Ch. 10: Gukbab

365 102 44
                                    

"Dia meninggalkanku dengan membawa semua barang-barangku!"

Begitu kembali ke Seoul dan bertemu dengan Jiwoo, Hyunjung menceritakan semua pengalamannya selama di Busan kemarin. Ia masih begitu kesal dengan Jungkook yang meninggalkannya, yang seketika membuatnya lupa pada hal-hal manis yang dilaluinya seharian dengan orang yang sama.

"Aku yakin dia mungkin punya alasan, tapi tetap saja dia berengsek." Jiwoo berada di pihak Hyunjung saat ini. "Kalau ada urusan mendadak, bisa tunggu sebentar untuk setidaknya memberikan barang-barangmu, 'kan?"

Hyunjung mengangguk berkali-kali, dengan bibir mengerucut tanda dirinya masih kesal. Barang-barangnya sudah kembali berkat Yoongi, ada banyak pesan dan panggilan masuk dari Jungkook, tapi masih Hyunjung abaikan hingga saat ini.

"Lalu bagaimana sekarang? Tadi kulihat ada puluhan pesan masuk dari Jungkook. Masih tidak mau kau jawab?"

"Akan kutunggu sampai ribuan pesan dan panggilan, baru setelah itu kumaafkan. Enak saja. Dia pikir semudah itu mendapatkan maafku?"

"Kalau dia tidak seberjuang itu, bagaimana?"

"Apa?"

"Bukannya aku ingin menurunkan harapanmu padanya, tapi... dengarkan aku." Jiwoo yang semula duduk lesehan di atas karpet, naik ikut duduk di sofa yang sama dengan Hyunjung.

"Aku mendengar rumor tentang Jungkook, bahwa dia tidak pernah serius menjalin hubungan dengan perempuan mana pun. Dia mendekati perempuan tujuannya hanya satu, ingin ditiduri. Itu buruk, berengsek sekali, tapi orang-orang juga bilang bahwa kau diajak ke Busan pun tujuannya juga untuk itu.

"Sayangnya, ada hal mendesak terjadi padanya yang membuatnya harus meninggalkanmu seperti itu. Dia berusaha memohon maaf, tapi katamu tidak akan semudah itu."

"Lalu?"

"Kalau tujuannya hanya main-main seperti rumor yang beredar, apa menurutmu dia akan mengirim pesan sampai ribuan kali hanya untuk mendapatkan maaf darimu? Jika itu benar, yang ada dia malah akan pergi dan mencari yang lain."

Hyunjung tampak gamang. Ia tidak pernah mendengar tentang rumor tersebut—juga tidak peduli dengan rumor mana pun. Namun jika benar, ada kemungkinan yang terjadi malah seperti yang Jiwoo katakan barusan.

Lalu kenapa?

"Y-ya... bukankah itu bagus?" kata Hyunjung, berusaha agar mengatakannya dengan nada senormal mungkin. "Itu artinya dia pergi sebelum mendapatkan apa yang diinginkannya dariku. Aku tidak menderita kerugian apa pun."

"Kau yakin? Maksudku... kau yakin tidak apa-apa? Kau tampak begitu menyukainya."

"Memang siapa yang tidak menyukai Jungkook? Selama beberapa waktu aku dekat dengannya belakangan ini, aku juga menyadari betapa popularnya dia, dan itu bukan hanya di kalangan mahasiswa kampus kita saja. Cakupannya lebih luas. Banyak sekali perempuan yang menggilainya. Aku memang menyukainya, tapi sebenarnya aku juga takut apakah aku akan siap jika memang hubungan kami berlanjut. Jika dia menyerah sekarang, itu bagus, 'kan? Aku tidak perlu menghadapi apa yang kutakutkan."

"Kau tidak takut patah hati?"

"Itu...." Hyunjung tidak tahu.

"Hyunjung, perasaanmu pada Jungkook adalah pengalaman pertamamu. Kau belum pernah jatuh cinta dan patah hati karena seorang lelaki sebelumnya. Sejujurnya aku cukup takut juga kau akan langsung patah karena orang itu Jungkook dan kau akan kewalahan karena hal tersebut. Patah hati lekat hubungannya dengan perpisahan, kau sungguh tidak apa-apa jika hatimu patah karenanya?"

"Mungkin tidak apa-apa. Atau hanya akan menangis sebentar?" Hyunjung tidak terlalu yakin dengan apa yang akan dirasakannya nanti. "Tapi jika memang Jungkook menyerah sekarang, itu jauh lebih baik dibanding nanti saat aku sudah terlalu menyukainya."

LIVE WITH ROCKSTARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang