"Ampuni aku!"
Suara Kairo menggelegar di sepanjang kamar saat Sakura mendorong pria itu dan membiarkannya berlutut. Menangis dengan air mata buaya dan bersimpuh agar mendapat ampun.
"Aku tidak punya pilihan. Ingin agar kau sukses dan dipandang di agensimu sendiri," kata Kairo belum menyerah. "Agensi itu harus tahu siapa dirimu."
Karena kesalahan yang dibuatnya cukup fatal. Sakura tidak pernah menandatangani apa pun, Kairo melakukannya. Memanipulasi seolah dia sepakat hingga perusahaan memanggilnya untuk kembali.
"Ini bisa saja menjadi neraka untukku," ungkap Sakura gemas, mencengkeram bahu Kairo dan mengguncangnya keras. "Aku harus terus berlari jika bertemu Sasuke. Kau tahu kalau diriku selalu bernasib sial, hah? Bagaimana bisa kau setega itu!"
Kairo terburu-buru bangun, menjelaskan menurut pandangannya sendiri. "Sasuke bos besar, kau dan dirinya tidak akan terus-terusan bertemu. Santai saja, okay? Rileks. Kalian bagaikan langit dan tempat sampah. Sasuke sangat sibuk."
"Begitu?" Sakura mencibir, berkacak pinggang ketika Kairo mendapat hantaman di wajahnya. "Aku bahkan bertemu dengannya di lift dan kepalaku sakit karena harus terus menunduk! Ino sudah menyeretku ke neraka, sekarang kau lagi?"
"Kontraknya bernilai jutaan dolar, Sakura! Sadarkan dirimu!"
Pertengkaran ini tidak akan ada habisnya. Sakura mundur, menyerah saat pria itu masih berlutut memohon ampun. Kairo tahu ini akan terjadi. Sakura pasti semarah itu padanya. Setelah dia melarikan diri mencari angin segar dan pengampunan, tetap saja dia mendapat balasan.
"Pria tidak waras itu memintaku menikah," ucap Sakura sinis. "Ino, maksudnya. Dia meminta Ino menikah. Aku harus membereskannya dan dia tetap keras kepala!"
Kairo terperangah. "Benarkah? Dia jatuh cinta padamu?"
"Ino."
"Benar, Ino."
Sakura menepi, duduk di kursi tuanya yang usang dan meringkuk di sana seperti bayi. "Ada baiknya aku bicara pada Ino dan memintanya bertemu Sasuke. Dia harus jujur padanya. Bilang kalau Sasuke seperti algojo dan dirinya tidak akan menikah dengan tukang jagal."
"Tatapan matanya seperti dinosaurus."
"Kau benar."
"Aku harus pergi kencan dengannya satu kali dan menyerahkannya pada Ino. Keputusanku tetap. Aku harus menolaknya," tukasnya penuh tekad. Tidak peduli bagaimana akhirnya nanti, Sakura harus menyudahi ini secepatnya. Dia tidak bisa memasang topeng sebagai Ino terus-menerus. Sial, double sial.
Kairo melirik sahabatnya dengan dengusan. "Tidak ada hal baik dari seorang Sasuke, kan? Dia berbahaya, berdompet tebal dan auranya terlalu menyebar sampai ke luar gedung. Semua orang harus menjaga jarak sekiranya seratus meter darinya. Apa Ino bisa melawannya?"
"Dia bisa mencakar kalau mau," sahutnya cepat.
"Kau bertemu Sasuke sore ini?"
Sakura menatapnya nelangsa, merasa miris dengan nasibnya sendiri. Semesta berkontribusi besar membuat hidupnya sulit.
"Kami bertemu di lift. Dia bersama orang lain."
"Apa kau percaya kebetulan yang mengikat? Ini seperti takdir," kata Kairo bersemangat. "Sial, membuatku merinding. Kau dan Sasuke ... aw! Luar biasa!"
Satu lemparan buku tepat sasaran mengenai wajahnya. Kairo mendesis, mengusap pipinya yang memerah saat Sakura berguling bak anak kecil. "Diamlah. Kau berisik. Benar-benar tukang bicara. Aku butuh solusi!"
"Bagaimana kalau kalian berjodoh?"
"Dalam mimpimu!"
Sebenarnya Kairo ingin Sakura berubah. Menabrak batasannya sendiri mengencani pria kaya raya dan eksklusif. Yang membuat hidupnya makmur. Tapi sahabatnya selalu menolak, terkesan tidak mau berurusan dengan mereka setelah sekian lama. Bukan tanpa alasan karena Kairo dan Ino tahu alasannya. Benar-benar menyadari sebabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENCHANTED
FanfictionCuma bilang untuk memanipulasi perjodohan konyol bin kolot orang tuanya, tetapi berakhir menyeret orang lain ke pintu neraka. Yap, malang sekali nasibnya. Sudah jatuh, tertimpa ember penuh es batu pula. Apes.