10. 𝐁𝐢𝐧𝐚𝐬𝐚

71 33 291
                                    

|
|
|
|
|
♥︎
|
|
|
|
|
♡︎
|
|
|
|
|
♥︎
|
|
|
|
|
♡︎
|
|
|
|
|
꧁ 𝑹𝒆𝒕𝒊𝒔𝒍𝒂𝒚𝒂 ꧂



























×÷×

Ketidakbergairahan yang melekat dengan diri, melahap habis semua angan-angan tentang masa depan. Diri yang terus terjatuh semakin merasa terjatuh, seolah berakhir di Samudra terdalam dan tak bisa terlihat orang-orang.

Diri yang terus berusaha agar mampu menjalani hari esok kini mulai melemah, membiarkan semuanya berjalan seperti semestinya, tak apa bila buruk, tak apa bila sakit, jikapun harus mati, ya mati saja. Tak akan ada pembelaan apapun, karena terlalu lelah.

Kehidupan bagaikan berjalan di atas seuntai tali yang sangat rapuh, menjaga keseimbangan adalah hal utama, jika terlalu senang hati ini terus berharap lagi dan lagi, seolah tak ada batas apapun yang mampu menghalangi, namun ketika terjatuh, anehnya merasa sakit.

Bukankah ketika kita berharap banyak, kita harus tahu konsekuensi terburuk apa yang sekiranya akan kita hadapi? Mengapa terkadang diri ini terkejut, seolah ini adalah hal baru.

Dan ketika terjatuh, kita melupakan semua hal baik atau hal yang pernah membuat hati ini gembira, seolah kelahiran kita ke bumi hanya untuk merasa sakit.

Lantas yang terjadi kemarin apa? Kebahagiaan yang kemarin singgah itu juga apa?

Karena faktanya, hal buruk jauh lebih kuat daripada hal baik, mungkin ini terlihat aneh. Namun rasa sakit yang pernah di rasakan lukanya akan lama mengering, lalu membekas dalam kurun waktu yang cukup lama.

Pemikiran yang pendek, asa yang hanya tinggal setitik, ketika kaki ini salah melangkah lalu terjatuh karena lubang yang ada, diri ini hanya terdiam. Membiarkan lubang itu melahap semua tentangnya, dan angan-angannya, terlalu mati rasa dan enggan untuk maju.

Namun ada fakta yang tak mereka sadari, orang yang yang pernah merasakan sakit dalam hatinya bisa melihat hati orang lain yang sedang kesakitan.

"JEFF AWAS!"

Setelah teriakan itu, Jeffrey menoleh ke arah kanan, napasnya tercekat ketika melihat mobil truk yang melaju dengan kecepatan tinggi mengarah ke arahnya, lalu setelahnya, tubuhnya tertabrak dan terpental jauh ke belakang.

Tubuhnya mendarat di atas aspal dengan keras, kepalanya sakit bukan main, tubuhnya tak bisa di gerakan dan hanya rasa sakit yang ia rasakan di sekujur tubuhnya.

Kesadaran Jeffrey masih ada, namun matanya begitu sulit untuk sekedar ia buka. Rintihannya semakin jelas terdengar.

Namun tiba-tiba kehangatan muncul begitu saja, Jeffrey merasakan ada seseorang yang tengah menggenggam tangannya erat. Kesadaran Jeffrey yang hampir hilang itupun kembali terkumpul, lalu kedua matanya berusaha untuk terbuka perlahan-lahan, sedikit demi sedikit.

"H-hanna?" ucapnya yang hampir tanpa suara, lalu bibirnya terangkat untuk tersenyum walau sulit.

Kepalanya sakit bukan main, bahkan ia tak bisa melihat wajah Hanna dengan jelas. "Jeff.... Harus kuat ya?" suara Hanna terdengar lembut kala itu.

Jeffrey berusaha membuka matanya lagi, dan yang ia lihat Hanna dengan senyuman indahnya, anehnya ia tak melihat siapapun selain Hanna di sana, Hanna yang begitu bersinar dan bercahaya di kala itu.

Lalu dengungan keras memenuhi seisi kepalanya, rasanya sakit bukan main, jika Jeffrey masih memiliki setidaknya sedikit tenaga, ia akan memakai tenaga itu untuk menangis sekeras mungkin karena tak kuasa menahan rasa sakit yang menjalari sekujur tubuhnya.

Retislaya || 𝐇𝐞𝐧𝐝𝐞𝐫𝐲 𝐖𝐚𝐲𝐕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang