[10. siapa?]

4.9K 435 3
                                    

-
-

"hey, nunggu lama?" ucap seseorang tiba tiba mengagettkan acara melamun el

El menggeleng "engga kok, ayo pulang" ajaknya yang dibalas anggukan

El memasuki mobil dengan perasaan kurang, ia menoleh ke belakang dan benar saja, abangnya ketinggalan 1
"bang, bang ervan mana?"

Ervin menoleh sekilas "pulang bareng azka"

"ohh, emm btw el boleh nanya ngga?"  tanya el takut takut

"tanya aja"

"Kenapa kalian gampang banget nerima el? maksudnya kaya gimana ya..ya gitu" ucap el belibet, bingung mau bagaimana cara bilangnya

sedari awal memang sudah dibuat bingung, kenapa keluarga denandra sangat santai menanggapi kehadirannya? mengadopsinya? seperti sudah kenal lama saja, apakah mereka tidak takut jika saja dirinya oranng berbahaya? Atau mata mata musuh perusahaan mungkin

"nanti kamu tanya aja ke dady" jawab ervin singkat

"tau gitu gue ga perlu susah susah tanya bambang" gerutu el dalam hati, huh menyebalkan

"Terus si azka azka itu kenapa tadi numpang?" tanya el lagi

"mobilnya disita"

"hah? Kok bisa?" tanya el heran, apakah seorang azka hanya mempunyai satu mobil? kan kalau satu disita masih punya simpanan, kenapa harus numpang?

Ervin mengedikkan bahunya acuh, el hanya menghela nafas, cape juga ya nyerocos tapi jika tidak, nanti hening, canggung dan membosankan

"Terus abang kenal ngga sama yang namanya zein?" tanya el penasaran

"gk"

"ohh oke, tapi abang tau gak kenapa bumi bulat?"

"bumi datar"

"bulat, bukannya bumi bulat?"

"tanah ini bentuknya apa?"

"datar" jawab el

"yaudah, berarti bumi datar"

"mana bisa gitu!" protesnya tidak mau kalah, sedangkan ervin hanya mengedikkan bahunya tak perduli

"hmm satu lagi"

"nanti aja, sekarang turun udah sampe" ucap ervin keluar meninggalkan el yang tersenyum malu

***

"ASSALAMUALAIKUM MAMIHHHHH" teriak el menoleh kesana kemari mencari sang mamih

"WAALAIKUMSALAM, JANGAN TERIAK EL ADA TETANGGA TIDUR" teriak hana dari dalam

"MAMIH JUGA TERIAK"

"MAKANYA KAMU DIEM" sahutnya tak mau kalah

Ervin menggelengkan kepalanya miris dan pergi meninggalkan kedua manusia itu yang masih berteriak teriak

"YAUDAH MAKANYA TURUN" teriak el lagi

"SABARRR INI TURUN" teriak hana dari arah tangga

El yang melihat mamihnya turun segera berlari dan memeluknya erat seperti ibu dan anak pada umumnya, terlihat sudah akrab melupakan sesuatu

"loh apanih tumben" ujar hana terkekeh

"ihh iyalah tumben orang baru kemaren el kesini" jawab el kesal

"iya juga ya, tapi udah kaya bertahun tahun"

"Nah itu dia yang mau el tanyain" pekik el melepas pelukannya membuat hana kaget

"asraghfirullah el" gumamnya mengelus dada

"hehe maap maap, ayo duduk anggap aja rumah sendiri" ucap el tidak sadar

"jadi?" tanya el menggantung

"Jadi apa?"

"Jadi kenapa bisa el kaya akrab sama kalian terus kalian juga keliatan santai bangt nerima el jadi anggota keluarga"

"ya mana mamih tau, kan el yang ngerasa akrab, mamih sih engga ya" ucap hana lalu pergi meninggalkan el yang mendengus

"ihhh mamihh, jawab dong" rengeknya pada hana

"mamih gatau, nanti aja tanya dady"

"kenapa harus dady?" tanya el kesal

"ya karena hanya dady yang tahu" jawab hana memberikan segelas susu pada el

"ngawur, yang bener itu hanya tuhan yang tahu" koreksi el sok bijak meminum susunya tandas

"Iya hanya tuhan dan dady yang tahu" jawab hana mengalah

"Loh? Tapi kan mamih juga tau gimana sih" ucap el semakin kesal

"serah" final hana lalu pergi, bisa stress jika lama lama meladeni gadis gila yang sialnya putrinya itu

"gitu aja ngambek, kaya cewe" gumam el menatap kepergian sang mamih

***

Kini el sedang bersantai di kamarnya dengan AC menyala, wajah ditutupi masker dengan ponsel digenggamannya, jangan lupakan camilan yang berbagai macam disebelahnya, sungguh surga dunia

"hmm enak ya jadi anak orang kaya" gumamnya senang

drtt ddrrtrt

"Eh siapa nih nomor tidak dikenal, angkat aja apa ya?" gumamnya bingung

"tapi gue ga bisa ngomong, lagi pake masker"

"angkat aja deh" finalnya lalu menggeser tombol berwarna hijau

"halo"

"halo" jawab el tidak jelas karena masker

"halo?" ulang seseorang dalam telfon

"sialan ni orang" ucapnya dalam hati

"hm hhwlo"

"halo?" ucap seseorang di seberang memastikan sekali lagi

"anjihh" umpat el lalu mematikan telfonnya emosi

ia menatap ponselnya jengkel namun tiba tiba kantuk menyerang, huh lebih baik ia tidur daripada emosi mengingat orang yang di telfon tadi bukan?

"tidur ah" gumamnya lalu tertidur dengan nyenyak dan damai

Sedangkan dibelahan bumi yang lain, seorang pemuda tampan dan tegap kini tengah tersenyum menatap layar komputer yang memperlihatkan seorang gadis yang tertidur nyenyak setelah mengumpatinya tadi

"tuan muda? anda okey?" tanya sekertaris nya yang sedari tadi memperhatikan boss mudanya ini

"tentu" jawabnya singkat dengan mata yang masih tertuju pada komputer

"apakah ada yang bisa saya bantu?" tawarnya ketika merasa jika boss mudanya ini menginginkan sesuatu

Pemuda itu refleks menoleh dengan cepat lalu mengangguk "atur kepindahanku ke sekolahnya" ucapnya menunjuk komputer dengan dagu

Sekertarisnya hanya mengangguk menuruti "baik, saya keluar dulu, permisi" pamitnya lalu keluar ruangan meninggalkan pemuda yang sedari tadi tersenyum menatap komputer

"long time no see sweetheart" ucapnya bersmirk lirih

***

FIGURAN [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang