Hujan, satu kata dan banyak orang yang menyukainya tetapi mereka akan berteduh ketika kedatangannya. Begitupun dengan Aira yang akhir-akhir ini menyukai hujan. Entahlah bagi Aira hujan selalu menenangkan baginya.
Akhir-akhir ini hujan sering datang dan menemani malam Aira untuk menunggu suaminya pulang. Ya akhir-akhir ini juga Ayas sering lembur kadang juga membawa pekerjaan nya ke rumah. Ayas bilang proyek baru nya mengalami beberapa perubahan untuk itu Ayas harus mengulanginya dari awal.
Malam ini hujan tidak datang untuk menemani Aira. Karena memang Ayas juga pulang lebih awal dari biasanya, sepertinya hujan mengetahui bahwa malam ini Aira tidak kesepian.
Saat ini Aira tengah berdiri di depan cermin dan melihat-lihat tubuhnya. Aira beberapa kali mengamati dan mengusap-usap perutnya.
"Ko perutnya Aira nggak kelihatan besar ya, kaya ibu-ibu hamil umumnya" monolog Aira dengan terus mengamati perutnya di depan cermin.
Ayas yang baru masuk pun terkekeh saat mendengar ucapan istrinya. Ayas datang setelah menyelesaikan cuci piringnya dengan membawa segelas susu. Ya, sekarang cuci piring masuk dalam daftar lits yang harus Ayas kerjakan, bukan Aira yang menyuruh melainkan Ayas sendiri yang melarang Aira untuk mencuci piring setelah makan.
Ayas melangkah dan menghampiri Aira yang masih berdiri di depan cermin.
"Kenapa?" tanya Ayas.
Aira mengalihkan pandangannya dari cermin dan melihat suaminya yang sudah berdiri di belakangnya tanpa Aira sadari kedatangannya.
"Perut Aira ko belum besar ya, mas?. Padahal udah masuk trimester kedua" tanya Aira.
Ayas sedikit terkekeh dan memberikan susu yang di bawanya "Minum dulu" suruh Ayas.
Aira tersenyum dan menerima susu yang di buat suaminya lalu meminumnya.
"Baby A kan baru 4 bulan, sayang" ucap Ayas.
Aira menyimpan gelas di atas nakas setelah menghabiskan susunya "Terus kapan keliatan besarnya?" tanya Aira.
"Mungkin nanti, kalo udah 6 sampe 9 bulan" jawab Ayas yang menyenderkan tubuhnya di kepala ranjang.
Aira hanya mengangguk paham.
"Sini" Ayas menarik Aira agar duduk di pangkuannya.
Dan ya, posisi sekarang Aira yang duduk dan menyender di dada bidang Ayas. Sedangkan Ayas memeluk Aira dari belakang dengan tangan yang mengusap-usap lembut perut Aira.
"Berat nggak?" tanya Aira.
Ayas tersenyum "Buat kamu sama baby A nggak"
Aira tersenyum dan memejamkan matanya. Nyaman, satu kata yang Aira rasakan saat ini.
"Gimana sama hari ini?. Ada yang buat istri aku cape nggak?" tanya Ayas memulai percakapan agar tidak hening.
"Nggak ada, cuma bosen aja" jawab Aira.
"Yaudah, besok ikut aku kantor mau?" tawar Ayas.
Aira menggeleng "Nggak mau, sama aja bosen. Cuma liatin mas kerja doang kan" tolak Aira.
"Yaudah, mau nya gimana?. Biar istrinya Ayas Rasyid ini nggak bosen?" tanya Ayas dengan sedikit menggombal.
Aira terkekeh "Udah nggak usah, masih ada si Miwaw di rumah jadi nggak bakal terlalu bosen banget" balas Aira menolak dengan halus.
"Baiklah" putus Ayas, baiklah mungkin ini kemauan Aira. Ayas tidak akan memaksa.
"Besok kita liat baby A, mau nggak?" ajak Ayas, memulai kembali percakapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lebih Dari Seorang Ustadzah
Teen FictionBanyak cerita yang awalnya tidak suka tapi setelah lama selalu bersama rasa suka dan cinta pun mulai tumbuh. Apakah cerita itu juga akan terjadi pada seorang pemuda yang menjabat sebagai CEO di perusahaan nya dengan seorang wanita anak dari salah s...