Chapter 01 - Don't Touch My Son!

3 0 0
                                    

Happy Reading!

•••

Pagi yang cukup melelahkan bagi Kansas. Olahraga hariannya benar-benar lebih keras daripada biasanya. Entah kenapa Kansas melakukan itu, padahal Zaidan hanya berpesan agar ia melatih tubuh lebih banyak lagi jika sempat. Tapi yang Kansas tangkap adalah; Zaidan ingin ia segera membentuk fondasi bagi kekuatan tubuhnya.

Berbagai bela diri yang sejak kecil Zaidan ajarkan sudah dilatih sejak pagi sampai beberapa kali. Kansas juga tidak lupa berlatih gym di ruangan olahraga untuk menjaga bentuk badannya tetap sempurna.

Lalu seakan belum cukup, kedua kaki jenjangnya berlari-lari kecil menyusuri lapangan golf di belakang mansion Adinata hingga beberapa putaran. Sekaligus menghirup udara segar guna merilekskan pikiran.

Nafasnya masih memburu ketika ia menyelesaikan putaran kelimanya. Dengan sigap asisten pribadi Kansas yang sedari awal berdiri mengawasi di pinggir lapangan segera menyodorkan air mineral beserta handuk pada Kansas.

"Tuan Besar memerintahkan Anda untuk ikut makan siang bersama teman-teman lama beliau, Sir."

Kening Kansas sempat mengerut samar. Jarang sekali ayahnya itu ingin menunjukkan wajahnya pada teman-teman dekatnya secara intens. Ada masalah apa sebenarnya?

Semua ini tampak tidak wajar baginya.

Selama ini Zaidan sering kali menyembunyikan keberadaannya dari orang-orang terdekat Zaidan, bahkan mungkin tidak pernah ada pertemuan intens antara ia dan teman-teman ayahnya, Zaidan.

"Kau yakin?"

"Tentu, Sir!"

Seusai membersihkan tubuh dan siap-siap, Kansas melangkah santai menuruni tangga melingkar berlapis emas itu. Mata tajamnya melihat para pelayan begitu sibuk membersihkan ulang kediaman. Seberapa penting pertemuan kali ini memangnya?

"Silahkan Tuan Muda," Ujar seorang buttler di kediaman Adinata seraya menarik sebuah kursi di meja makan di sisi kanan kursi utama milik kepala keluarga.

Kansas tidak menjawab. Ia hanya mendudukkan diri kemudian memainkan ponsel. Memeriksa kabar saham miliknya.

Beberapa kali Kansas membeli lusinan saham milik perusahaan-perusahaan yang memiliki potensial berkembang menjadi lebih besar di masa depan.

Kegiatan seru Kansas harus terganggu dengan gerombolan langkah kaki menuju ruang makan. Bersikap tidak peduli, Kansas kembali fokus pada permainan sahamnya.

"Wow... Tampannya!" Haikal, salah satu teman lama Zaidan berseru heboh begitu melihat wajah Kansas.

Sontak seluruh atensi kini mengarah pada Kansas yang tetap nyaman pada dunianya sampai-sampai tidak memperdulikan kehebohan di sekitarnya.

"Hentikan permainan saham mu, Nak." Zaidan merebut ponsel Kansas, mengamatinya sekilas sebelum akhirnya mematikan ponsel putranya.

Kansas mengambil ponselnya dari tangan sang ayah. Kedua tangannya terlipat di dada. Tanpa sadar mengeluarkan intimidasi.

"Putramu sangat menyeramkan," Ujar Jovan setengah bercanda.

"Duduk-duduk, kita mulai makan siangnya." Zaidan bertepuk tangan dua kali tanda makan siang dimulai. Sejurus kemudian para pelayan begitu cekatan menyajikan makanan untuk setiap orang.

Berbeda dengan para pelayan perempuan yang melayani mereka semua, pelayan yang melayani Kansas adalah buttler utama kediaman Adinata.

Belum lagi asisten pribadi Kansas yang berdiri tegak di belakang sang atasan benar-benar menyita perhatian mereka semua. Terkecuali orang-orang di kediaman Adinata sudah terbiasa.

Makan siang itu berlalu damai meski ada banyak pertanyaan di benak teman-teman lama Zaidan tentang Kansas yang begitu misterius dan tak membuka suara selama makan hingga kini duduk di ruang keluarga atas paksaan Raksi dengan banyak ancaman yang tentunya tidak pernah Kansas takuti. Tapi pada akhirnya Kansas ikut serta duduk diantara para orang tua berisik seperti mereka karena perintah Zaidan.

"Umur putramu tidak jauh beda dengan putra kami. Mungkin saja mereka bisa jadi teman jika sudah dipertemukan, iya, kan?" Kali ini Bayuaji yang berbicara.

"Atau bagaimana jika kita menjodohkan anak kita, Zai?"

Uhuk!

Zaidan yang sedang menyesap sampanye mendadak terbatuk hebat mendengar omongan Satria.

Tidak mau!

Sampai matipun Zaidan tidak akan membiarkan Kansas-nya berada dilingkungan mereka terlalu lama. Tidak akan pernah!

Jika bukan karena terpaksa untuk menunjukkan 'keberadaan' putranya akibat ledekan Lexi yang mengatakan putranya tidak diinginkan, Zaidan tidak akan sudi menunjukkan Kansas-nya pada mereka.

Omong kosong jika Zaidan tidak menginginkan Kansas hidup. Ada alasan kuat mengapa Zaidan begitu menyembunyikan Kansas. Alasan itulah yang setia menjadi kecemasannya selama lebih dari 24 tahun.

"You okay?" Kansas menyodorkan air mineralnya yang belum tersentuh dan disambut baik Zaidan.

"Kau terlihat mirip seseorang. Siapa namamu, Nak?" Lexi mengabaikan kondisi Zaidan dan malah kembali bertanya pada Kansas.

Kansas mengerenyitkan keningnya. Wajah dinginnya semakin dingin. Menambah kesan tak tersentuh dalam dirinya. Seolah-olah ia adalah dewa kematian yang selalu menatap kebawah.

"Valerio Adinata." Bukan Kansas yang menjawab. Melainkan Zaidan.

"Hei! Yang kutanyakan itu putramu! Jangan menyela." Ketus Lexi.

Luna-istri Bayuaji menatap rumit Kansas. Ada kesedihan dalam matanya ketika melihat bayi mungil di dekapan Zaidan puluhan tahun lalu tumbuh menjadi seorang pria penuh pesona.

Tangan Luna terulur untuk mengelus rambut Kansas. Namun belum juga sampai, Kansas sudah lebih dulu menghindar cukup jauh. Bahkan asistennya cukup sigap untuk menghalangi pandangan Luna.

Semua orang menatap aneh pemandangan tersebut. Bahkan kini beragam pandangan orang-orang di sana mengarah pada Kansas.

"Saya pergi dulu, Dad." Tanpa menunggu jawaban Zaidan, ia segera melenggang pergi menuju lift. Menekan angka 5, lantai tertinggi di kediaman Adinata.

Ditempatnya, Zaidan menghela nafas berat. Dan itu tak luput dari pandangan Raja, seseorang yang sedari awal diam mengamati.

"Kenapa?"

Zaidan menatap sayu pada setiap wanita di ruangan itu. "Tolong, untuk kali ini, jangan membantah ku." Pria itu menenggak air mineralnya hingga tandas, kemudian menatap setiap orang yang hadir.

"Jangan pernah menyentuh putraku. Sedikitpun, aku harap kalian tidak melakukannya. Terutama para wanita." Tambah Zaidan tanpa mau membuka suara kembali.

"Tapi kenapa?"

"Mengenai putraku, kalian tidak perlu mengetahuinya." Tegas Zaidan mutlak.

🛡️🛡️🛡️
TERIMAKASIH TELAH MEMBACA CERITA PROTECTOR

Udah lama gak buka Wattpad nih wkwk

Masih adakah yang nunggu cerita ini?

Lama gak update ternyata ya. Hampir setengah tujuh bulanan mungkin ya. Hahaha

Thank for reading, and don't forget to leave vote and comment guys.

See you next chapter.

Salam hangat,
Sey💚

PROTECTORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang