ibadah sepanjang hayat

140 7 1
                                    

Sudah hampir 2 bulan dari acara nembungnya abah jami' kepada kyai adro'i untuk menjadikan ning hilna sebagai calon menantu untuk putra yang pertamanya. Tinggal tiga hari lagi angan akan melepas masa lajangnya dan menjadi imam untuk ning hilna.
"Mas, cincin untuk ning hilna sudah dipesan",tanya nyai rosyidah pada angan yang tengah sibuk mutholaah kitab.
"Astagfirullah mi..saya benar benar lupa mi", angan meraup wajahnya dengan kasar. Bisa bisanya ia lupa padahal tinggal 3 hari lagi pernikahan akan dilaksanakan.
"Gimana to mas, hari ini kudu budal pesan cincinya, wong sudah mepet hari kok, sembrono pean ini mas", omel bu nyai rosydah pada putranya.
"Tapi mi, saya gak tau seleranya ning hilna seperti apa dan ukuranya berapa", sesal angan yang menggaruk rambutnya yang tidak gatal.
" yasudah mas, coba pean hubungi pihak ning hilna, tanya ukuran dan seleranya seperti apa. Nanti tak utus mbk mbk buat nemenin mas nyari keperluan buat mahar dan lain lain".
"Enggeh mi, nanti tak ajak dek balya buat bemenin repot saya mi".
"Iya gak papa, hitung hitung biar faham dia mas, masaku si balya itu kaku dan jutek orangnya. Padahal bapakmu iku romantis mas, nanti kamu jangan terlalu cuek sama istrimu, jadilah suami yang bisa jadi rumahnya istri lahir dan batin mas".
"hihihi ...enggeh umi..angan faham".
Cara angan berkomunikasi dengan ning hilna memang melalui perantara dari orang lain. Kadang lewat ibuknya maupun lewat mbak ndalem yang nderek di rumah yai adro'i. Mereka memang menyepakati untuk tidak saling kontekan melalui media secara pribadi. Yang paling jelas bahwa mereka saling percaya satu sama lain. Bahkan angan dan hilna tidak saling follow dalam akun instagram maupun media sosial yang lainya.

*****
"balya..ayo..udah ditungguin lo",panggil angan pada balya yang masih siap siap dikamar atas.
"Iya mas..sebentar lagi balya turun", jawabnya dari atas. Tak berapa lama balyapun turun dengan menggunakan sarung merek kanjeng bermotif jordan abu yang dipadu dengan kaos hitam polos, balya terlihat sangat freash dan masih menampilkan look seorang gus muda yang modern. Balya memang sangat mempesona, matanya yang coklat dengan bulu mata lentik serta hidung mancunya membuat ia diidolakan oleh banyak santrinya. Bahkan saat masih mondok pun sudah banyak mendapat tawaran perjodohan dengan putri putri ustad yang mengajarnya. Namun saat itu ia masih merasa belum bisa menerima tawaran karna masih banyak hal yang harus ia benahi terlebih dahulu sebelum melangkah pada dunia pernikahan.

Sementara mobil avanza hitam sudah menunggu dan siap meluncur.
Saat balya membuka pintu depan ia sedikit kaget, ternyata ia pergi bukan dengan masnya saja, namun ada 2 wanita yang sudah duduk manis di jok belakang. Ya syifa dan alvi.
Deg..
"

Udah dek?" Tanya angan pada balya yang hanya mendapat jawaban dengan kedipan mata saja.

Mobil melaju menyapa keramaian kota, dengan berbagai macam kegiatan manusia berlalu lalang. Sesekali balya menatap rear -vision mirror atau spion dalam terlihat wajah alvi yang sedikit pucat dan sesekali memijit pelipisnya.

"Mbak alvi kenapa?", tanya angan yang ternyata juga menyadari gerak gerik alvi.

"Mboten tenopo nopo gus".

"Masak mabuk mobil mbak?".

"Mbak alvi puasa gus".

"Ya Allah mbak....kok mboten nolak mawon tadi sama umi".

"Mboten nopo gus...saya gak papa mawon cuma butuh udara sedikit mawon gus kalau boleh".

"Enggeh mbak al...buka saja jendela mobilnya kalau gak kuat sama AC".

"Pangapunten nggeh gus, saya bukak".

"Enggeh mbak monggo monggo..kulo seng mboten kepenak malahan niki".

Sementara balya hanya menatap layar hp yang sebenarnya tidak ada kegiatan penting didalamnya.

15 menit berlalu mobil pun mencari parkir didepan toko perhiasan yang bertuliskan "dewi" mungkin karena identik dengan kegemaran wanita sehingga nama tokonyapun di namakan dewi.

Angan melihat lihat cincin dan mencari motif yang di suka. Pilihanya jatuh pada sebuah cincin bermata berlian yang mungil berderet yang elegan dengan perpaduan mas putih. Entah kenapa angan hanya merasa cincin ini terkesan anggun dan menawan tidak terlalu mencolok dan heboh  tetapi tidak terlalu sederhana. Persis seperti calon istrinya yang terlihat anggun dan bersahaja saat di pandang.

"Mbak coba lihat yang ini", pinta angan menunjuk cicin agar di ambilkan oleh karyawan tokonya.

"Bagus gak dek".

"Lumayaaan", jawab singkat balya.

" kok lumayan too...mbuh ya balya". Kesal angan pada siblingya.

"Mbak yang ini gimana?".

"Bagus gus..cantik dan manis desainya". Jawab syifa jujur.

"Tapi ukuranya gimana ya mbak?...saya lupa ukuranya".

"Terah ra niat nikah pean iku mas", Celetuk balya sekenanya.

"Yuuh bocah ikii....kok dadak kandungku to pean ki ya....mentolo tak uncalne nang pluto..nek matur sak enak ee...".

"Ampun mas...ampun ngadunan nang umi hahaha".

"Heeeh...ra ngewei solusi alok ae.. gek gimana ini..ukuranya ada di chatnya hp umi..tak wa belum dibales sama umi ".

"Coba gus agem di jari kelingkinge guse", ucap alvi yang mengetahui kerisauannya yang dapat
Memperlama proses beli cincinya ini.

"Kulo nate mireng...katanya kalau ukuran jari manise wanita seukuran dengan jari kelingkinge laki laki..kalau cincinya pas di jari kelingkingnya si laki laki..katanya jodoh".

"Masak mbak....canggih pean ki", ucap angan girang.

"Kayak dukun mas santri pean iku mas hihihi", bisik balya yang sedikit terdengar oleh kedua santri putri tersebut yang membuat alvi sedikit gemas dengan mulut gus keduanya itu.

Dan ternyata cincin itu pas di jari kelingking angan..angan pun meminta untuk di ukirkan sebuah gabungan  inisial menggunakan  huruf arab HA di lingkar dalam cincinya. Sementara angan memilih cincin yang terbuat dari logam tembaga hitam sebagai couple dari cincin ning hilna.

✍✍✍✍

Tibalah hari yang begitu membuat berbunga hatinya  kedua orang tua balya dan angan. Terutama bagi Angan dan bagi hilna dan kedua orang tua ning Hilna.
pelaksanaan ijab qobul yang di laksanakan di serambi masjid An-Nur yang disaksikan oleh beratus ratus santri pondok bahrul ilmi, resepsi pernikahan dilaksanakan di kediaman ustadz adro'i.

Mata hilna mebitihkan air mata bahagia, bagaimana tidak ia dipinang oleh laki laki yang bahkan lebih dari kriteria yang ia pintakan pada Allah.

Saat gus angan mengucap qobul  menyebut namanya jelas tegas yang di saksikan oleh orang banyak yang mengesahkan keresmian status gus angan dan ning Hilna.

Kemudian abah zami' melafadkan doa dan diamini ratusan orang yang menghadiri resepsi pernikahan ning Hilna dan gus Angan.

Dihadapan orang orang yang menghadiri pernikahan gus Angan dan ning Hilna pertemuan yang membuat angan dan hilna menjadi sebuah pertemuan pertama kalinya dengan status ke halalan dalam memandang penuh antar keduanya. Setelah dekat hilna mengulurkan tanganya menyalami angan dan mengecup punggung tangannya tulus, sementara angan meletakkan tangannya di ubun ubun kepala Hilna dan memunajatkan doa, matanya berkaca kaca. Betapa bahagianya hari ini ia telah memiliki rumah untuk segala cerita perjalanan hidupnya.

Angan dan hilna digiring menuju pelaminan yang bernuansa putih elegan. Sesekali angan melirik separuh jiwanya yang menurutnya cantik bak bidadari yang hilna sendiri tidak menyadarinya.

Acara penyematan cincinpun berlangsung angan merasa jantungnya bergemuruh menduga duga...bagaimana jika cincin yang ia pesan tidak pas ukuranya di jari ning Hilna.
"Bismillah", Angan menyematkan cincin permata berlian tersebut dijari manis Hilna. Dan betapa bahagianya ternyata cincin itu pas di jari istrinya tersebut.

"Alhamdulillah, ning hil maukah njenengan menjalin ibadah seumur hidup denganku?".

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

my coldest ustadz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang