"Sudah 2 hari, kenapa dia belum sadar?" Shikamaru bertanya pada Hinata yang sedang mengganti bunga di vas.
"Dia membutuhkan sedikit waktu lagi, tunggulah sebentar. Dia akan segera bangun dan melakukan aktivitas-nya dengan normal," Jawab Hinata.
"Apakah kau membunuhnya?" Tanya Hinata.
"Orang yang menyebabkan Asuma-sensei dalam kondisi ini, apakah kau membunuhnya?" Tanya Hinata lagi setelah memperjelas maksudnya.
"Tidak, dia berhasil pergi."
Hinata mengangguk mengerti, "Aku ingin mengatakan betapa bodohnya dirimu karena tidak bisa menggunakan otakmu disaat darurat seperti itu,"
"Tapi kau sudah terlihat sangat menyedihkan."
Shikamaru menatap Hinata, bibirnya perlahan tertarik membentuk senyuman dan kemudian tawa pelan keluar dari bibirnya.
Hinata tersenyum tanpa menatap Shikamaru, ini tujuannya, menghibur Shikamaru. Selama 2 hari terakhir Shikamaru terlihat seperti mayat hidup, dia tidak memiliki semangat hidup sama sekali. Jadi Hinata merasa perlu menghiburnya.
"Aku merasa ingin membunuhnya, membuatnya mati dengan cara paling kejam jika itu memang bisa. Apakah itu terdengar jahat?"
Suasana kembali hening.
Hinata menggeleng, "Itu wajar. Jika aku menjadi dirimu, aku akan langsung bergerak menyerang dalam emosi."
"Kau hanya perlu menunggu saat yang tepat sampai kau benar-benar bisa membalas dendam."
•••••
"Kau meletakkan bunga yang salah," Hinata berucap pada Ino yang terlihat melamun.
"Ah? Iya, maafkan aku." Ino dengan cepat mengganti bunganya dengan bunga yang lain.
Hinata menghela nafasnya, "Aku tahu apa yang terjadi pada tim kalian, tapi kau tidak bisa terus seperti ini."
"Aku sudah bilang, bukan? Asuma-sensei akan baik-baik saja. Aku pastikan dia akan baik-baik saja. Jangan khawatir."
Ino mengangguk lesu, "Aku tahu. Aku juga percaya padamu, Hinata. Tapi..."
"Kau merasa bersalah karena tidak bisa melakukan sesuatu untuk Asuma-sensei ?"
Ino mengangguk, "Ketika aku memejamkan mataku hanya ada raut kesakitan Asuma-sensei. Aku hanya bisa melihatnya yang terluka dan tidak bisa melakukan apapun,"
"Kau tahu itu tidak benar, kan? Kau menyembuhkan setiap luka luar ditubuh Asuma-sensei. Itu memudahkan operasi yang dilakukan,"
Ino tidak menjawab, hanya tersenyum lemah sembari menatap rangkaian bunga miliknya.
"Apakah menurutmu Shikamaru akan--"
"Dia pasti akan memikirkan sesuatu, kalian pasti akan melakukannya." Hinata memotong kalimat Ino.
Ino menatap Hinata, lalu mengangguk dengan senyum kecil. Perasaannya lebih lega.
Hinata menghela nafasnya panjang, diantara Shikamaru dan Ino. Hinata lebih kesulitan untuk menghibur Ino, entah apa alasannya. Mungkin karena Ino perempuan seperti Hinata dan punya hati yang lembut atau Shikamaru yang sebenarnya hanya pura-pura terhibur. Entahlah, Hinata tidak tahu.
"Kau tahu, Subaru senpai baru saja kembali dari misi. Aku dengar dia sekarang sedang dekat dengan rekan satu timnya,"
Ino langsung mengangkat wajahnya, membuat Hinata tertawa geli dalam hati.
"Siapa namanya? Uhm... Ah! Yume! Iya, namanya Yume. Rambutnya pirang keemasan dan wajahnya terlihat polos. Sepertinya dia tipe Subaru senpai,"
Ino menatap Hinata seakan-akan Hinata adalah makhluk paling kejam di muka bumi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reborn as Hyuuga Hinata
Fiksi PenggemarHidup hanya sekali. Mahiru sudah mendengar kalimat berisi 3 kata itu berulang kali. Tapi dia masih berharap untuk bisa hidup lagi di dunia lain setelah mati, seperti Novel-novel ber-genre transmigrasi yang dia baca. "Aku mati?" Gumaman Lirih itu dia...