Chapter 14;

7.8K 428 3
                                    

Biasanya kami melakukan DS Play di rumahku. Kali ini kami melakukannya di rumah Zian. Orang tuanya kebetulan sedang keluar kota, dan kakaknya yang kuliah di negri orang. Biasalah orang kaya. Dia memiliki alat DS Play yang jauh lebih dibanding perkiraanku. Dia bahkan punya kamar pribadinya. Kini aku tengah mengenakan pakaian yang dia sediakan untukku.

 Kini aku tengah mengenakan pakaian yang dia sediakan untukku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rasanya ingin berfoto dengan outfit ini. Begitu mengesankan. Alan pasti sangat menyukainya.

Ah.. kenapa jadi Alan..

Rindu suara Alan, aku pasti sangat bahagia jika bisa bermain DS Play dengan Alan...

Zian mendatangi ruang gantiku. Dia mengetuk, lalu memunculkan batang hidungnya karena tidak mendengar protesku.

"Cantik"

"Kapan gue gak cantik?" Lantang diriku menyombongkan diri. Lantas Zian hanya terkekeh melihat domnya bertingkah.

"Ayo, gue tunjukin kamarnya"

Aku mengangguk, entah kenapa sangat gugup karena bukan kamarku sendiri. Mengekorinya dari belakang justru membuat dia lebih tinggi. Pacarnya nanti pasti beruntung mendapatkannya.

"Ini dia.."

Daguku terjatuh dari tempatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Daguku terjatuh dari tempatnya. Ini luar biasa, indah..

"Suka?"

Aku melewatinya, menyentuh peralatan itu dan memastikan itu nyata. Wow! Aku menatap Zian dengan mata berbinar.

***

Zian menghampiriku, mengelus pipiku intens sambil berbisik,

"Let's do it, Master"

Aku memejamkan mata, menikmati tiap elusan yang dia berikan.

"Buka bajumu, lalu tidur di kasur."

Dia membuka bajunya, tapi tidak tidur di kasur. Entah apa yang merasukinya dia malah memelukku dari belakang dan berusaha menciumku.

"Mesum" Gumamku sambil salah tingkah.

Belum sempat bibir kami bersentuhan, aku membekap bibirnya dengan kain. Dia sedikit memberontak sebelum akhirnya aku menampar pipinya. Dia menurut kembali dengan membiarkan aku mengikatkan kain di mulutnya.

"jangan macem macem atau gue putusin kontraknya dan laporin lo ke polisi" Aku memelototinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"jangan macem macem atau gue putusin kontraknya dan laporin lo ke polisi" Aku memelototinya.

"Hng" Dehamnya sambil meringis kesakitan akibat aku jambak rambutnya.

Aku meraih salah satu Ball Gag yang terpajang, kemudian menggantikan kain dimulutnya dengan benda itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku meraih salah satu Ball Gag yang terpajang, kemudian menggantikan kain dimulutnya dengan benda itu. Matanya aku tutup dengan kain, lalu mengikat tubuhnya dengan tali. Setelah memastikan dia tidak akan memberontak dengan tali, aku membuat badannya telungkup.

Lilin merah di atas meja yang sudah menyala, menjadi salah satu daya tarik ruangan ini. Aku mengambil salah satu lilin itu, kemudian menuangkan lelehan lilin di atas punggungnya.

"Ahm.." sepertinya suara Zian tidak bisa ditahan karena ada Ball Gag, Zian jadi tidak bisa menggigit bibirnya untuk menahan moannya.

"Kurasa tidak ada safe word untuk hari ini" Sembari kembali menuangkan lelehan di punggungnya. Ujung bibirku tidak berhenti menyudut. Senyuman kejam bercampur puas menjadi satu.

"Hmph!" Badannya bergelinjangan saat aku tempelkan es batu di lehernya. Kemudian membasahi punggungnya dengan es.

"Anhm" moannya menerobos ball gag karena jari kakiku menggerayangi bahkan mengelus bagian holenya.

Make The Boys Cry [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang