa nampak tersenyum tipis sembari mengangkat kembali cangkir teh miliknya. Langkah pertama dari rencanaku adalah berpisah darimu, Pangeran.

Pangeran Nathaniel menguatkan kepalan tangannya. Ia berusaha agar tidak lepas kontrol lagi di hadapan Lady Koa Dorian, sang tunangan. Laki-laki pemilik rambut pirang yang berkilau bagai sutra itu menghela napas panjang.

Di Kerajaan Elinor sendiri, rambut pirang keemasan adalah lambang keturunan raja. Bukti bahwa dia seorang royalty.

Aku tidak boleh melepaskan Lady Koa. Ini tidak boleh terjadi, batin Nathaniel gelisah. Matanya yang beriris biru terang itu menatap Lady Koa sendu. Berusaha mendapatkan simpati dari gadis itu. "Apakah Duke Dorian sudah mengetahui keputusanmu ini Lady?"

Koa sekali lagi hanya tersenyum tipis. Tentu saja Nathaniel tidak akan melepaskanku begitu saja. Dorian Dukedom adalah salah satu kekuatan dari fraksi netral di Kerajaan Elinor yang harus ia gandeng jika ia ingin naik tahta. Apabila pertunangan ini sampai batal, maka Nathaniel akan kehilangan salah satu kartu truf-nya.

"Saya akan segera memberitahu Duke Dorian setelah pertemuan kita hari ini Yang Mulia," jawab Koa dengan gestur tubuh yang begitu anggun.

Pangeran Nathaniel mulai kebingungan. Ia kehabisan akal. Entah kenapa ia merasa jika Lady Koa berubah menjadi begitu keras kepala sekarang. Padahal dulu, merayu Koa adalah hal mudah baginya. Ia hanya perlu membisikkan pujian dan kata-kata manis, Koa akan menurutinya tanpa bertanya lagi. "Apa aku tanpa sengaja pernah membuatmu tersinggung atau membuatmu sakit hati Lady?" tanya Nathaniel hati-hati.

Queen of Shield - Putri Sang DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang