FATE 3rd

110 17 4
                                    

[Warning ngaco ]

Setelah terjebak di situasi yang menegangkan , sang putra mahkota swgera beranjak, namun memang dasarnya keras kepala, bukanya beranjak pergi ke kaki gunung, jeno malah semakin merangsek ke dalam hutan gungung Eden.

Hal itu membuat nyalinya terasa di isi ulang, yahh sudah kepalang pikirnya, karena di balik sang penunggu yang menjadi sebuah legenda itu, ada satu cerita lagi yang masih membuat rasa penasaranya lebih besar dari rasa takutnya.

Masa bodoh fikirnya, asal cerita yang selama ini turun temurun dari kakek buyutnya , ia yang akan pecahkan sendiri, begitu fikirnya.

Tentang sebuah danau suci yang menyimpang banyak misteri, ya misteri keagungannya , yang mana barang siapa yang mampu berendam di air nya, niscaya , keabadian dan kejayaan dunia akan ada di genggamanya.

Benar bukan, siapa yang tidak tergiur, tak terkecuali sang putra mahkota dari Wang ini. Jangan terlalu naif, ia adalah seorang calon raja dari para raja raja , membuat fikiranya kalut akan sebuah kekuasaan dan kekuatan, hal yang mampu menopangnya selain keluarga kerajaan di bawah kekuasaanya , apalagi jika bukan sebuah keberuntungan dan keajaiban. Maka dari itu, nyawa bukan lah apa2 di banding dengan harga yang akan terbayar nantinya.

Sang putra mahkota meninggalkan sang kuda di dekat air terjun, dan memilih jalan memutar ke arah yang lebih landai untuk sampai ke puncak gunung Eden.

.

.

Di sisi lain sang gumiho menghela nafasnya, sungguh sebwnarnya dia pun takut bukan main, melihat untuk pertama kalinya seorang manusia yang penuh dengan keberanian menginjakan kaki ke tanah yang tak pernah terjamah ini.

Namun hatinya masih mengganjal, burung burung dan para pohon seakan memberi isyarat peringatan pada sang gumiho. Insting nya mulai bekerja, tadi ia melihat sebuah tanda di jubah sang pemuda yang tersesat itu. Sebuah lambang kerajaan, dan barulah ia sadar, pada apa yang selama ini ia takuti. Sesuatu yang ia jaga beribu ribu tahun itu, terancam keadaanya,

Walau pun sang gumiho tinggal jauh di dalam hutan, tak pernah sekali pun dirinya menginjakan kaki di kaki gunung ataupun rumah rumah penduduk di bawah kaki gunung, tapi ia tetap banyak pengetahuan akan kehidupan di sana, dari mana lagi kalau bukan dari para binatang yang sesekali turun ke desa, saat makanan di hutan  sulit untuk di jumpai. Jangan tanyakan mengapa, ya gumiho seorang siluman rubah bukan, ia mengerti akan bahasa mereka.

Sang gumiho segera melesat berlari dengab kekuatanya. Seperti angin yang hanya bisa kau rasakan saja. Itu salah satu kemampuan yang ia miliki.

Sesampainya di atas sana yang ia jumpai adalah pemuda tadi yang sedang mengerang kesakitan memegang kakinya yang membiru.

Ya jeno sang putra mahkota tadi. Karena hutan yang tak pernah terjamah manusia jangan pernah kamu sangka, binatang binatang buas dan melata masih sangat banyak bisa kau jumpai di sini. Dan begitu pun dengan jeno, saat berusaha menggapai akar di sebuah bebatuan tadi, ternyata kakinya di gigit se ekor ular berbisa. Walaupun  sangat menyakitkan, jeno berusaha menahanya dan mencoba terus naik dan hingga sampailah dia di atas di tanah yang agak lapang , tubuhnya sudah tak dapat berbuat apa2 lagi. Bekas gigitan yang mulai membiru, seperti bisa yang mulai menyebar.

Sudah tak dapat berbuat apa2 lagi, pikiran jeno pun sudah di masuki oleh halusinasi yang membuatnya seakan ingin tertawa dan menangis secara bersamaan. Entahlah mungkin ini karma dengan semua kebohonganya pada sang gumiho.

.
.

Sementara itu gumiho cantik merasa ingin marah melihat bagaimana si pemuda yang hampir saja masuk ke mulut gua. Namun jiwanya serasa di tarik ke titik manusiawinya kembali, melihat sang pemuda yang merintih di banjiri peluh dan sudah pucat pasi. Gumiho cantik melihat kaki pemuda itu yang nampak sudah membiru seperti terkena sesuatu.

FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang