Ruby baru saja datang ke rumah lamanya, pria itu sedikit terheran awalnya saat melihat ada mobil lain terparkir didepan rumah, setahu Ruby mobil milik adiknya itu BMW bewarna putih bukan Range Rover. Untuk mengakhiri rasa penasarannya itu, Ruby segera masuk ke dalam rumah.
Ia berjalan menuju ke sumber suara TV. Pria itu dibuat menahan nafas saat melihat kemesraan sang adik dengan seseorang yang tak lagi asing dimatanya. Ruby menggeleng kecil.
"apaan nih, pangku-pangkuan?" tegur pria tersebut dengan wajah datarnya.
Dapat dilihat dengan jelas reaksi kedua anak muda tersebut, pria itu segera berjalan kearah singel sofa, mendudukan dirinya disana kemudian menatap keduanya yang sekarang sedang duduk bersebelahan.
"sudah berapa lama?" tanyanya to the point sambil melepas kancing di lengan kemejanya dan menggulung kemeja hitam itu sampai kesiku.
"hampir sebulan, bang," jawab Geva.
Kepalanya mengangguk-angguk kecil, ia kemudian melepaskan jam tangan rolex-nya, menaruh diatas meja kaca lalu menatap Raline.
"abangnya baru datang enggak dibuat air minum, nih?" sindir Ruby yang sebenarnya sengaja, ia hanya ingin berbicara berdua dengan Geva, seperti terakhir kali.
Raline mendengus kecil, ia menatap Ruby protes. Tapi tak berucap apapun selain segera pergi kedapur untuk membuatkan kakaknya itu air minum. Raline menatap Geva sebentar dan kekasihnya itu hanya tersenyum kecil, tanda jika ia tak akan apa-apa jika ditinggal oleh cewek tersebut.
Sepeninggalan Raline, barulah Ruby menatap langsung kepada Geva.
"sudah sering kesini, Gev? Enggak pernah nginap, 'kan?" tanya Ruby langsung.
Pria itu menyandarkan punggung lebarnya kesandaran sofa, mengangkat sebelah kakinya, menaruh sikunya dipembatas sofa dan menaruh dagunya dibawah kepalan tangannya. Geva bersumpah jika aura yang Ruby keluarkan sekarang mirip seperti aura William difoto.
Begitu mengintimidasi. Geva meneguk salivanya kasar, ia tak boleh gugup! Ini demi Raline!
"jarang kok, bang, gue juga enggak perna nginap, kita juga kalau berduaan selalu diruang tengah enggak pernah sampai kemana-mana, gue juga pulang biasanya kalau sudah jam tujuh, gue sama sekali enggak macam-macam ke Raline, bang. Kalau enggak percaya bisa lihat dari CCTV rumah, bang," jelas Geva dengan hati-hati dan pemilihan kata yang begitu hati-hati juga.
Lagi-lagi Ruby hanya mengangguk kecil, "hampir sebulan, ya?" gumam pria tersebut.
"masih ingat perkataan gue waktu itu, 'kan, Gev?" tanya Ruby, pria itu kali ini merogoh kantung celananya, mengeluarkan sebungkus rokok dan korek dari dalam sana.
Jelas saja Geva ingat, ancaman Ruby yang mengatakan akan mematahkan kaki tangannya jika berani menyakiti adik tercintanya tersebut. cowok itu mengangguk.
"masih, bang."
"bagus, deh." Ruby menawarkan sebatang rokok kepada anak tersebut dan langsung ditolak oleh Geva.
"berhenti?"
"lagi coba buat ngurangin, Bang. Raline benci asap rokok soalnya."
Ruby tersenyum kecil, "ah, iya juga," gumam pria tersebut kemudian memutuskan untuk tak merokok sekarang. Tak lama kemudian Raline datang, membawa teko berisi jus jeruk dan satu gelas kaca.
Ruby tersenyum begitu lebar, hawa menyeramkannya langsung sirna begitu Raline memasuki ruangan tersebut.
"makasih, adikku~" ucapnya dengan nada menggelikan.
"apa sih," sinis Raline sambil menuangkan segelas minuman kepada kakaknya tersebut, ia juga menuangkan untuk Geva dan memberikan kepada cowok tersebut.
Raline menatap wajah Geva, mencoba mencari tau apa yang terjadi selama ia pergi kedapur tadi. Ruby mendengus kecil melihat kemesraan anak muda dihadapannya saat ini. Melihat mereka membuatnya menjadi merindukan sang istri yang masih berada di Australia.
KAMU SEDANG MEMBACA
EX! vers.2 [✔]
Teen Fiction"Raline." "apa lagi?" "balikan, yuk." "kita udah selesai, Geva." Raline masih mencintai Geva, walau dua tahun berlalu sejak kandasnya hubungan mereka. cewek itu masih mencintainya, tapi Raline tak bodoh untuk kembali bersama Geva. ia menerima Geva...