| SEPULUH |

2.9K 614 39
                                    

Sesuai perkataan Jaan, Serein harus membersihkan diri terlebih dahulu. Gadis itu mengumpulkan keberanian sebelum turun dari kasur. Masih tetap dipandang intens oleh keenam makhluk, Serein berjalan keluar dari kamar mengikuti seorang pemandu yang sebelumnya memperkenalkan diri sebagai pelayan pribadinya.

Pandangan Serein langsung tercuri oleh interior luar kamarnya yang begitu mencolok seperti zaman ratusan tahun yang lalu, tembok dipenuhi ukiran juga lukisan-lukisan aneh, termasuk obor api yang terpasang di tiap dinding padahal sinar matahari masih menyinari seisi koridor sepi tersebut. Tunggu, sepertinya akan lebih aneh jika interiornya seperti zaman sekarang. Jadi, tidak ada yang perlu dipikirkan lagi.

Gadis itu mengekor di balik tubuh sang pelayan, memperhatikan sekitar dengan celingukan kesana-kemari, sejak dibawa ke tempat itu dia masih belum melihat-lihat daerah sekitarnya, semalaman dia berada di kamar hanya menghabiskan waktu dengan membaca buku, sekarang dia tak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengalkulasi tempat tersebut.

"Permisi," desis Serein pelan, membuat sang pelayan yang tadinya fokus berjalan kini menoleh sepenuhnya.

"Ya, Nona Hara? Kau butuh sesuatu?"

"Nona Hara? Mengapa kau memanggilku seperti itu?" Serein berkedip sekali tatkala maniknya tak sengaja melihat beberapa makhluk aneh seperti makhluk yang pernah dia lihat di acara televisi? Manusia dengan tubuh kuda? Oh, shit, itu nyata? Makhluk yang kira-kira berjumlah empat itu sedang berlatih pedang di tengah lapangan, mereka sempat menoleh kepada Serein untuk memberi hormat dengan merundukkan kepala mereka sembilan puluh derajat ke bawah. Serein tidak bisa berbohong bahwa dia cukup terkejut. Keterkejutannya itu tidak berhenti di situ, dia dibuat terperangah pada sekelompok kurcaci yang berjalan melewati mereka.

"Hey, Okmus! Di mana sopan santunmu?! Lihat Nona Hara sedang berjalan di sini!" Sang pelayan tadi berbicara lantang, yang dipanggil menoleh dan merasa terkejut mendapati Serein berada di sana.

"N-Nona Hara? Jadi, dia adalah nimfa yang pernah muncul beberapa tahun silam?"

"Tentu saja, dan lihat perbuatanmu, kau dan sekawananmu melewati lorong ini dengan mudahnya tanpa sopan santun."

Para kurcaci itu tampak panik hingga akhirnya merunduk dengan kompak ke arah Serein.

"Maafkan kami, Nona. Kau berhak menghukum kami atas kelancangan kami."

Serein bingung hendak merespons bagaimana, dia hanya menatap pelayannya lalu mengangguk mengisyaratkan bahwa para kurcaci itu boleh pergi.

"Sudahlah, Nona-ku memaafkanmu, cepat pergi dan jangan muncul lagi di kawasan ini atau kau akan diusir dari tempat ini!"

"B-baik, terima kasih, Nona." Mereka memberi hormat sejenak lalu berlari cepat menggunakan kaki kecil mereka, sedangkan Serein tidak tahu harus bertindak bagaimana.

"Mari kita lanjutkan perjalanan kita, Nona." Perempuan berkulit pucat itu kembali memimpin langkah menunjukkan jalan entah ke mana, kebanyakan melewati taman-taman sepi tanpa penghuni.

"Ke mana tujuan kita?" Saat sudah tak kuasa menahan rasa penasaran, Serein mengeluarkan pertanyaan yang mengganjal baginya.

"Yang Mulia Pertama menyuruh saya membawamu ke mata air."

"Mata air? Apa yang kau bicarakan?" Soal Yang Mulia Pertama, Serein tahu siapa yang dia maksud, Serein kan sudah membaca buku, dia mudah hapal terhadap semua yang dia baca. Namun soal tujuan, dia belum mengetahui apa-apa.

Baru saja Serein ingin bertanya lagi karena tidak mendapatkan jawaban, pelayan itu menghentikan langkahnya dan menunjukkan tempat yang ada di depannya. Serein tak langsung memahami maksudnya tapi saat ia memandang pemandangan di depan mata, kesadaran Serein bagai direnggut paksa.

Dark Creatures | ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang