Aku menghirup udara segar di bandara Paris yang terletak tak terlalu jauh dari asrama ku. Sambil merapatkan jaket, aku bergegas mengambil barang dan segera mencari taksi.
Aku pun memasuki taksi dan segera bergerak menuju asrama.
***
"Jadi apa mau mu sekarang?" Aku bertanya sambil menghempaskan tubuh ke sofa di samping Soph.
"Aku.. aku bahkan tak mengerti apa yang terjadi Liam. Maksudku.. hidupku begitu sempurna ketika kau ada disini dan tiba-tiba kau bilang kita tidak dapat menjalani ini lagi. Dan itu membuatku gila! Setidaknya bisa kah kita berteman seperti dulu lagi? Jangan abaikan aku seperti ini Liam." Dia masih terisak di sampingku, mengusap air matanya yang mengalir deras.
Dia masih menunduk dan kulihat matanya membengkak. Kusadari ini bukan hal yang baik, mengingat Sophia adalah seorang model. Bagaimana bisa ia bekerja jika berpenampilan seperti ini?
Aku tertawa pelan.
"Ya maafkan aku jika pergi dari hidupmu begitu saja. Namun seharusnya kau dapat melihat keadaan Soph. Ku pikir kita tak dapat bersama sebagai sepasang kekasih lagi. Jika kau ingin menjadi temanku, aku tak akan masalah akan hal itu." Aku mengusap kepalanya dan melihat secercah harapan di matanya. Aku memeluknya dengan erat sekarang. Dan tangisnya pecah lagi sekarang.
"Sudah.." Aku menghapus air matanya dan ia tersenyum.
"Terimakasih."
***
Aku bersalaman dengan pak Fauzi yang sudah menunggu di gerbang asrama ku.
"Bagaimana perjalananmu?" Ia berjalan masuk ke dalam seraya bertanya kepadaku.
Aku mendongak untuk menatapnya dan menjawab. "Sangat luar biasa. Aku tak percaya ini akhirnya dapat terjadi!" Aku merasakan suaraku sangat bersemangat.Ia terkekeh pelan sambil terus berjalan.
"Baiklah. Gedung disana itu adalah gedung fakultas kedokteran gigi mu len." Ia menunjuk sebuah gedung dengan gaya eropa yang terlihay kokoh.
I can't wait! OMG
"Dan kurasa kau harus ditemani bu Freya untuk sampai ke asrama mu. Aku akan kembali dan menjemput anak-anak sebayamu juga di bandara len. Selamat berjuang!" Dia berbalik dan berlari pelan.
Orang yang sangat sibuk, huh?
Tepat didepanku sekarang ada seorang wanita dengan rambut hitam dan mata coklat yang belo. Tipikal orang indonesia.Kami pum bersalaman.
"Kudengar pak Fauzi memanggil mu 'len' tadi. Jadi, siapa namamu nak?" Tanya nya sambil menyunggingkan senyum manisnya.
"Ellena Dytha. Dan aku sedang bersama dengan ibu siapa sekarang?"
"Kau dapat memanggilku bu Freya atau Kak Freya. Ibu terdengar sangat tua bukan?" Ia terkekeh. Aku pun ikut tertawa pelan.
"Sebenarnya aku adalah kakak tingkatmu sekarang. Dan aku sering disuruh oleh pak Fauzi mengantar anak-anak sepertimu. Aku dulu berasal dari Jakarta juga. Begitupun engkau, benar?"
Aku mengangguk pelan dan tetap mengikuti langkah kakinya. Akhirnya kami tiba di asrama. Aku senang sekali melihat pemandangan ini.
Wow
"Baiklah Ellena, ini kunci kamarmu. Aku tidak tahu apakah ada seseorang di kamarmu atau tidak. Satu kamar disini akan diisi oleh dua atau tiga orang. Kau dapat berdoa agar diberi teman sekamar yang menyenangkan!" Ia terkekeh lagi. Aku pun ikut tertawa dengannya.
"Kau tidak mengantarku sampai kamar?"
"Hey kau bukan anak tk lagi kan?"
Pipiku merona merah, malu mendengar perkataannya.
"Hehe tentu bukan. Aku hanya takut tersesat, mengingat ini pertama kalinya aku datang kesini. Tapi, ya baiklah, terimakasih!" Aku bersalaman dengannya dan melambaikan tangan ketika ia berbalik.
Room 012
Oke aku akan mulai mencari ruanganku sekarang.
***