Jaemin baru saja memejamkan mata saat ponselnya kembali berdering.
"Aduh siapa, sih?" erangnya sedikit kesal.
"Halo... Narendra."
Mendengar suara itu, Jaemin langsung bangkit dari tidurnya.
"Iya, Pak Reno. Ada yang bisa saya bantu?"
"Aduh, maafin saya ganggu waktu istirahat. Saya benar-benar butuh bantuan kamu. Logan pengen banget ketemu kamu, dia lagi demam."
Samar-samar memang Jaemin bisa mendengar suara Logan yang menangis keras memanggil namanya. Aduh, Jaemin mana tega kalau begini?
"Saya segera kesana, Pak."
Jaemin memakai ojek online menuju rumah megah milik bosnya. Ini sudah pukul sebelas malam dan suasana memang sangat sepi sekali. Pak satpam masih berjaga sambil memakan kacang rebus di posnya.
"Sudah ditunggu Pak Reno di dalam."
"Terima kasih ya, Pak."
Jaemin diantarkan menuju pintu megah milik Jeno Arreno, begitu memasuki rumah, suara tangis Logan benar-benar terdengar memekakkan telinga.
"Logan, lihat siapa yang datang."
Wajah Logan yang merah dan berlumuran air mata sedikit membaik begitu melihat kedatangan kakak kesayangannya. Dia langsung merentangkan tangannya kepada Jaemin.
"Kakak cuci tangan dulu ya, Sayang."
"Jangan lama-lama," sahut Logan dengan suara serak.
"Iya, sebentar aja kok."
Begitu Jaemin kembali dari kamar mandi, Logan langsung memanggil namanya lagi. Kali ini Jaemin diminta menemani Logan di kamarnya, sementara Jeno menuju dapur untuk mengambil obat.
"Logan mana yang sakit, hm?"
Logan menunjuk kepala, hidung dan tenggorokannya.
"Dia habis main hujan-hujanan kemarin sama sepupunya. Makanya sakit. Ayah sudah bilang nurut sama Bubu."
Bubu itu kakak kandung Jeno yang mempunyai seorang putra bernama David. Kemarin Logan sama David bermain hujan-hujanan.
"Jangan dimarahin," rengek Logan.
"Ayah gak marah, Sayang. Ayah itu khawatir sama kamu." Jaemin mencoba menenangkan.
Hal itu mungkin berefek banyak pada Jeno karena ada perasaan yang berbeda saat bibir tipis Jaemin memanggilnya dengan sebutan 'Ayah'.
"Sekarang Logan minum obat dulu ya, habis itu tidur. Biar sakitnya cepet pergi jauh."
"Gak mau," rengek Logan menyembunyikan wajahnya di dada Jaemin.
Jeno berpandangan dengan Jaemin lalu Jaemin mencoba untuk melepaskan pelukannya pada Logan.
"Mau kemana?!"
Logan mengeratkan pelukannya di tubuh Jaemin.
"Logan gak mau minum obat, kak Naren gak suka. Kak Naren jauh-jauh datang ke sini buat lihat Logan minum obat terus sembuh, nanti bisa main lagi deh." Jaemin pura-pura merajuk. Jeno gemas sekali melihat hal itu, apalagi pipinya juga ikut menggembung.
"Jangan pergi, Logan mau minum obat."
Jaemin langsung tersenyum cerah lalu menghujani wajah Logan dengan ciuman lembut.
"Nah gitu dong, ganteng."
Begitu Logan selesai minum obat, Jaemin membacakan dongeng untuk Logan. Sesekali dia menanyakan hal-hal sederhana tentang dongeng si kancil, sampai matanya tertutup dan nafasnya teratur.
"Dia sudah tidur." Jaemin melirik ke arah tangan Logan yang menggenggam bajunya erat sekali seolah tak ingin ditinggal.
"Kamu nginep aja di sini. Ini sudah malam. Semoga kamu gak keberatan, ya."
Jaemin sebenarnya agak canggung dengan hal itu, tapi dia tidak mempermasalahkannya. Jaemin juga sudah sangat lelah sekali hari ini.
"Terima kasih, Narendra. Kalau begitu saya ke kamar dulu. Kamar saya ada di sebelah kanan, kalau ada apa-apa tinggal panggil saja."
"Baik, Pak Reno."
Jeno mengecup kepala putranya yang tenggelam dalam pelukan Jaemin. Jaemin juga terkejut ketika kepalanya diusap lembut, meskipun ini bukan yang pertama kalinya Jeno melakukan hal serupa.
"Selamat malam, dek."
Panggilan itu lagi. Panggilan yang mampu membuat perut Jaemin seperti digelitiki kupu-kupu. Jika saja tidak ada Logan sudah dipastikan Jaemin akan berjingkrak sambil berteriak.
'Emak!! Tolong Narendra'
KAMU SEDANG MEMBACA
At My Worst 🔞 (END)
Fanfic"Gak perlu sempurna, cukup seseorang yang nerima aku apa adanya, bukan ada apanya," Jeno Arreno. #nomin #jenjaem #au Jangan salah lapak, ini lapak nomin.