Bagian ke-tiga; Hendra dengan luka nya

7 0 0
                                    

'Mereka punya rencana, tapi Tuhan punya takdir'

...


Setelah selesai membantu sang ayah untuk memperbaiki mobil yang sempat bermasalah Hendra beranjak menuju kamarnya untuk mandi.


"Bang?" Panggil Haikal di ambang pintu kamar Hendra.

Haikal yang tidak melihat keberadaan Hendra mulai masuk lebih dalam ke kamar sang kakak. Bunyi gemircik air dari dalam kamar mandi menandakan bahwa lelaki kelahiran September itu sedang melakukan mandi sore nya.

Haikal mendudukkan dirinya di ujung kasur Hendra sembari menunggu sang kakak menyelesaikan mandi nya dengan sesekali memindai seluruh isi kamar Hendra dengan mata kecilnya.

Haikal sedikit terpaku pada dinding di depan meja belajar Hendra, Haikal sendiri memang jarang mengunjungi kamar Hendra, dirinya lebih sering berdiam di kamar Hana. Waktu itu hanya ada tempelan tempelan sticky note warna warni yang berisi tugas-tugas dan reminder sang kakak, tapi sekarang dinding itu terisi penuh dengan polaroid yang saling menyambung oleh tali dan hiasan stiker-stiker kesukaan sang adik.

Polaroid Hendra dan Hana. Potret saat keduanya menunggu Haikal pulang les, saat keduanya pergi membeli ice cream, saat keduanya lari pagi tanpa Haikal yang malas, bahkan di sana tercetak jelas potret yang di ambil ketika untuk pertama kalinya Hana masuk sekolah taman kanak-kanak hingga lulusnya Hana waktu sekolah menengah atas satu bulan lalu.

Haikal mendekat pada meja belajar Hendra, mencoba memegang beberapa Poto polaroid yang tergantung rapih dan terlihat aesthetic di sana. Tertera juga tanggal dalam setiap poto dan tambahan stiker stiker yang di dominasi stiker beruang coklat kesukaan Hana.

Adik kecilnya memang menyukai stiker dan bahkan gadis itu mengoleksi banyak stiker yang di taruh dalam laci meja belajarnya. Selain menyukai hingga mengoleksi stiker, Hana juga sering menempelkan stiker di space yang dirinya sukai atau barang yang di klaim menjadi hak miliknya. Bahkan kamar Haikal dan Hendra adalah kamar yang memiliki stiker terbanyak seperti kamar Hana, kamar kedua orangtuanya juga tidak luput dari tangan nakal Hana yang selalu menempeli stiker, bahkan dapur wilayah sang bunda banyak dirinya tempeli dengan stiker berbentuk makanan.

Banyak ekspresi yang Hana tampilkan, dari tersenyum bahkan berwajah datar, dan potret candid Hana ketika fokus dengan ice cream di tangannya menjadi poto terlucu remaja Hana. Haikal tau semua sudah terekam jelas di ingatan Hendra sebenarnya, tapi lelaki dewasa itu memang selalu memilih untuk mengabadikannya dalam bentuk polaroid yang di hias bersama sang adik dulu yang akan bertambah dalam setiap tahunnya. Di bagian paling atas tertulis 'Hana's Space' yang sepertinya sengaja gadis itu pasang.

"Kal?"

Haikal sedikit terkejut oleh panggilan tiba-tiba Hendra, dirinya benar-benar hanyut dalam wajah manis sang adik.

"Ngapain?" Tanya Hendra setelah mendudukkan dirinya di kasur berseberangan dengan Haikal yang masih duduk di bangku belajar Hendra.

"Itu bang, ikal mau ajak bang Hendra beresin kamar Hana. Kata bunda kita bakal kasih barang Hana yang sekiranya ga bakal di pake lagi." Jawab Haikal menjelaskan tujuannya.

"Boleh, tapi tanggung bentar lagi juga magrib. Abis magrib aja deh."

"Iya bang boleh." Jawab Haikal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Abang, Hana hancurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang