6

110 2 0
                                    

6
“tenang aja, icha juga suka kok sama rizky” aiza nyeletuk dengan entengnya

“iya, si adek tu emang gitu orangnya..gengsinya tinggi” jawab ummi dengan kekehan.

***
sementara itu, disepanjang perjalanan menuju Vila. icha terus menerus meneror rizky dengan omelannya yang tidak kalah panjang dengan rel kereta api. Rizky hanya diam dan sesekali melihat icha dengan tatapan mengintimidasi, dari tatapan rizky seolah dia berkata “ diam, sekarang atau gue ga akan peduli lagi sama lo”. seolah mengerti dengan maksud rizky icha mendadak diam dan memilih untuk membuang muka dan menatap ke luar jendela. hingga dia menyadari suatu hal.

“kita mau kemana? ngapain lo bawa gue ke pelabuhan ky?” tanya icha heboh “plis gue mau turun sekarang” protes icha dan langsung di iyakan sama rizky.

rizky memberhentikan mobilnya 20meter dari pintu gerbang masuk ke dalam perkarangan pelabuhan dan dengan gampangnya dia mengatakan

“turun, mau turun kan” rizky berkata dengan suara yang mantap “ kamu ga bawa handphone, ga bawa uang, ga bawa baju.. bisa bertahan berapa lama kamu kalo aku tinggalin disini. mau balik ke pantai bareng ummi dan abi? jalan aja sana”

icha yang sudah membuka pintu mobil dan mengeluarkan sebelah kakinya, kembali masuk ke dalam mobil dan mengurungkan niatnya untuk kembali menyusul keluarga mereka yang berada di pesisir pantai menikmati camping kilat mereka. di lubuk hati yang paling dalam ada rasa kecewa yang teramat sangat kepada rizky karena dia dengan mudahnya membiarkan icha pergi.

rizky tersenyum di balik setirnya dan mengusap kepala icha dengan lembut.

“kamu udah bandel ya sekarang? udah ga mau lagi dengar apa yang kak rizky bilang? sukanya ngebantah, ngomel..”

“ihh tolong deh, jangan pegang-pegang gue.. gue bukan istri lo dan gak akan pernah jadi istri lo ky.. “

“hah apa? bukan istri aku? yakin? trus ini apa dong ?” rizky mengambil sesuatu dari bawah dashboard mobil nya dan meletakkannya di tempat yang bisa dilihat oleh icha, rizky tersenyum dengan wajahnya yang sangat puas.

karena gerakan tangan rizky yang berada di depan jarak pandangnya, icha kemudian melihat suatu kartu yang di letakkan rizky dan otomatis dia langsung teriak.

“WHAT.. LO TIPU GUE.. KARTU INI DOANG BISA KALI DI CETAK DI OLSHOP YANG BUAT KARTU NIKAH ABAL-ABAL, HALU LO KY” teriak icha dengan intonasi suara yang mengalahkan suara debur obak di pantai.

“terserah deh kalo ga percaya, sama aku ada video akad plus mahar buat kamu berapa. mau lihat maharnya? aku ambil ada juga kok didalam tas di belakang”

air mata icha  sudah tidak bisa di bendung, bukan sedih ataupun terharu, dia sudah lelah dan sangat marah kepada kedua orang tuanya dan rizky sekarang. udah dijoodohin sama rizky tanpa persetujuannya dan sekarang hingga dia sudah menikahpun dia tidak tau. icha sangat kesal karena di beberapa momen terpenting dalam hidupnya, dia tidak bisa mengambil keputusann sendiri. serta harus dipaksa untuk merelakan semua yang telah terjadi dengan lapang hati. icha tidak bisa berada di posisi ini terus menerus. sejak dulu icha menyukai rizky dan hanya menyukai rizky tetapi rasa itu perlahan pudar saat dia beranjak dewasa dan berkeinginan untuk memiliki seorang kekasih yang seperti rizky. terus mengapa saat dijodohkan dengan rizky, icha tiba-tiba marah sejadi-jadinya seakan-akan dunianya runtuh.

itu karena icha merasa kehilangan rizky sebagai sosok yang selalu ada untuknya ntah kapan dan dimanapun itu. icha memiliki keinginan jika dia nantinya memliki seorang kekasih, icha ingin rizky jadi orang pertama yang mengetahui nya, jika dia disakiti sama kekasihnya icha ingin rizky jadi orang pertama yang akan melindungi icha dari laki-laki tersebut. namun, jika rizky bersama dengan icha, icha tidak akan memiliki orang pertama yang akan mengetahui segala jenis kisah hidupnya, terus jika rizky menyakitinya, icha harus berlindung kepada siapa?.

iya, dia memliki banyak teman, nuha sahabatnya dan ija. tapi ada beberapa hal yang icha tidak bisa diceritakan icha kepada mereka.

mobil sudah berehenti di jalan masuk menuju kapal, setelah mengurus berbagai macam administrasi untuk melakukan perjalanan, akhirnya mereka tiba diatas kapal. rizky sesekali melirik ke arah icha yang kini sedang memakai masker dan kacamata hitam untuk menyembunyikan matanya yang bengkak karena terus menangis.

ingin rasanya rizky membawa icha ke dalam pelukannya dan mengatakan “udah gausah dipikirin semua hal yang menganggu pikiran kamu” tetapi perkataan itu hanya bersarang di dalam kepalanya dan tidak akan keluar jika disuarakan.

“makan dulu?” tawar rizky yang sedari tadi melihat icha diam dan memegang kursi dengan kencang, maklum saja ini kali pertama dia naik kapal yang sangat besar seperti ini.

icha tentu mendengar perkataan rizky, tapi dia tetap bergeming seolah tidak mendengar apa-apa. sepanjang perjalanan icha terus diam dan rizky hampir menyerah dengan tingkah laku icha yang seperti ini. hingga watu 45 menit berlalu dan mereka sudah tiba di pulau tujuan.

setelah mengambil mobil dan membeli makanan serta pakaian mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju vila di dekat pantai. sepanjang jalan tertulis vila dan hotel, tetapi icha tidak tau rizky akan membawanya kemana, mobil terus melaju dengan stabil tetapi perjalanan ini seperti tidak ada habisnya. icha sudah sangat lelah hingga dia terlelap.

“cha bangun” rizky memegang pipi icha dengan lembut, tidak lama icha membuka mata dan kembali melihat bahwa mereka sudah tiba di pinggiran pantai lagi.

“apalagi..” icha sudah sempoyongan diakibatkan perjalanan yang sangat lama, nangis yang berlebihan, dan dia belum makan sesuatu apapun.

“kita naik itu” rizky menunjukan sebuah boat kecil yang biasa mengangkut penumpang untuk menyebrangi pulau.

“lagi?” tanya icha lemas tidak berdaya

“iya, ini yang terakhir.. setelah itu kita akan tiba di villa”

“haduhh orang gila mana sih yang bangun vila di pulau kecil begitu, pasti banyak setannya deh males banget gue” lagi-lagi icha mengomel tidak melihat kiri kanan hingga bapak-bapak yang bertugas mengarahkan boat berkata

“huss mba hati-hati kalau berbiacara, pamali lho ngomong begituan di tempat ini” bapak-bapak itu berbicara dengan wajah yang sangat tidak serius

“ya maaf pak saya gak sengaja, ya lagia..” belum sempat icha meneruskan kalimatnya, mulut icha sudah di tutup dengan telapak tangan rizky

“maaf ya pak udin, istri saya baru pertama kali kesini “

“oh iya saya baru ingat, kamu nak rizky ya..yang terakhir kali kesini bawa segerombolan bule-bule cantik itu kan.. Ya allah senang saya jumpa sama kamu lagi lho nak, minggu lalu saya liat pak mardi nyebrang kesana, trus saya tanya ngapain kesana nak rizky kan belum balik ke sini, terus pak mardi bilang kalo dalam waktu dekat nak rizky mau berkunjung..saya pikir dia tipu saya rupanya beneran toh hahaha”

“iya pak, saya mampir agak lama kali ini.. sekalian liburan santai ga buru-buru seperti kali terakhir saya kesini” jawab rizky sopan, sedangkan icha yang dengan malas menyimak percakapan mereka hanya bisa mencibir rizky di dalam hati

“/hah bawa cewe-cewe cantik bule.. hahahah, liburan singkat sampe ke vila sepi di pulau kecil begituan bareng bule-bule cantik...hahaha NGAPAIN.. awas lo rizky/”

15 menit kemudian

mereka akhirnya tiba di pulau kecil dengan deretan vila-vila mewah yang ada di dekat pantai, setelah barang bawaan mereka diturunkan di dekat vila yang terletak tidak begitu jauh dari pantai, pak udin meminta izin untuk pergi meninggalkan rizky dan icha. suasana pulau sore hari itu terlihat tidak begitu sepi dikarenakan beberapa turis yang terlihat sedang menikmati matahari sembari berenang di pinggir pantai dan sejauh mata memandang terlihat beberapa pasangan yang sedang dimabuk cinta.

“sampe kapan kamu mau berdiri di situ?” tanya rizky saat melihat icha berdiri termenung melihat sekelilingnya. pertanyaan rizky tidak di gubris icha, mata icha langsung menattap rizky dengan tatatapan menusuk.

“waw  matanya bisa ngeluarin belati ya, nusuk banget cara liatnya”

“gak lucu”

“yok masuk dulu, makan, istirahat kalo gini terus nanti orang kira aku nyulik kamu lagi”

“lah emang, kan gue DIPAKSA kesini” sahut icha dengan geram

AYESHA.Where stories live. Discover now