Chapter I

49 0 0
                                    


Author’s POV

“Kak ... ayo cepat. Nanti terlambat, loh.” teriak Hane sambil menggedor pintu kamar Rison.

“Aduhh apaan sih rame bener,” kata Rison dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur sambil membuka pintu. Terlihat di depan matanya Hane yang sedang berkacak pinggang.

“Ini kan hari pertama aku masuk ke sekolah baruku, kak. Lagian kakak mau telat masuk sekolah?” tanya Hane kesal.

“Emangnya ini jam berap ...” Rison melotot saat melihat ke arah jam bekernya yang berbentuk gitar, lalu menatap ke arah Hane dengan tatapan tidak percaya.

Mulut Rison menganga lebar, “Kenapa gak dibangunin dari tadi sih?”

“Aku udah gedor-gedor pintu kakak dari subuh tadi juga kakak gak bangun-bangun,” Rison langsung melesat ke arah kamar mandi di dalam kamarnya.

“Dasar kebo,” umpat Hane.

     _____

Hane dan Rison berjalan berdampingan menuju kelas, “Kak, kok banyak yang liatin kita gini ya?”

Rison terkikik melihat Hane meringkuk dibalik punggung Rison, “Ati-ati. Cewek disini pada sadis kalo liat ada cewek jalan bareng sama gue.”

“Gila ih. Kalo kakak sepopuler itu setidaknya kakak sudah menggaet satu dari puluhan orang yang naksir kakak di sekolah ini.” Hane mengerucutkan bibirnya.

Rison tertawa. Dia berbisik tepat di telinga adik tersayangnya itu, “Tenang aja, ada gue nih. Gue bakal jagain lo terus kok.”

Hane tersenyum, “Makasih kak, aku udah sampe nih. Hati-hati kena cakar cewek ganas ya,”

Rison balas tersenyum, “Gue gebukin aja sekalian,” Hane terkikik lalu melambaikan tangannya.

     _____

“Ciyee yang pagi-pagi udah senyum-senyum sendiri,” suara toa Dika membuat semua anak di kelas menoleh ke arah Rison. Rison melotot kearah Dika yang nyengir tak bersalah.

“Lo pagi-pagi udah bikin gue terkenal aja,” cibir Rison.

Dika sewot, “Mending gue bikin diri gue sendiri terkenal, deh.” Rison terkikik perlahan. Ia tidak mau menjadi pusat perhatian untuk ketiga kalinya di pagi yang menurutnya ‘indah’ ini.

Dika duduk di sebelah Rison, “So, apa yang buat lo senyum terus gini? Gak kering apa tuh gigi?”

“Adek gue,” jawab Rison nggak jelas.

Dika menaikkan alisnya, “Kenapa adek lo?”

Rison mendesah, “Lo tuh sekali aja nggak lemot bisa nggak sih, adek gue masuk sini barusan.”

Dika melotot, “Masuk sini? Maksud lo, masuk sini?”

“Iya masuk sini!” jawab Rison dengan mata berbinar. Dika menyerngit heran.

“Kok bisa masuk sini? Bukannya dia lagi di Aussie?” Rison menggaruk kepalanya. Dia tau Dika pasti akan menyalahkannya di detik setelah Rison mengatakan alasannya.

“Karena ... yah ... lo tau sendiri kan?” jawab Rison gantung.

Dika melotot (lagi), “Jangan bilang kalo lo yang nyuruh.” Rison tertawa nggak jelas.

“Gue kasihan sama adek lo, punya kakak kok overprotective gini. Dasar sister complex.” Dika menggeleng-gelengkan kepalanya.

Rison menjitak Dika, “Sialan, gini-gini juga artinya sayang adek, tau.”

“Sayang adek apaan, sekalian aja tuh sayang anak.” Obrolan mereka terhenti karena bel masuk berbunyi.

     ________

Dika's POV

Gue pikir Rison bercanda tentang adeknya yang masuk sekolah ini. Tetapi dari apa yang gue lihat saat istirahat pertama inilah yang buat gue 100000% yakin bahwa dia jujur.

“Eh, mau kemana lo? Buru-buru amat,” tanya gue saat ngeliat Rison segera bangkit dari kursinya tepat setelah bel berbunyi. Kapan dia merapikan semua bukunya?

Rison nyengir gaje, “Ketemu adek gue, lah.” Jawabnya lalu ngacir ke kelas sebelah. Gue hanya bisa berdecak lalu berlari mengikutinya.

Gue menghampiri Rison yang celingukan mencari adiknya, "Tungguin gue napa,"

Rison hanya diam terpaku dengan tatapan mengarah ke dalam kelas. Aku mengikuti arah pandangnya. Seorang gadis cantik berambut panjang yang dibiarkan tergerai, tangannya yang terawat berhiaskan gelang yang setauku adalah hadiah ulang tahun dari Rison tahun lalu. Masih dipakai juga ternyata.

Gadis itu tersenyum saat menoleh ke arah kami berdua setelah seorang temannya mencolek bahunya. Lalu ia berlari kecil menghampiri kami.

"Hei, kak. Maaf karena telah membuat kakak menunggu." senyumnya semakin lebar saat bertukar pandang denganku.

"Eh, Dika. Udah lama kita nggak ketemu, hampir ... 6 bulan? Dan oh, lihat! Lo sekarang agak kelebihan lemak. Makanya rajin olahraga dong! Kakak gue nih contohnya," cerocosnya.

Gue menepuk kening gadis itu, "Ya ampun! Baru juga ketemu udah protes ini-itu. Badan juga badan gue kenapa lo yang ngatur? Puji aja terus kakak lo yang sok cool ini!"

Rison menggandeng tangan gadis itu, "Ayo ke kantin. Perut gue udah keroncongan nih," katanya lalu berjalan meninggalkanku sendirian.

Ya. Gadis itu bernama Hane, adik kesayangan Rison.

     ______

"Woy woy, tanda bahaya," kata gue saat ngeliat Nova masuk ke dalam kantin.

Hane menyerngit, "Tanda bahaya apaan?"

"Udah lo ikutin aja apa yang gue lakukan," jawab Rison gak jelas. Gue hanya bisa mengendikkan bahu ketika Hane melempar tatapan penasaran pada gue.

Tepat saat gue akan meneruskan makan, Nova telah berada di samping Rison. "Beb, ini siapa?"

     _____

Hai hai.. maap ya! Sengaja gue buat gantung, biar penasaran aja. Maaf juga kalo pendek, gajes dll. Makasih yang udah mau baca cerita abal-abal gue, maklumin aja, gue masih baru di watty soalnya.
Hehehehe ^^

Little ThingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang