BRAK
“AH SH*T!”
Ruu telonjak kaget saat mendengar bunyi keras diikuti umpatan kasar dari belakang gedung Lab. Biologi yang kosong. Ia menjadi semakin kaget kala seorang cowok jangkung memunculkan diri dari dinding belakang gedung. Rambutnya masih setengah basah dan di sisir apa adanya, dengan atasan seragam yang dikeluarkan serta kancing yang terbuka juga kaos putih polos sebagai dalaman. Cowok itu benar-benar terlihat tidak niat sekolah.
Cowok tampan dengan mata besar dan bibir tebal itu mengangkat alis saat mendapati Ruu tengah memandangnya tanpa berkedip.
Ruu mengerjapkan mata saat tatapannya bertemu dengan cowok itu. Ia berdehem, sedikit memiringkan tubuh lalu melongok ke belakang punggung cowok jangkung itu untuk melihat apa yang tadi berbunyi keras di sana.
Sementara itu cowok dengan nama Rakabuming Respati itu nampak mengangkat alis memandang cewek yang hanya setinggi dadanya itu. “Elo anak kelas berapa?” tanya Raka membuat Ruu jadi menolehkan wajah ke arahnya.
Ruu mengerjap, “Mejanya rusak, abis diapain?” tanyanya polos seraya menunjuk ke balik punggung Raka.
Raka tersentak, ia menoleh ke belakang untuk kembali menatap meja yang baru saja ia gunakan sebagai pijakan saat menuruni dinding sekolah. Cowok itu menghela nafas kembali teringat ia baru saja terjatuh gara-gara meja rapuh itu ambruk dan membuatnya terjerembap.
Raka kembali menoleh pada Ruu yang diam sambil memandangnya tenang menunggu jawaban. “Udah rusak dari awal, bukan gue yang rusakin. Elo anak kelas berapa?” tanyanya lagi.
Ruu mengangguk, matanya agak memicing melihat celana panjang abu-abu milik Raka yang terlihat kotor di bagian lututnya. Ruu menyipitkan mata, “Udah bel dari tadi. Elo dari arah sana, lo telat?” tanyanya menebak.
Raka mendelik, “Telat nggak telat itu urusan gue. Elo juga masih di sini, elo juga telat kan? Sekarang gue tanya elo kelas berapa?” tanyanya mulai kesal.
Ruu melotot, “Gue nggak telat, gue masih di sini itu karena…,” ucapnya menggantungkan kalimat, gadis itu mengerjap, haruskah ia mengaku habis berkelahi dan berakhir di hukum? Ruu berdehem, ia menggeleng.
“Karena apa? Karena lo telat dan nggak mau ngaku? Udah deh, gue nggak punya banyak waktu! Kelas sepuluh IPS 1 di mana?” tanya Raka sedikit menyentak dengan suara beratnya.
“Apaan sih udah gue bilang gue nggak telat!” kata Ruu sewot. “oke, gue baru aja buat kesalahan dan berakhir masuk BK. Makanya gue di hukum dan baru sekarang mau masuk kelas! Jadi kalau lo ngelanggar aturan lo juga harus kena hukuman! Sekarang ayo ke BK.”
Raka menyentak tangan Ruu yang meraihnya dan hendak membawanya ke Ruang BK. Ia mengusak rambut frustrasi kemudian maju selangkah membuat Ruu kaget dan refleks bergerak mundur.
“Jangan nguji kesabaran gue!” ucap Raka dingin.
Ruu menggeram, “Kalau gitu cari sendiri aja kelasnya!” balasnya jengkel, ia berbalik hendak melangkah pergi namun tangan besar Raka lebih dulu mencekal pergelangan tangannya.
Ruu membelalakkan mata, ia menghempaskan tangan Raka dan mencoba melepaskan diri. Raka tersenyum miring, ia melirik name tag yang terpasang manis pada seragam Ruu lalu kembali menatap iris kembar kecokelatan milik gadis itu.
“Elo batu banget ya, apa susahnya sih ngasih tahu orang yang butuh bantuan lo?” tanya Raka kini lebih kalem.
Ruu mendecih sinis, “Kalau lo minta bantuan, harusnya lo bisa lebih sopan!” katanya jadi dingin.
Raka tertawa kaku, “Jadi lo beneran nggak mau ngasih tahu gue di mana kelasnya?”
“Kalau iya, lo mau apa?” balas cewek berponi rata itu tanpa takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Okay
Teen Fiction[Slow Update] [R 13+] Blurb: Ruu datang ke Jogja untuk bertemu kembali dengan teman masa kecilnya. Bintang, si cowok dingin yang irit bicara itu sudah lama ia taksir diam-diam. Kedatangan Ruu sebagai siswa angkatan baru di sekolah Harapan Sakti mem...