Chapter 6;

12.8K 628 2
                                    

"Can i be your puppy?" Ucapnya sambil mencium pahaku.

***

Sungguh.. ingin rasanya aku mencekik, menampar, bahkan memukulnya hingga mati. Berani sekali dia melecehkan aku? Dadanya ku injak sampai tertidur ke belakang. Aku tidak peduli dia akan kena gegar otak karena terbentur lantai. Yang pasti sekarang jangan biarkan dia merasuki otakku.

Pikirkan Alan.. Pikirkan Alan.. Pikirkan Alan.. Pikirkan Alan.. Pikirkan Alan.. Pikirkan Alan.. Pikirkan Alan.. Pikirkan Alan.. Pikirkan Alan..

Zian tersenyum puas, "iya?"

"Apa hak lo berharap gue setuju?"

Dia menatapku dengan tatapan menantang. "Kalau begitu-"

"Sebarin. Toh lo bakal kena imbasnya"

"Siapa yang percaya?"

Aku terkesiap. Memang betul secara kepopuleran Zian lebih sopan bahkan menjadi siswa nomer 1 teladan di sekolah. Siapa sangka dia hanya pria mesum?

"Kamu juga akan di bayar"

"Maksud lo?"

"Dominatrix-"

"Gila lo? Gue masih SMA"

"Tanpa seks?"

Aku kembali terdiam, jika kerjaanku mukulin dia.. bukannya dendamku justru terbalas? Toh dia masokis. Aku menatap tubuhnya. Atletis, seharusnya aku sudah kepincut olehnya. Dadanya begitu bidang sampai rasanya siapapun yang memeluknya akan merasa nyaman. Sial, tapi jika aku mengiyakan.. bagaimana dengan Alan, dia pasti sakit hati. Aku tidak akan membuatnya kecewa.

"Gue-"

"Nolak? Walau 5jt satu kali main?"

Bangsat. Gue tau keluarga gue lagi butuh uang karena utang bank. Tapi kenapa harus kerjaan ini..

"Gimana kalo kontrak 3 bulan?"

"Deal?" Ucapnya sambil berbinar-binar.

"Tunggu gue buat kontraknya"

Sebelum itu, daripada dia berbuat aneh-aneh sebaiknya aku mengikatnya. Aku menyusuri lorong, mengambil borgol serta kuncinya. Lalu menarik dasinya, kemudian berbisik..

"Jangan macem-macem lo"

"Serem amat neng" Ucapnya sambil nyengir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Serem amat neng" Ucapnya sambil nyengir. Andai kata Alan melihat kelakuannya, aku tau Zian akan berakhir. Setelah aku memastikan Zian tidak akan lepas, dengan cepat aku membuka laptop.

"Yang cepet"

"Cerewet"

"Buruan ini kebelet, udah di ujung!"

"ZIANJING!!!"

bersambung...

Make The Boys Cry [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang