Ayo dong yang sudah baca jangan lupa di vote sama comment
Ruang keluarga yang biasanya terasa hangat, karena diisi oleh canda dan obrolan panjang Tani dan Syarif kini berubah menjadi dingin. Suasana kali ini benar-benar terasa mencekam. Bagaimana tidak? Baru saja Tami dan Aufar datang. Aufar baru saja meminta izin pada Syarif untuk mengadakan acara pertunangan dengan Tami. Permintaan ini jelas membuat semua orang kaget. Tidak hanya Syarif. Rendra yang juga ada di sana pun turut terkejut.
Permintaan Aufar tentu saja tidak semudah itu diiyakan oleh Syarif. Pria itu bahkan mengintrogasi Aufar hingga beberapa jam lamanya. Hingga akhirnya Syarif meminta waktu sebelum memberikan keputusan.
Selepas kepergian Aufar, kini Tami yang mendapat giliran diintrogasi oleh ayahnya. Bukan hanya Syarif, Rendra pun turut bertanya pada Tami dengan nada menyelidik. Rendra memang sejak tadibmemilih diam, ketika Syarif mengintrogasi Aufar. Bagi Rendra, ia tidak memiliki hak untuk bersikap seperti Syarif di depan Aufar. Namun, ketika Aufar tidak ada, Rendra mulai melontarkan segala pertanyaan pada Tami. Karena sejak tadi ia merasa ada banyak keanehan dari hubungan Aufar dan Tami.
"Mi, Ayah tanya sekali lagi. Kamu benar-benar ingin bertunangan dengan Aufar?" tanya Syarif dengan nada lembut. Ia memang tidak pernah memakai nada tegas atau penekanan pada Tami. Ia tahu jika Tami sangat sensitif.
"Iya, Yah. Seperti yang Ayah dengar, kita akan bertunangan dalam minggu ini."
"Kenapa harus buru-buru? Dalam minggu ini pula," ujar Rendra dengan nada bingung. Baginya ini sebuah permintaan yang aneh. Karena menggelarnacara yang besar dalam waktu yang singkat. Membuat ia bertanya-tanya ada apa sebenarnya dengan Tami. Karena setahunya, Tami bukanlah orang yang suka melakukan sesuatu tanpa persiapan yang matang.
"Gak buru-buru sebenarnya. Cuma... memang kitanya aja yang baru kabarin kalian. Padahal sudah dari jauh-jauh hari kita siapin semuanya untuk acara ini." Tami mencoba menjelaskan setenang mungkin. Ia harus bisa bersikap santai agar kedua orang di hadapannya ini bisa percaya padanya.
"Oh, ya? Memang sudah berapa lama kalian pacaran?" tanya Rendra lagi. Setahunya Tami tidak sedang menjalin hubungan dengan pria mana pun. Apalagi seingatnya Tami dan Aufar sudah lama tidak saling berhubungan. Semenjak Tami meneruskan kuliahnya, pria itu juga menghilang begitu saja.
"Udah gak jaman kali pacaran hari gini, Sai," ucap Tami sambil tertawa menanggapi peetanyaan Rendra mengenai hubungannya dengan Aufar.
"Terus apa? Gak mungkin kan datang-datang si Aufar ngajakin lo tunangan gitu aja, kalau sebelumnya kalian gak pacaran?" Dugaan yang dilemparkan Rendra sepenuhnya memang benar. Yah, memang begitu kan keadaannya.
Penasaran sama kelanjutan ceritanya, cuss ke aplikasi Fizzo, di sana lebih lengkap dengan ekstra part. Search aja "When We Meet"
KAMU SEDANG MEMBACA
When We Meet (Complete) Move To Fizzo
Literatura FemininaMenjadi seorang pria tampan, berpendidikan tinggi dan memiliki konsultan hukum miliknya sendiri, memiliki itu semua tidak serta merta membuat seorang Pratama Aprilio mudah mendapatkan pasangan. Walaupun banyak wanita yang rela melakukan apapun demi...