[Semua orang punya hati, namun tak semua orang bisa untuk menghargai.]
-Nasya Argadwija
****
Pulang sekolah.
Bel baru saja berbunyi, semuanya sudah harus pulang. Kali ini, pulang tak seperti biasanya. Hari ini pulang cepat, karena ada rapat koordinasi di ruang guru.
Adela, Rani, Nasya, keluar berbarengan dari kelas dengan merangkul tali tasnya hanya satu lengan saja, yaitu di lengan kanan.
Adela melihat ke arah sekelilingnya sebelum akhirnya menatap wajah kedua sahabatnya.
“Kita pulang, nih?” tanya Adela datar.
“Males sih,” jawab Rani polos.
“Bete banget muka, lo,” sambung Nasya menunjuk wajah Rani.
Sepertinya, mood Rani sedang rusak. Karena istirahat tadi, ia harus berhadapan dengan Zulma.
Kedua sahabatnya ini, sudah tau kejadian pada saat istirahat tadi. Tak melihat secara langsung, namun dapat terdengar dari gosipan yang beredar.
“Tau, ah,” kata Rani memutar bola matanya malas berjalan menuruni anak tangga membuat sahabatnya mengekorinya dari belakang.
Tiba di koridor sekolah, Nasya berpapasan dengan Rifa. Cowok itu berjalan sendirian dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya. Cool, bukan?
Ketiga gadis itu berhenti melangkah membuat langkah kaki laki-laki itu terhenti karena terhalang oleh mereka.
Rifa mengangkat salah satu alis matanya. “Kenapa?” tanyanya pada mereka bertiga. Yang menatap dirinya seperti punya banyak hutang.
“Rif, lo masih marah sama, gue?” tanya Nasya pelan membuat laki-laki itu memutar bola matanya malas.
“Gue, masih kecewa sama, lo!” jawab laki-laki itu penuh penekanan pada kalimatnya sebelum akhirnya ia melanjutkan perjalanannya.
“Kecewa kok sama orang lain, sama diri sendiri dong biar bisa berubah!” ketus Adela sambil bersidekap menatap sinis ke arah laki-laki itu.
Mendengar ucapannya, laki-laki itu menghentikan langkahnya sebelum akhirnya berbalik badan.
Laki-laki itu menatap Adela tajam.
“Gak niat nyindir, tapi kalau kesindir, ya, bagus,” sambung gadis itu lagi.
Nasya dan Rani dapat melihat urat leher Rifa yang menegang, dan kedua tangan yang mengepal.
“Ran, pisahin, Adela, dong, please!” bisik Nasya pada Rani mulai panik.
“Kalo gue pisahin, ntar Adela marah, Nas! Lo kayak gak tau aja, gimana sifat temen lo yang satu itu,” jawab Rani sedikit berbisik.
“Masalah kemarin? Masih gak terima, Nasya, bilang ke, Zulma, kalo lo dan dia itu, pacaran?! Nasya melakukan itu, ada alasan tertentu!” jelas Adela penuh penekanan di akhir kalimat.
“Lo liat deh, tingkah kedua mantan lo itu, kayak mana memperlakukan sahabat gue! Saat ekskul voli, mereka berdua disuruh keliling lari di lapangan!” tegas Adela emosinya mulai naik. Untungnya, di koridor sedang sepi.
“Lo pikir, sementang mereka itu dua mantan lo, gue diem aja, gak ngelakuin hal apa pun?” katanya lagi mendengus geli.
“Gini aja deh—suruh dua mantan lo itu, ngaca!” ketus gadis itu membuat tangan laki-laki itu naik, ingin menonjok wajah Adela. Namun, tangannya langsung ditangkap oleh Adela.
KAMU SEDANG MEMBACA
FALLING IN LOVE [ON GOING]
Teen FictionKisah tiga orang cewek yang mencintai seseorang namun seseorang tersebut sudah memiliki pawang hati yang untuk dijaga hatinya. "Mengapa kita tidak bisa ambil kebahagiaan itu sedikit aja?" -Adela Anggraini Wijaya "Sabar. Belum waktunya kita mendapatk...