Happy reading!
•••
Berpura-pura untuk terlihat baik-baik saja di hadapan semua orang memang bukan hal yang mudah. Walaupun rasanya sakit, bahkan sangat.
Jika di pagi hari terlihat bahagia, tertawa lepas. Namun, belum tentu pada malam hari seperti itu juga. Seluruh benda yang ada di kamar seolah-olah menjadi saksi dan melindungi teriakan seseorang yang memang sedang menahan isak tangis dan akan menjadi penawar untuk tetap kuat setiap harinya, karena takut akan pertanyaan-pertanyaan yang datang menyerang jika tiba-tiba nampak pelupuk mata membengkak.
Semuanya berawal ketika Naralisha berusia 17 tahun, saat ia memasuki jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas.
Naralisha Auria Wijaya, tumbuh menjadi sosok gadis yang cantik, baik, dan kuat. Nama kecil yang biasa dipanggil dengan Nara itu merupakan putri bungsu dari sepasang suami istri yaitu Andriano Wijaya dan Maysa Safira Claudya.
Gadis itu tidak dendam terhadap siapapun yang sudah menekan dan menyakiti nya setiap hari. Dia juga sangat pandai menutupi luka. Semua masalah ia simpan rapi dan tertutup rapat di relung hatinya yang paling dalam. Bahkan tidak ada seorang pun yang tahu akan kesedihan yang gadis itu rasakan.
Awalnya mereka adalah keluarga bahagia, baik-baik saja terlihat seperti keluarga yang harmonis pada umumnya.
Hingga suatu hari, dimana Naralisha selalu ditekan dan dibanding-bandingkan dengan Azino Rayder Wijaya, kakak kandungnya. Gadis itu sadar bahwa selama ini, ia sangat terluka karena keluarganya sendiri. Ya walaupun memang benar, harta mereka sangat melimpah. Namun, yang Naralisha rasakan berbeda dengan apa yang hanya orang-orang lihat di luar saja.
***
Tok! Tok! Tok!
Terdengar suara ketukan pintu yang sangat kuat dari luar kamar. Sang pemilik kamar menoleh ke arah pintu dan membiarkannya. Dia sudah tahu siapa yang mengetuk pintu kamar miliknya.
"NARA, BANGUN!" teriak seorang wanita paruh baya yang terdengar sangat keras. Wanita itu adalah Maysa, Ibu kandung dari Naralisha sendiri.
"Iya maa, Nara udah bangun," sahut gadis itu dan tengah mengusap-usap wajahnya.
"Cepat keluar, sarapan!" teriak Maysa sekali lagi.
Gadis itu berdecak pelan dan berkata, "Ck, iya-iya sebentar..." lalu beranjak dari kasur dan pergi ke kamar mandi.
Setelah beberapa saat, Naralisha keluar dari kamarnya lalu menuju ke arah dapur.
Gadis itu berjalan mendekat ke arah. "Maaf, Nara telat bangun," lirihnya yang masih berdiri seraya menundukkan wajahnya.
"Kebiasaan, anak perempuan kok bangun jam segini?!" ujar Andriano dengan nada yang tidak enak didengar.
"Iya, Nara tau... Nara minta maaf pa. Semalam Nara begadang ngerjain tugas sekolah," alibi Naralisha.
"Ya sudah, duduk sini. Cepat sarapan, sekarang hari pertama kamu masuk kembali ke sekolah, jangan sampai telat datang!" tegas Andriano.
KAMU SEDANG MEMBACA
NALURI
Teen FictionLuka lama itu memang menyakitkan. Seseorang yang baru hadir untuk memberikan penawar luka yang sudah tergores begitu dalam. Tapi luka itu tidak sembuh, melainkan lebih sakit dan hancur hingga tenggelam ke dasar lautan luka yang lebih dalam lagi. . ...