Chapter 19;

6.1K 350 2
                                    

Zian membukakan pintu kamar pribadinya. Dia masih enggan menatap mataku. Aku memegang tangannya, berharap dia mengerti maksudku. Tanpa menoleh dia berkata,

"Ayo cepat di selesaikan"

Sontak diriku terkaget karena sikap dinginnya. Apa salahku? Bukannya harusnya aku yang marah karena rumornya tetap ada? Tiada manusia lain yang tahu soal permainan ini'kan?

"Kamu yang nyebarin rumornya?"

"Rumor apa?"

Tatapanku menyipit, "gak denger rumor gue pelaku bdsm ke mantan ketua osis tersayang?"

Dia mengerang, "hah? Gila?! Gue gatau. Buat apa gue nyebar, sama aja ngumbar aib sendiri."

"Terus siapa lagi coba yang tau selain kita"

"Temen kakak ada yang tau?"

Aku terdiam, teringat soal Claire. Tapi sobatku itu kecil kemungkinan menyebarkan soal ini kan.. dia sobatku sejak lama.

"Terus ngapain lo nyuekin gue tadi?" Seru diriku yang masih berusaha memojokkan dia.

"Galau, ini ds play terakhir kita"

Entah sejak kapan wajahku memanas, aku memalingkan wajah dan dia pun begitu.

***

Setelah berganti pakaian, khusus malam ini Zian memakai baju maid dengan cat tail terpasang di bokongnya. Dia berjalan malu-malu ke hadapanku.

"Kakak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kakak.." lirihnya dengan nada manja.

Ujung bibirku melengkung dan semakin menyudut melihatnya begini. Inikah ketua osis si gentlemen yang terkenal pintar juga badas itu?

"Balik badan, lalu jongkok." Tegasku.

Entah apa yang merasukiku, lantas aku menarik baju maidnya ke belakang hanya karena ingin menyentuh punggungnya.

Entah apa yang merasukiku, lantas aku menarik baju maidnya ke belakang hanya karena ingin menyentuh punggungnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pipinya terlihat merah merona saat ku sentuh punggungnya. Entah mengapa dia terlihat submissive saat seperti ini. Punggungnya halus membuatku ingin merabanya terus. Aku mengelusnya intens, hendak memanaskan suasana.

Aku melihat sekeliling, berharap ada yang bisa aku gunakan. Teringat pada cat tail, namun bukan sembarang cat tail. Kontrolnya sudah terhubung pada hpku. Aku melumuri holenya dengan pelumas. Kemudian mulai menyalakan alat itu. Hanya dengan kekuatan rendah tapi Zian sampai tersentak kaget karena cat tailnya bergerak.

"Ahm.." suara Zian terpotong karena aku memasangkan ball gag di mulutnya.

Terlihat dia berusaha meraih sesuatu untuk diremas. Aku mengikat tangannya.

"Hari ini bukan sekedar bermain, tapi memuaskan budakku" ujar diriku sambil memamerkan senyuman maut.

Bosan dengan kecepatan dasar, aku menaikkan 2 level sekaligus. Kemudian menatap Zian dan menantikan reaksinya.

"Hamphh.." Zian menggeliat seperti cacing. "Hngh hamh"

Aku menikmati permainan terakhirku, ekspresi Zian begitu memanaskan suasana. Wajahnya kemerah-merahan. Desahannya yang terdengar di setiap sudut ruangan. Tanganku gatal untuk menaikkan satu level lagi.

"Hengh ah hanh mh hiks angh" terdengar beberapa isakan, Zian menangis karena merasakan tidak bisa mengeluarkan 'itu'.

Bersambung...

Make The Boys Cry [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang