Finalizado

131 12 1
                                    

Seorang pemuda mungil berjalan menyusuri jalanan kota dengan baju seragam yg compang-camping dan tas yg entah dimana

Kaki pemuda itu berhenti di sebuah jembatan yg cukup terkenal sebagai gerbang menuju 'kehidupan selanjutnya'

Pemuda mungil itu melihat kearah bawah, dia berpikir 'apakah ini yg terbaik untukku yg kotor ini, anak pelacur memang tak pantas hidup dan hah! Siapa yg akan peduli kau mati atau tidak, RENJUN' batin pemuda itu

Renjun, pemuda yg sekarang sedang mencoba mengangkat tubuhnya ke atas pagar jembatan tersebut

Tiba-tiba

Tit..tit.. /bayangin bunyi klakson/

Datang seseorang dengan motor sportnya dan baju seragam, dengan luaran jaket kulit hitam. Pemuda itu membuka helmnya

"Heh! Anak kecil kau mau ngapain?!" Teriak pemuda itu sambil mendekat pada renjun yg turun dari pagar yg tadi sudah susah payah dia naiki

Tiba-tiba pemuda itu memeluk renjun

"Jangan.. jangan mati, sesusah apa hidupmu? Kumohon jangan mati" ucap pemuda itu

Renjun hanya diam saja

"Jika kau hanya ingin menjadi sok pahlawan, tidak perlu. Terima kasih telah menolong saya" ucap renjun lalu mencoba melepaskan pelukan yg pemuda itu

"Itu bukan urusanmu" ucap renjun dengan mata sayu dihadapan pemuda yg sedang menatapnya

'manis' itulah yg ada di pikiran si pemuda

"Huang renjun, SMA yeolna" ucap pemuda itu melihat punggung renjun yg hendak pergi itu terhenti karena ucapannya

*Smirk*

"Apa ada masalah di sekolah? kau bisa menceritakannya padaku, kau bisa percaya padaku. Ah ya Jeno" ucap pemuda itu yg merangkul pinggang renjun

"Jeno? J-JENO?!"

"Hmmm?"

"Jeno, SMA hwalle? Ke-ketua aliansi?" Ucap renjun gugup sambil melepaskan dirinya dari pemuda itu

"Yaa"

Jawaban santai jeno malah membuat renjun makin bergetar, jeno melihatnya..

"a-apa kau takut denganku?" Ucap jeno tersadar bukan hanya pundak renjun yg bergetar tapi juga seluruh tubuhnya

Tiba-tiba renjun ambruk membuat jeno yg ada di depannya mencoba untuk menangkapnya tapi telat dan bokong renjun sudah ada di aspal jembatan tersebut

Jeno memegang pundak renjun, renjun ingin melepaskannya tapi jeno menatapnya dengan tatapan yg menakutkan

Beberapa saat mereka berdua dengan posisi begitu, jeno duduk disamping renjun dengan punggung yg menempel dengan pagar jembatan yg tadi di naiki oleh si mungil

Renjun memberanikan diri melirik kearah jeno, lalu dia mencoba untuk berdiri agar bisa pergi dari sana. Namun tangan jeno memegang pergelangan tangannya diapun tak bisa pergi..

"Apa anak buahku memukulimu?" Tanya jeno sambil mengelus lembut tangan kiri renjun

Hening..
Renjun tak menjawab pertanyaan jeno, dia hanya mulai menangis.

Dia mengingatkan apa yg dilakukan bajingan-bajingan itu disekolah

Bukan hanya memukul, menampar, malak, atau menjadikanku pesuruh tapi tadi pagi mereka melakukan hal yg dimana membuat trauma tersendiri bagi renjun hingga ingin datang ke jembatan ini

Jeno yg melihat renjun yg menangis dengan tatapan kosong, memeluknya dengan lembut, mengelus kepalanya dan sesekali memberi kecupan hangat pad pucuk kepalanya.

classic love : strangersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang