'Tidak semua pertanyaan selalu memiliki jawaban yang harfiah'
...
Kicauan burung menyambut Haikal yang terbangun. Diliriknya jam di meja samping kasurnya menunjukkan pukul lima lewat empat puluh lima menit.
Haikal langsung beranjak dari tidurnya menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu dan melaksanakan shalat subuh nya yang terlambat.
Semalam dirinya benar-benar sulit tidur, gangguan insomnia yang sudah lama hilang kini datang lagi dan sepertinya akan berlangsung untuk malam-malam Haikal selanjutnya.
Biasanya ada Hana yang membantunya mencari solusi agar cepat tidur atau gadis itu yang akan mengusap punggung lebarnya karena Haikal sendiri merasa malu jika meminta pada sang bunda, padahal usapan lembut pada punggungnya benar-benar bisa menenangkan dirinya jika dalam keadaan tidak nyaman.
Haikal menggelar sajadah di sudut kamar dengan posisi menghadap kiblat, tidak lupa dengan shalat sunnat khobliyah subuh lalu melanjutkan dengan shalat fardhu subuh nya.
Orang tuanya membiasakan Haikal juga kedua saudaranya untuk selalu melaksanakan shalat sunnat khobliyah sebelum shalat fardhu subuh, bundanya selalu bilang bahwa sunnat khobliyah sebelum subuh lebih baik dari seluruh dunia dan isinya, jadi ketika dirinya bahkan telat bangun subuh sekalipun Haikal selalu berusaha melaksanakan Sunnat khobliyah nya.
Selesai mengerjakan kewajibannya Haikal membuka pintu balkon kamar nya memberi izin udara pagi memenuhi kamarnya yang sejak kemarin tidak terbuka.
Kemarin selepas pulang dari makam sang adik Haikal benar-benar tidak keluar dari kamar selain untuk mengambil makan dan melihat bunda juga ayah nya memastikan keduanya baik-baik saja. Bahkan Haikal belum sempat melihat kakak laki-lakinya semenjak pulang kemarin. Sepertinya Hendra juga melakukan hal yang sama seperti dirinya.
Ini hari Sabtu, biasanya Haikal akan melakukan lari pagi walau hanya bang Hendra dan Hana yang benar-benar lari. Haikal hanya mengikuti dari belakang sembari bertegur sapa pada orang-orang yang ketiganya lewati. Dengan celotehan Hana yang selalu mengatakan 'bang Haikal bukan ramah tapi ganjen, soalnya kalo ada cewe cantik masih muda ramahnya manis banget! Ganteng engga kaya cacing kurang gizi iya' Hana yang selalu memprotes tingkah Haikal dengan gerutuan yang sama di setiap lari pagi nya.
Haikal tersenyum masam sambil merapatkan sweater yang sengaja resleting nya tidak dirinya rapatkan
Pandangannya berubah menyendu, bahkan Haikal baru terbangun dari tidurnya tiga puluh menit yang lalu tapi Hana sudah mendominasi pikirannya yang tidak baik-baik saja dari kemarin.Ceklek
"Kal?"
Haikal menoleh kan pandangan untuk memastikan bahwa yang masuk adalah kakak lelakinya.
"Mau lari pagi gak?" Tawar Hendra yang sudah berdiri di samping Haikal ikut menatap jalanan komplek di bawahnya melalui balkon kamar Haikal.
"Engga deh bang." Jawab Haikal sekenanya.
Hendra memaklumi, biasanya Haikal memang selalu menolak ketika di ajak untuk lari pagi tapi berbarengan dengan dirinya yang masuk ke dalam sambil mengganti baju. Karena lima menit kemudian setelah ajakannya akan ada gadis remaja bertubuh mungil yang sudah siap dengan Hoodie hitamnya dan celana training juga kaos kaki kuning bergambar Pikachu --karakter pokemon kesukaannya-- berlari menerobos pintu kamar sang kakak menyeret keduanya untuk keluar rumah bahkan ketika langit masih gelap.