Walking Down Memory Lane

391 40 15
                                    


Aku tak bisa melakukannya lagi.

Berpura-pura maksudku. Aku buru-buru keluar dari toilet itu dengan perasaan mual, melompat menuruni tangga, mengambil barang-barangku dan meninggalkan Ragil. 

"Hey, ada apa?" Tanyanya berlari kecil di belakangku.

"Nothing. Kita bicara entar oke?"

"Ga mungkin nothing, kalau sikap kamu begini kan? Ayo kita bicarain!"

"Ragil, lu ninggalin gue empat taun lalu tanpa alesan yang jelas. Banyak yang perlu kita bicarain!"

Ragil berhenti melangkah. Aku juga berhenti, kemudian memutar tubuhku, menyadari apa yang baru saja aku katakan. Tapi ketika aku berbalik, aku salah. Ragil tak berhenti karena perkataanku, dia berhenti karena Dean berdiri di hadapannya, memandangi kami berdua secara bergantian.

This is not happening.

But it is.

Aku meninggalkan tempat itu secepat yang aku bisa, menyetop taksi yang lewat dan melihat Ragil yang lari di kejauhan.

'Aku baru ingat kamu ada kencan, maaf mengganggu dengan impresi bodohku tentang sebuah film anime. Have a great one! 

-L'

Ucap Luca lewat sebuah pesan. 

Oh, jangan sekarang. Aku abaikan pesan itu.

Sebuah pesan masuk lain membuat telepon genggamku bergetar.

'Lo dateng tanggal 19 ntar kan? Udah lama lu ngilang, awas aja kalo ga dateng!'

Aku abaikan juga pesan itu. Aku habiskan waktuku pulang hanya dengan melamun memandangi keluar jendela taksi itu dengan perasaan gamang.

Setelah itu, seperti orang-orang seumuranku, aku menghapus foto profil di whatsapp dan media sosial lain lalu keluar dari orbit semua orang. Mengurung diri dan mematikan telepon.

Apa yang sedang aku lakukan?

Aku lelah menanyakan "apa yang sedang aku lakukan?". 

Bukankah kalau pertanyaan itu muncul sesering ini, ada yang salah dengan hidupku?

Setelah malam itu, aku tak bisa tidur, atau kadang kebanyakan tidur. Selama seminggu, setiap hari berturut-turut, Luca dan Ragil membombardir WhatsAppku. Tentu saja, aku abaikan semuanya.

Luca

Gimana kencan kamu?

Aku harap semuanya berjalan sesuai keinginan kamu.

Apakah sesuatu terjadi?

Pasti sesuatu terjadi kan? Makanya kamu ga balas?

Kamu baik-baik aja? Aku khawatir...

Sempat tanya ibu kamu, sepertinya kamu masih hidup. Aku lega... 

Bagaimana cara aku bilang aku rindu seseorang tanpa terdengar kurang ajar?

Maafin aku yang bodoh, seharusnya aku paham di fase kaya gini kamu butuh waktu sendiri. Take your time, tapi jangan lupa makan dan jangan lama-lama mengurung diri ya? Aku tunggu pesan kamu. -L


Ragil

Kamu kenapa?

Ngomong lah sama aku...

Apa Dean mengatakan sesuatu sama kamu?

Apapun yang kamu denger aku bisa jelasin, ayo kita ngobrol. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 25, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KintsukuroiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang