Cukup kasur, perut kenyang dan tidur. Begitu aja sudah bahagia.
Malam ini anggota kelas Jaemin saat SMA melakukan reuni. Jaemin datang dengan pakaian sesuai casualnya. Sebenarnya sih biasa aja, cuma kemeja andalan Jaemin, outer warna tosca dan celana jeans longgar. Jaemin itu sebenarnya juga insecure sama bentuk badannya yang agak kurus, walau sudah gak sekurus dulu.
"Hai, Naren? Sendirian aja, nih?"
"Gue datang bareng Haikal."
Jaemin memang datang dengan Haechan Kalinga atau sering disapa Haikal. Mereka itu termasuk sohib sehidup semati waktu di SMA. Sekarang Haechan bekerja di bagian seni, dia itu ahli sekali dalam menyanyi. Jadinya, Ayahnya membuatkan studio khusus untuk Haechan, bisa dibilang sekarang Haechan itu adalah penyanyi di salah satu platfrom berbayar.
"Eh, Mina juga ada loh." Mina itu adalah Minju Ariana. Dia memang sering disapa Mina.
"Oh ya? Gue belum ketemu dia, sih."
Ketika Jaemin melihat keberadaan mantan kekasihnya itu, Jaemin terpaku. Oh, seperti biasa, Minju sangat cantik. Wajahnya tetap sama seperti dulu. Hal yang membuat dia terkejut adalah sosok lelaki yang bersanding di sebelah mantan kekasihnya itu.
"Naren, kamu apa kabar?" Minju memeluk Jaemin dengan akrab. Mereka berpisah secara baik-baik, jadi mereka tidak memilki dendam di dalam hati.
"Baik, kok. Kamu gimana kabarnya? Sekarang lagi sibuk apa?"
Minju tersenyum malu lalu tangannya mengelus perutnya. Jaemin juga mendengar bisikan wanita itu yang mengatakan tiga bulan.
"Wah, selamat ya Mina. Semoga Ibu sama bayinya sehat terus." Jaemin tak bisa menutup rona bahagianya mendengar kabar bahagia itu.
"Oh ya, ini pacar aku. Kami akan segera menikah dua minggu lagi. Kamu dateng, ya?"
Jaemin menganggukkan kepalanya dengan cepat.
"Aku pasti dateng, kok."
Acaranya berlangsung sampai pukul dua belas malam. Jaemin juga sedikit merasa mabuk karena dia meminum alkohol. Dia tidak pulang bersama Haechan karena arah pulang mereka berbeda. Haechan sudah dijemput oleh kakaknya. Sedangkan Jaemin masih mencoba untuk mendapatkan ojek online.
"Narendra."
Jaemin samar-samar mendengar namanya dipanggil lalu sebuah pelukan dia rasakan.
"Maaf...."
Jaemin diam saja, dia tidak membalas pelukan lelaki itu, dia tidak juga melepasnya. Bisa dia rasakan betapa eratnya lelaki itu memeluknya.
"Kak Dean bahagia?"
Lelaki itu adalah Dean, yang saat ini menjadi calon suami mantan kekasihnya, Minju.
"Aku harap kamu juga bahagia, Sayang."
Ya, Jaemin dan Dean memang pernah saling tertarik satu sama lain. Namun, mereka memutuskan untuk tidak melanjutkan ke tahap yang lebih resmi karena terhalang restu. Jaemin juga mengerti bahwa tidak semua orang bisa menerima hubungan seperti ini. Dean saat itu merasa sangat bersalah pada Jaemin karena tidak bisa menepati janjinya.
"Kamu gak perlu datang ke pernikahan aku sama Mina. Aku gak mau kamu sakit hati."
Jaemin malah terkekeh mendengarnya, "Apaan sih? Memangnya kak Dean kira aku belum move on?" Jaemin melepaskan pelukannya dengan Dean.
Awalnya pria itu berniat mengantarkan Jaemin pulang, tapi tidak jadi karena pesanan ojek online Jaemin sudah datang. Saat dia tiba di rumah, Jaemin langsung membersihkan diri dan masuk ke selimutnya.
"Hah....." Jaemin membuka selimutnya dan duduk perlahan dengan kondisi acak-acakan. Rambutnya terlihat seperti singa.
"Kenapa aku jadi merindukannya?"
Jaemin mengecek ponselnya yang menunjukkan jam dua belas tepat. Dia ragu ingin menelfon orang itu.
"Sudahlah!"
Pada akhirnya Jaemin kembali menimbun diri di dalam selimutnya yang hangat. Saat dia hampir terlelap, dia mendengar bunyi ketukan di pintu.
Awalnya Jaemin hanya mengabaikan saja, tetapi dia membuka pintu rumahnya saat dia memabaca sebuah pesan dari Jeno.
"Pak Reno."
Jeno menunjukkan kantong plastik berisi seblak yang hangat. Dia berkata bahwa merasa lapar di tengah malam dan malas untuk makan sendiri.
"Untung aja kamu belum tidur." Mereka sedang menghabiskan dua porsi seblak di mangkuk masing-masing sambil melihat sitkom tengah malam di televisi,
"Saya memang agak susah tidur malam ini."
"Kenapa lagi kangen seseorang ya?" tebak Jeno.
Sayangnya ini Jaemin, jadi dia menganggukkan kepalanya dan dengan jelas berkata,
"Saya kangen pelukannya Pak Reno," ujarnya lugas.
Jeno langsung tersedak seblaknya yang pedas bukan main. Jaemin yang melihat itu langsung menepuk punggung tegap Jeno lalu menyerahkan segelas air putih.
"Kamu kalo mau gombalin saya kasih aba-aba dong," protes Jeno setelah reda dengan batuknya.
"Saya cuma jujur aja kok, Pak. Malam ini saya boleh saya yang pinjam pelukannya, gak? Saya lagi pengen dipeluk."
Jeno tidak menunda lagi untuk memeluk Jaemin. Dia langsung menarik pria manis itu ke dalam pelukannya. Suhu hangat yang ada di tubuh Jeno mengalir ke tubuh Jaemin. Rasa hangat itu membawa Jaemin pada perasaan nyaman. Bahkan, dia tidak ingin menolak ketika mereka berpelukan di kasur.
"Saya kangen sama Ayah saya," cicit Jaemin.
Matanya terpejam tapi mengeluarkan air mata. Jeno mengelus punggung Jaemin, seperti dia menenangkan putranya.
"Dulu saya selalu minta peluk sama Ayah waktu tidur. Semenjak Ayah saya meninggal, saya gak pernah tidur nyenyak lagi. Saya kangen rasanya tidur nyenyak."
Jeno mengendurkan pelukannya dan menatap wajah Jaemin yang basah karena air mata. Dia menghapus air mata itu dan mengecup kedua bola mata cantik Jaemin yang tertutup.
"Saya gak pernah nangis di depan orang lain. Apalagi saya cowok, saya gak mau dikatain. Saya harus selalu terlihat kuat buat adik dan emak. Saya capek banget."
Entah karena pengaruh alkohol yang masih tersisa, malam itu Jaemin mengeluarkan keluh-kesah yang dia pendam selama puluhan tahun pada Jeno. Di pelukan pria itu, akhirnya Jaemin bisa merasakan tidur nyenyak lagi yang tak bisa dia rasakan sejak lama.
"Narendra, saya rasa bahu saya cukup kuat dan nyaman jadi sandaran buat kamu. Jangan sedih lagi ya, dek."
Jeno menaikkan selimut dan ikut memejamkan matanya bersama Jaemin. Malam itu juga menjadi malam yang indah untuk Jeno karena bisa merengkuh Jaemin dalam pelukannya.
Semesta selalu mempunyai cara untuk menyembuhkan manusia yang terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
At My Worst 🔞 (END)
Fanfiction"Gak perlu sempurna, cukup seseorang yang nerima aku apa adanya, bukan ada apanya," Jeno Arreno. #nomin #jenjaem #au Jangan salah lapak, ini lapak nomin.